Secara garis besar, artikel ini membahas sosok Gus Ibnu Yusuf bin Kholil (atau lebih dikenal sebagai Gus Yusuf), seorang pemuda berusia 24 tahun yang dianggap sebagai tokoh yang memperkenalkan kembali panggilan “Gus” di kalangan Muhammadiyah. Panggilan “Gus” ini biasanya identik dengan keturunan ulama dari Nahdlatul Ulama (NU), tapi Gus Yusuf berhasil membawanya ke dalam konteks Muhammadiyah, menciptakan nuansa baru dalam identitas organisasi tersebut. Artikel menjelaskan bahwa meskipun panggilan “Gus” pernah ada di Muhammadiyah tempo dulu (seperti Gus Bah, Gus Tosu, dan Gus Afwan), kini mulai luntur karena semangat egaliter yang semakin kuat. Namun, Gus Yusuf menjadi yang paling menonjol, sehingga menjadi fokus utama pembahasan.
Artikel ini bersumber dari tulisan Majelis Ta’lim Ngaos Tarikh ID, dan penulis artikel tertarik membahasnya karena peran signifikan Gus Yusuf dalam “kebangkitan Gus” di Muhammadiyah. Selanjutnya, saya akan jelaskan secara rinci, gamblang, dan jelas berdasarkan isi artikel, mulai dari latar belakang pribadi, pendidikan, aktivitas, hingga kontribusi utamanya.
Latar Belakang Pribadi Gus Ibnu Yusuf bin Kholil
Gus Yusuf lahir sebagai putra bungsu dari KH Hartono bin Yusuf, seorang kyai dari kalangan NU. Usianya saat artikel ditulis adalah 24 tahun. Ia digambarkan sebagai sosok yang berhasil mengintegrasikan elemen tradisional seperti panggilan “Gus” ke dalam Muhammadiyah, yang biasanya lebih dikenal dengan pendekatan modern dan egaliter. Ini menciptakan “kebangkitan Gus” di Muhammadiyah, di mana panggilan ini mulai populer lagi meskipun sempat memudar. Gus Yusuf aktif di media sosial, terutama Instagram (@ngaoskitab.id), dengan puluhan ribu pengikut, di mana ia berbagi konten keagamaan dan sejarah.
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Gus Yusuf sangat beragam, mencakup jalur formal dan non-formal, yang menunjukkan komitmennya terhadap ilmu agama dan umum. Berikut rinciannya:
Pendidikan Formal:
SD di Tanggungan.
SMPN 1 Pucuk dan MTsN Tambakberas Jombang.
SMA di SMAN 2 Lamongan.
S1 di Fakultas Kedokteran Gigi IIK Kediri, dengan lisensi dari Safwa University x STAI Darul Qolam.
S2 MMRS di Umiba Jakarta.
Magister PAI di Unhasy Tebuireng.
Pendidikan Non-Formal:
TPA Muhammadiyah Miftahul Ulum.
Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
Ma’had Umar Bin Khattab Yogyakarta.
Rumah Tahfidz Ibnu Katsir Malang.
Maskan Muhibbul Arabiyah Kediri.
Belajar sorogan (belajar langsung secara pribadi) kepada beberapa kyai tanpa tinggal di pondok.
Pendidikan ini mencerminkan perpaduan antara tradisi pesantren (seperti di Jombang dan Yogyakarta) dengan pendidikan modern, yang membuatnya memiliki wawasan luas dari berbagai aliran.
Aktivitas dan Organisasi
Gus Yusuf sangat aktif dalam berbagai bidang, termasuk organisasi keagamaan, bisnis, dan inisiatif sosial. Ia adalah founder dari Ngaos Kitab (@ngaoskitab.id), sebuah platform yang fokus pada pengajaran kitab kuning (buku klasik Islam), kajian keagamaan, dan pengembangan konten. Selain itu, ia terlibat di:
Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Serikat Usaha Muhammadiyah.
Kader Muhammadiyah ber-NBM (Nomor Baku Muhammadiyah).
Pemuda Muhammadiyah.
Komunitas Ngecas Iman.
Dalam karier bisnis, ia menjabat sebagai Direktur PT Dents Law Kiem Jaya, founder Gus Dental, dan menginisiasi beberapa proyek usaha seperti:
Pondok Pesantren Yusuf Bin Kholil Jogja (masih berlangsung).
Gus Dental Care dan Apotek (masih berlangsung).
Madinah Swalayan (sudah selesai).
Ning Market (masih berlangsung).
Kerjasama pembangunan SD Muhammadiyah Ngerong Pasuruan (masih berlangsung).
Ini menunjukkan bahwa Gus Yusuf tidak hanya fokus pada dakwah, tapi juga pada pengembangan ekonomi dan pendidikan berbasis Muhammadiyah.
Guru dan Pengaruh
Gus Yusuf belajar dari berbagai guru lintas aliran, yang membuat pemikirannya inklusif. Guru-gurunya dibagi menjadi tiga kelompok:
Dari Muhammadiyah: Kyai Mushoyid Saputro, Kyai Ali Munif, Alm. Kyai Sumarto, Ust. Rifky Ja’far Thalib, Almarhumah Nyai Sholichah (nenek dari pihak ibu), Ustzh Nur Azizah, Ustzh Anis Sholihah, dan Ustzh Khazanatun dkk.
Dari Nahdlatul Ulama (NU): KH Hartono Bin Yusuf (ayahnya), KH Abdul Manaf, KH Abdullah Faqih, Kyai Maghfur Amien (sepupu dari pihak ayah), KH Ubaidillah Salim (kerabat jauh), Alm. KH Abdul Choliq Mustaqim, dan Ust. Abdul Wahid dkk.
