Pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di lembaga tradisional seperti dayah dan pesantren, telah lama menjadi pilar utama pembentukan karakter dan spiritualitas generasi Muslim. Salah satu tradisi yang dijaga dengan penuh kesungguhan adalah pembelajaran tahfidz Al-Qur’an, yang tidak hanya sekadar proses menghafal lafaz, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membangun kedisiplinan rohani. Namun demikian, dalam praktik sehari-hari, tidak jarang santri menghadapi berbagai tantangan ketika menghafal, terutama surat-surat pendek yang menjadi tahap awal sebelum mereka melangkah ke hafalan yang lebih panjang.
Tantangan tersebut dapat bersumber dari beberapa faktor, antara lain metode pengajaran yang monoton, kurangnya motivasi internal santri, atau keterbatasan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik saat ini. Pada titik inilah muncul kebutuhan mendesak untuk menghadirkan inovasi dalam proses pembelajaran tahfidz yang tetap menjaga nilai tradisional, namun selaras dengan perkembangan zaman. Salah satu inovasi yang cukup efektif dan relatif sederhana adalah penerapan metode murottal.
Metode murottal mengandalkan pemutaran rekaman bacaan Al-Qur’an oleh qari’ yang tartil dan fasih. Pendekatan berbasis audio ini memanfaatkan kekuatan memori auditori santri, yang sering kali lebih mudah mengingat dan menirukan sesuatu yang sering mereka dengarkan. Melalui pengulangan yang konsisten, santri tidak hanya menghafal lafaz ayat, tetapi juga terbiasa mendengar bacaan yang benar sesuai dengan tajwid dan makhrajnya.
Dalam konteks dayah seperti Dayah Al Fhattani, implementasi murottal menjadi langkah penting yang menjembatani dua hal: pertama, semangat menjaga tradisi tahfidz sebagai inti pendidikan Islam, dan kedua, adaptasi dengan gaya belajar generasi muda yang lebih responsif terhadap pendekatan audio. Santri dapat mendengarkan bacaan murottal melalui media sederhana seperti speaker di asrama, ponsel pribadi, atau pemutar audio lainnya, baik secara mandiri maupun dalam bimbingan ustadz atau ustadzah.
Manfaat penggunaan metode murottal bukan hanya terbatas pada percepatan hafalan surat-surat pendek, tetapi juga peningkatan kualitas bacaan. Ketika santri terbiasa mendengar bacaan qari’ yang benar, mereka lebih peka terhadap kesalahan tajwid, panjang pendek harakat, serta irama yang sesuai. Ini menjadi sangat penting, mengingat salah satu tujuan utama tahfidz bukan hanya menghafal, tetapi juga membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Selain itu, metode murottal juga memiliki kelebihan dari segi aksesibilitas. Dibandingkan dengan media pembelajaran yang memerlukan teknologi canggih atau biaya tinggi, murottal relatif mudah diterapkan di lingkungan dayah tradisional yang mungkin memiliki keterbatasan sarana. Cukup dengan pemutar audio sederhana dan file rekaman murottal, santri dapat menghafal di mana saja dan kapan saja.
Namun, keberhasilan metode ini tentu sangat bergantung pada kedisiplinan santri dan pendampingan guru. Murottal tidak cukup hanya diputar sebagai rutinitas pasif. Santri perlu diarahkan untuk menirukan bacaan, menyetorkan hafalan, serta rutin dievaluasi agar kesalahan yang muncul dapat segera diperbaiki. Peran guru tahfidz di sini sangat vital, bukan hanya sebagai pengawas, tetapi juga sebagai motivator yang menumbuhkan kecintaan santri terhadap Al-Qur’an.
Lebih jauh, metode murottal juga memiliki dampak positif dalam membangun suasana belajar yang lebih interaktif dan menyenangkan. Proses hafalan yang seringkali dianggap berat, dapat menjadi lebih ringan karena santri merasa seperti “belajar bersama qari’” yang mereka dengarkan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar, rasa percaya diri, dan kedekatan emosional santri dengan Al-Qur’an.
Keberhasilan metode murottal di dayah tradisional seperti Dayah Al Fhattani memberikan pelajaran penting bagi dunia pendidikan Islam secara lebih luas. Bahwa inovasi dalam pembelajaran tahfidz tidak selalu harus hadir dalam bentuk teknologi mutakhir atau pendekatan pedagogis modern yang rumit. Kadang, inovasi terbaik adalah bagaimana memanfaatkan media yang sederhana namun tepat sasaran, sesuai dengan konteks budaya dan karakteristik peserta didik.
Dengan demikian, penerapan metode murottal menjadi contoh nyata bahwa tradisi dan modernitas bukanlah dua kutub yang saling meniadakan. Sebaliknya, keduanya dapat berjalan berdampingan untuk mencapai tujuan utama: melahirkan generasi Muslim yang tidak hanya mampu menghafal ayat-ayat suci Al-Qur’an, tetapi juga memahami, mencintai, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah langkah sederhana, namun penuh makna, demi menjaga kemuliaan Al-Qur’an tetap hidup di hati santri sepanjang zaman.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”