Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan Jahe Instan oleh Mahasiswa KKN Tematik Inovasi Pengembangan Desa Gelombang 114 Universitas Hasanuddin. Bantimurung, Tondong Tallasa (23/07/2025) .
Desa Bantimurung, yang selama ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil jahe di Kecamatan Tondong Tallasa, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan hasil pertanian lokal. Minimnya proses pemasaran dan kurangnya pengolahan pascapanen membuat sebagian besar jahe yang dipanen petani tidak termanfaatkan optimal hingga akhirnya membusuk. Kondisi ini kerap menimbulkan kerugian bagi para petani.
Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Inovasi Pengembangan Desa Gelombang 114 Universitas Hasanuddin hadir memberikan solusi melalui pelatihan dan demonstrasi pengolahan jahe instan. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 23 Juli 2025, pukul 14.00 WITA, bertempat di Kantor Desa Bantimurung, dan diikuti oleh 30 orang masyarakat setempat.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa KKN memperkenalkan cara mengolah jahe menjadi produk jahe instan yang praktis, memiliki daya simpan lebih lama, serta bernilai ekonomi lebih tinggi. Proses pelatihan dilakukan dengan membagi peserta menjadi dua kelompok yang berisi masing-masing 15 orang dengan dua perlakuan yang berbeda. Adapun perbedaan dari kedua perlakuan yang digunakan yaitu terletak dari jenis gula yang ditambahkan berupa gula merah dan gula pasir. Tujuan dari penggunaan dua perlakuan tersebut yakni guna membandingkan hasil produk akhir yang diperoleh.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Pak Samsul Bahri, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal.
“Jahe bubuk sebelumnya sudah ramai di pasaran, namun di Desa Bantimurung sendiri belum ada yang pernah membuat hingga saat ini, sehingga kegiatan ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengolah tanaman jahe menjadi produk yang bernilai tinggi” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat Desa Bantimurung dapat mengembangkan produk olahan jahe sebagai komoditas unggulan desa, mengurangi risiko kerugian petani, sekaligus membuka peluang usaha baru yang lebih berkelanjutan.