Dari Salafi: Ust. Achmad Tito Rusady dan Ust. Aris Munandar.
Perpaduan ini membuatnya bisa menyampaikan dakwah yang adil dan berbasis sejarah dari berbagai perspektif.
Karya Tulis
Sebagai penulis dan peneliti, Gus Yusuf telah menghasilkan beberapa karya yang mencakup bidang agama, sejarah, dan bahkan kedokteran. Daftarnya:
Kitab At Thoriq Ila Jannah Syarah Kitabud Tauhid (syarah atau penjelasan kitab tauhid).
Peran Pondok Pesantren Tebuireng Dalam Mencetak Kader Penggerak Muhammadiyah (membahas peran pesantren NU dalam membentuk kader Muhammadiyah).
Gawagis, Habaib, dan Tionghoa Muhammadiyah (proses penerbitan).
Pengaruh Gel Ekstrak Kulit Nanas Dalam Mengurangi Luas Ulkul Traumatikus Rattus Novergicus Yang Dipapar Asap Rokok (penelitian kedokteran gigi).
Titik Pisah Soeharto-Orde Baru Dengan Muhammadiyah (proses penulisan).
Seiman Tak Seamin (proses penerbitan, novel).
Syarah Kitab Janazah KH Nadjih Ahjad Maskumambang (proses penulisan).
Karya-karya ini menunjukkan keahliannya di bidang sejarah Islam di Indonesia, khususnya pasca-1900-an, yang jarang digeluti kader Muhammadiyah.
Peran Signifikan dalam Muhammadiyah dan Kebangkitan “Gus”
Artikel menyoroti bahwa Gus Yusuf mendapat dukungan luas di Muhammadiyah, sering diundang ke acara di berbagai kota dan provinsi karena keahliannya dalam sejarah Islam. Banyak warga Muhammadiyah penasaran dengan konsep “Gus” di Muhammadiyah, apakah sama dengan di NU. Berikut gebrakan utamanya sebagai dai Muhammadiyah, dijelaskan secara rinci:
Mengulas Sejarah Muhammadiyah yang Jarang Diketahui: Melalui majelis taklim Ngaos Tarikh (sebelumnya majelis taklim biasa), ia membahas sejarah Muhammadiyah di media sosial seperti Instagram. Banyak kader Muhammadiyah sendiri yang baru tahu fakta-fakta ini, sehingga ulasannya menjadi viral.
Membahas Isu Kementerian Pendidikan: Ia menjelaskan kronologi salah paham terkait undangan Kemendikbud yang hanya ke sekolah Muhammadiyah, bukan diskriminasi terhadap NU. Penjelasannya membuat pihak yang salah paham (Ketua LP Ma’arif NU Jawa Tengah) menarik pernyataan menyesatkan di media sosial, mencegah kegaduhan.
Mengulas Peran NU dalam Membentuk Kader Muhammadiyah: Ia mengungkap bahwa di awal berdirinya Muhammadiyah, banyak ulamanya lulusan pesantren NU seperti Tebuireng, Termas, Lirboyo. Fakta ini dibahas di media sosial dan dibukukan, sehingga booming dan memperkuat hubungan antar-organisasi.
Mengulas Hubungan Muhammadiyah dengan Salafi/Wahabi: Sebagai ahli sejarah yang adil, ia menyampaikan fakta seperti Kyai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) sering mengutip kitab Wahabi, Muhammadiyah pertama kali menerjemahkan kitab Wahabi ke bahasa Indonesia, dan pesantren Muhammadiyah pertama yang mengajarkan kitab Wahabi. Ini disampaikan secara jujur tanpa bias.
Mengkritik Buku “Muhammadiyah Itu NU”: Ia mengkritik buku ini karena dianggap memaksakan kesamaan dan menyembunyikan perbedaan, seperti tidak membahas pandangan Muhammadiyah tentang tahlilan, yasinan, maulidan, dll. Kritik lain: daftar pustaka tidak kutip murid Kyai Ahmad Dahlan, dan penulis tidak klarifikasi ke PP Muhammadiyah atau keluarga pendiri (dianggap su’ul adab atau tidak sopan).
Mengkritik Pesantren Muhammadiyah Saat Ini: Menurutnya, pesantren Muhammadiyah kini menyimpang dari cita-cita pendiri, yang dulu mencetak ulama mumpuni. Sekarang lebih fokus mencetak kader biasa, bukan ulama, sehingga ilmu lulusannya di bawah pesantren NU atau Salafi. Ia sarankan cukup adakan pengkaderan seperti Taruna Melati atau Darul Arqom, bukan pesantren jika orientasinya bukan ulama.
Artikel menyimpulkan bahwa ini hanyalah sebagian peran signifikan Gus Yusuf, yang mengabdikan diri untuk Muhammadiyah. Semoga Allah merahmatinya. Ada juga tautan ke artikel terkait, seperti kritiknya terhadap Mu’allimin dan ponpes lain, serta seruannya agar dai Muhammadiyah introspeksi diri.
Secara keseluruhan, artikel ini menggambarkan Gus Yusuf sebagai tokoh muda yang inovatif, membawa semangat tradisional ke Muhammadiyah modern, sambil tetap kritis dan berbasis fakta sejarah. Ini menjadikannya inspirasi bagi kebangkitan “Gus” di kalangan tersebut.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”




































































