TANGSEL – Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) terus memacu persiapan untuk kembali meraih predikat Swasti Saba Wistara dalam penilaian Kota Sehat.
Salah satu syarat utama yang kini menjadi perhatian adalah pencapaian 100 persen ODF (Open Defecation Free), atau bebas buang air besar sembarangan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, dr. Allin Hendalin Mahdaniar menjelaskan, bahwa perbedaan penilaian saat ini jauh lebih ketat dibanding tahun 2019, ketika Tangsel berhasil meraih predikat yang sama.
“Dulu, dari 8–9 indikator, hanya tiga indikator utama yang menjadi syarat. Sekarang persyaratannya jauh lebih berat, terutama harus tercapai 100 persen ODF. Jadi, kami menunggu sampai itu terpenuhi, baru bisa maju ke tahap penilaian Kota Sehat,” kata Allin, di Pusat Pemerintahan Kota, Serua, Ciputat, Kamis 21 Agustus 2025.
Lebih lanjut, Allin menuturkan, bahwa proses verifikasi sudah berjalan sejak tahun lalu. Pada 2024, verifikasi dilakukan di tingkat provinsi, sementara pada 2025 ini langsung diverifikasi oleh tim pusat.
“Tim verifikator pusat memberikan waktu 2×24 jam untuk melengkapi indikator yang masih kurang. Target kami jelas, yaitu meraih Wistara, selama seluruh indikator dapat terpenuhi,” tegasnya.
Meski demikian, Allin mengakui, tantangan dalam mewujudkan Kota Sehat cukup besar. Selain menyangkut perubahan perilaku masyarakat, koordinasi lintas instansi dari tingkat kota hingga kelurahan juga sangat menentukan.
Maka itu, penilaian Kota Sehat sendiri mencakup sembilan tantangan, mulai dari kesehatan, pendidikan, pariwisata, lingkungan, sosial, hingga reformasi kota.
“Kadang ada perbedaan persepsi antara provinsi dan pusat. Misalnya di provinsi kami bisa dinilai 100, tetapi di pusat hanya 50. Karena itu, kami terus melengkapi dokumen dan indikator sesuai dengan permintaan verifikator pusat,” jelasnya.
Selain fokus pada Kota Sehat, Allin menjelaskan, Dinkes Tangsel juga menjalankan program pelayanan kesehatan masyarakat, salah satunya Cikgis Kehidupan Gratis.
Namun, Allin mengungkapkan, bahwa antusiasme masyarakat masih perlu terus didorong.
“Sebagian warga masih takut diperiksa. Tugas kami adalah memberikan edukasi agar masyarakat mau memanfaatkan layanan kesehatan. Layanan tidak harus di puskesmas, tetapi juga bisa dibuka di posko kelurahan atau lokasi lain sesuai kesepakatan dengan warga,” terangnya.
Senada dengan itu, Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie menegaskan, bahwa upaya menuju Kota Sehat tidak hanya bertumpu pada infrastruktur, tetapi juga harus didukung oleh inovasi dan partisipasi aktif masyarakat.
“Alhamdulillah, hari ini dilakukan verifikasi oleh tim pusat setelah Tangsel lolos verifikasi di Provinsi Banten bersama Kota Cilegon dan Kota Tangerang. Ini untuk predikat tertinggi, Swasti Saba Wistara, yang merupakan level tertinggi penilaian Kota Sehat,” ujarnya.
Lebih jauh, Benyamin menyampaikan, bahwa sejumlah inovasi telah dilakukan, mulai dari mendekatkan layanan kesehatan melalui program Ngider Sehat Prima, penguatan peran Jumantik di setiap rumah, hingga berbagai inovasi lain yang mendukung pembangunan Kota Sehat.
“Mudah-mudahan predikat Swasti Saba Wistara bisa kita peroleh. Namun, indikator yang paling penting bagi kami adalah meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Tangsel,” ujarnya
Saat ini sudah mencapai 75,8 tahun, dan ini menunjukkan bahwa seluruh infrastruktur serta layanan kesehatan harus terus mendorong capaian tersebut. Hal ini juga sudah tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah kita,” tutupnya.