Depok – Suasana malam itu terasa hangat di aula utama Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago Kampus Putri, Depok. Para santriwati duduk berjejer rapi, mengenakan seragam khas Primago, sementara di panggung tampak deretan spanduk bertuliskan besar: “Festival Hari Santri Nasional 2025 Meneladani Peran Santri dari Masa ke Masa.”
Di tengah semangat peringatan Hari Santri Nasional, pesantren ini menggelar seminar penutup bertajuk “Peran Santri dari Masa ke Masa” bersama Dr. Awaluddin Faj, M.Pd, seorang akademisi sekaligus tokoh pendidikan Islam yang dikenal memiliki kepedulian besar terhadap dunia pesantren dan kaderisasi santri milenial.
Acara ini menjadi puncak dari serangkaian kegiatan Festival Hari Santri 2025, yang selama sepekan penuh para santri menyiapkan lomba pidato, video kreatif, hingga tari saman sebagai simbol kebersamaan dan kekayaan budaya santri.
Santri, Kata Kunci dari Pesantren
Dalam sambutannya, Dr. Awaluddin Faj membuka dengan kalimat sederhana namun bermakna dalam:
“Pesantren itu kata kuncinya santri. Maka untuk memahami pesantren, kita harus memahami terlebih dahulu: apa itu santri?”
Beliau kemudian menjelaskan tiga makna mendalam tentang kata santri.
Pertama, santri sebagai thooifah liyatafqqahu fid-din — kelompok orang yang menekuni ilmu agama dengan sungguh-sungguh.
Kedua, santri sebagai ibadurrahman — insan yang memperbanyak ibadah kepada Allah dengan akhlak dan perilaku yang lembut.
Ketiga, santri sebagai penjaga tiga nilai utama: iman, Islam, dan ihsan, sebagaimana akar katanya dalam bahasa Sanskerta shastri yang berarti penjaga ilmu dan spiritualitas.
“Santri bukan sekadar orang yang tinggal di pondok,” ujar Dr. Awaluddin menegaskan.
“Santri adalah penjaga nilai, pengawal akhlak, dan penerus dakwah Rasulullah.”
Dari Lumbung Perjuangan ke Lumbung Peradaban
Lebih jauh, Dr. Awaluddin mengajak para santriwati menelusuri jejak sejarah panjang peran santri dalam membangun negeri.
“Kalau kita buka lembar sejarah Indonesia,” katanya, “pesantren sudah ada jauh sebelum republik ini lahir. Pesantren menjadi benteng keilmuan sekaligus benteng perjuangan.”
Nama-nama pesantren legendaris disebut satu per satu:
Pesantren Al-Kahfi di Kebumen (1475),
Pesantren Tegalsari di Ponorogo (1742) yang menjadi cikal bakal Pondok Modern Gontor,
dan para tokoh seperti H.O.S. Cokroaminoto, KH. Hasyim Asy’ari, hingga KH. Ahmad Dahlan, yang lahir dari rahim pendidikan pesantren.
“Santri adalah pelaku sejarah,” ujar Dr. Awaluddin.
“Bukan hanya saksi. Mereka yang menggemakan resolusi jihad dan turun langsung mempertahankan kemerdekaan. Tanpa santri, Indonesia tak akan sekuat hari ini.”
Santri, Penerus Syiar dan Nubuwwah
Dalam pandangan beliau, santri memiliki dua peran utama yang tak lekang oleh zaman:
Syiarul Islam – menjadi penyebar nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin,
Syiarun Nubuwwah – melanjutkan misi kenabian: membawa kedamaian, keadilan, dan ilmu pengetahuan.
“Santri sejati bukan hanya pandai mengaji, tapi juga mampu membawa nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam kehidupan sosial. Santri harus menjadi solusi, bukan sekadar simbol,” tegasnya.
Dr. Awaluddin juga menyoroti pentingnya daya juang dan daya suai (adaptability) bagi santri masa kini.
“Zaman terus berubah. Tapi nilai-nilai pesantren harus tetap hidup di hati santri. Di manapun berada, jadilah cahaya,” pesannya.
Primago dan Santri Milenial
Nama Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago kembali disebut dalam seminar sebagai contoh nyata model pesantren yang menggabungkan tradisi klasik dengan pendekatan modern.
“Primago adalah bukti bahwa pesantren tidak hanya mengajarkan kitab, tapi juga kepemimpinan, teknologi, dan kemandirian,” ujar Dr. Awaluddin.
Dengan program leadership training, entrepreneurship, dan digital literacy, Primago berupaya mencetak santri tangguh berdaya saing global, tanpa kehilangan jati diri keislamannya.
“Santri Primago harus punya tiga hal: daya juang, daya suai, dan rasa bangga menjadi almamater Primago. Karena bangsa ini menunggu kontribusi kalian.”
Membaca Ulang Makna Hari Santri
Bagi para peserta, seminar ini terasa istimewa. Tak sekadar seremoni penutupan, tetapi menjadi momentum refleksi diri.
“Setiap kali memperingati Hari Santri, sesungguhnya kita sedang membaca sejarah,” kata Dr. Awaluddin.
