Pendidikan Agama Islam (PAI) selama ini sering dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya menekankan hafalan, nasihat, dan teori. Siswa dituntut menguasai konsep akidah, akhlak, fiqih, dan sejarah, tetapi ironisnya, kemampuan psikomotorik atau keterampilan ibadah masih sering terabaikan. Padahal, inti dari PAI bukan sekadar tahu, tapi juga mampu melakukan baik itu wudu, salat, membaca Al-Qur’an, dan ibadah lainnya.
Melihat kenyataan itu, saya tertarik mengangkat sebuah studi kasus di satu sekolah tempat di mana multimedia mulai digunakan dalam pembelajaran PAI. Multimedia yang dimaksud bukan sekadar pemutaran video, tetapi pemanfaatan teknologi secara aktif seperti animasi tata cara salat, video tutorial wudu, bahkan simulasi interaktif ibadah harian.
Apa yang saya temukan? Ternyata, penggunaan multimedia memberikan dampak yang nyata terhadap kemampuan psikomotorik siswa. Mereka lebih mudah memahami gerakan, lebih semangat dalam belajar praktik ibadah, dan yang paling penting: lebih percaya diri saat mempraktikkannya.Ini bukan klaim kosong.
Secara teoritis, multimedia mampu mengaktifkan pembelajaran visual-motorik. Saat siswa melihat dan menirukan gerakan melalui tayangan visual, proses belajar menjadi lebih konkret dan tidak membosankan. Apalagi bagi siswa sekolah dasar, pendekatan ini sangat membantu karena sesuai dengan cara belajar mereka yang cenderung aktif dan visual.
Sayangnya, tidak semua guru PAI memanfaatkan potensi ini. Ada yang masih terpaku pada metode ceramah dan penugasan tertulis. Tantangan lain adalah fasilitas multimedia yang belum merata dan kurangnya pelatihan bagi guru. Namun, saya percaya jika ada kemauan, teknologi bisa menjadi kunci untuk merevolusi cara kita mengajarkan agama dari yang kaku menjadi hidup, dari yang abstrak menjadi nyata
Opini saya sederhana: jika kita ingin siswa tidak hanya tahu cara ibadah tapi juga bisa melakukannya dengan benar, maka multimedia adalah solusinya. Kita tidak sedang meninggalkan tradisi, kita justru sedang memperkuat pemahaman agama dengan pendekatan yang sesuai dengan zaman.Sekolah, madrasah, dan guru PAI harus terbuka terhadap perubahan ini.
Pendidikan agama tidak cukup disampaikan lewat kata-kata. Ia perlu ditunjukkan, dilatih, dan dibiasakan. Dan untuk itu, multimedia hadir bukan untuk menggantikan guru, tapi untuk membantu siswa belajar ibadah dengan utuh dari hati, akal, hingga tangan dan kaki.