“Bahwa pesantren punya andil besar dalam membangun Indonesia. Dari perjuangan fisik hingga perjuangan intelektual.”
Ia menambahkan, “Santri hari ini harus tampil sebagai pemikir, penggerak sosial, dan inovator yang berakar pada nilai-nilai agama.”
Peran Santriwati: Pilar Akhlak dan Peradaban
Tak lupa, pembicara juga menyoroti peran santriwati dalam era modern.
Menurutnya, perempuan santri memegang tanggung jawab besar karena menjadi madrasah pertama bagi generasi mendatang.
“Santriwati hari ini adalah calon ibu bangsa,” ujarnya.
“Mereka tidak hanya dituntut cerdas, tapi juga berakhlak mulia dan siap berperan di masyarakat.”
Para santriwati tampak khidmat mendengarkan. Beberapa bahkan mencatat dengan tekun setiap pesan yang disampaikan.
Rangkaian Penutupan Festival Hari Santri
Selain seminar, acara penutupan Festival Hari Santri 2025 diwarnai berbagai penampilan kreatif yang menggambarkan semangat kebersamaan dan nasionalisme santri.
Di antaranya, final lomba pidato antar santriwati yang menampilkan 3 finalis dengan tema momen Hari Santri, lomba video kreatif yang menyoroti perjuangan santri masa kini, serta penampilan tari Saman oleh santriwati kelas akhir.
Tari Saman tampil spektakuler dan penuh semangat. Irama tepukan tangan dan gerak harmonis menggambarkan kekompakan dan nilai ukhuwah yang dijaga di pesantren.
“Ini bukan sekadar festival,” ujar Ustadzah Faiza, salah satu panitia.
“Ini perayaan identitas. Di sinilah santri belajar bersyukur sekaligus berkontribusi.”
Meneladani Semangat Santri untuk Bangsa
Dalam penutupnya, Dr. Awaluddin mengajak seluruh santri untuk menjadikan Hari Santri sebagai momentum lahirnya semangat baru.
“Meneladani santri untuk bangsa berarti belajar dengan sungguh-sungguh, memaksimalkan potensi, menjaga akhlak, serta menjadi perekat persatuan.”
Ia menekankan bahwa santri sejati tidak hanya menghafal ilmu, tetapi mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari di rumah, di kampus, di masyarakat, bahkan di dunia digital.
“Jika ingin bangsa ini kuat, maka kuatkanlah pesantren. Jika ingin pesantren hebat, maka hebatkanlah santri,” pungkasnya disambut tepuk tangan meriah.
Pesan untuk Santri Primago
Sebagai penutup acara, pimpinan Pesantren Leadership Primago menyampaikan pesan khusus kepada seluruh santri.
“Jadilah santri yang punya semangat juang tinggi, yang siap beradaptasi dengan zaman, dan bangga menjadi bagian dari keluarga besar Primago,” ujar pimpinan pesantren.
Pesan itu seakan menjadi gema penutup yang menggugah — mengingatkan bahwa identitas santri bukan hanya status, melainkan amanah perjuangan.
Dari Pesantren untuk Indonesia
Kegiatan seperti ini memperlihatkan bahwa pesantren bukan lembaga kuno yang tertinggal zaman. Justru sebaliknya, pesantren adalah sumber inspirasi dan keteladanan.
Di tengah arus globalisasi, santri tetap berdiri tegak sebagai penjaga moral bangsa.
Dan Primago menjadi salah satu potret nyata bagaimana tradisi lama dan semangat baru bisa berjalan seiring: tradisi yang melahirkan inovasi.
Tentang Penulis
Farhan Hidayat Woli adalah jurnalis dan pegiat pendidikan pesantren yang aktif menulis di berbagai media daring seperti Kompasiana dan Siaran-Berita.com. Ia juga menjabat sebagai Direktur Gerakan Ayo Peduli Sesama, lembaga sosial yang fokus pada pemberdayaan umat dan pendidikan santri.
Ingin Jadi Bagian dari Santri Pemimpin Masa Depan?
Bagi pembaca yang terinspirasi oleh kisah dan nilai-nilai santri, kini saatnya mengambil langkah nyata.
Pesantren Leadership Daarut Tarqiyah Primago membuka pendaftaran santri baru tahun ajaran 2026/2027.
Pesantren ini mengusung konsep Leadership & Character Boarding School — membentuk generasi Qur’ani yang cerdas, tangguh, dan siap memimpin.
📞 Hubungi WA 0896-2002-0062 untuk informasi pendaftaran santri baru.
🤝 Atau, ingin mendukung pendidikan dan dakwah santri?
Kunjungi: ayopedulisesama.com atau hubungi WA 0813-1506-4080 untuk menjadi bagian dari gerakan kebaikan bersama.
Penutup
Dari masa ke masa, santri selalu punya peran penting: dari medan perjuangan hingga ruang keilmuan, dari mimbar pesantren hingga panggung peradaban.
Dan kini, giliran santri masa kini termasuk santri Primago untuk menulis bab baru sejarah bangsa.
“Santri adalah lilin bagi zamannya. Ia menyala, agar bangsa tidak gelap.”
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”