Medan, Sumut – Di tengah ramainya kuliner modern yang menjamur di media sosial, siapa sangka sebuah usaha gorengan sederhana justru bisa bertahan dan berkembang. Berlokasi di Jalan Sakti Lubis, Gang Pegawai No. 69B, Medan, “Gorengan Bu Yani” menjadi bukti bahwa bisnis rumahan dengan cita rasa khas tetap memiliki tempat tersendiri di hati konsumen.
Didirikan sejak tahun 2022, UMKM ini dikelola langsung oleh Bu Yani, seorang ibu rumah tangga yang berinisiatif memanfaatkan halaman rumahnya sebagai tempat usaha. Setiap harinya, ia menjual pisang goreng hangat—produk andalannya—yang dibuat dari pisang kepok berkualitas, dibalut adonan gurih, dan digoreng dengan minyak yang selalu segar.
“Banyak mahasiswa dan warga yang suka camilan hangat, apalagi pas hujan. Itu alasan saya mulai jualan,” ujar Bu Yani saat ditemui di lapak sederhananya yang beratapkan teras rumah.
Modal Terbatas, Hasil Maksimal
Meski dimulai dengan perlengkapan sederhana—kompor gas, wajan, dan steling kaca—Bu Yani kini mampu menjual hingga 80 potong gorengan per hari. Dalam sebulan, usaha ini bisa menghasilkan ribuan gorengan dengan pendapatan yang cukup stabil. Bahkan, analisis keuangan dari laporan studi menunjukkan bahwa modal usaha sebesar Rp2.795.000 bisa kembali hanya dalam waktu 11 hari, dengan estimasi keuntungan tahunan mencapai puluhan juta rupiah.
Tantangan dan Rencana ke Depan
Namun tentu saja, usaha ini tidak lepas dari tantangan. Ketiadaan karyawan membuat Bu Yani harus menangani semua sendiri, dari belanja bahan, memasak, hingga melayani pembeli. Jika beliau sakit atau berhalangan, otomatis dagangan libur. Selain itu, naik turunnya harga minyak goreng dan pisang kerap memengaruhi margin keuntungan.
Bu Yani menyadari tantangan ini dan berencana menambah variasi menu, seperti pisang goreng cokelat keju, serta mengembangkan pemasaran melalui media sosial dan layanan pesan antar. Ia juga mempertimbangkan merekrut karyawan part-time agar beban kerja lebih ringan.
“Saya pengen orang bisa pesen lewat WA, biar lebih praktis. Kalau nanti ramai, mungkin bisa masuk ke GoFood juga,” tuturnya dengan semangat.
Dukungan Lingkungan dan Peluang Pasar
Lingkungan sekitar yang padat, dekat dengan kampus dan rumah sakit, menjadi pasar potensial bagi usaha Bu Yani. Selain mahasiswa, banyak pekerja dan warga yang rutin mampir sekadar untuk ngemil sore. Bahkan meskipun banyak kompetitor seperti pedagang kaki lima atau makanan ringan kekinian, gorengan ala rumahan seperti milik Bu Yani tetap punya keunikan tersendiri.
Dengan harga yang ramah di kantong—Rp2.000 per buah—dan rasa yang konsisten, usaha ini terbukti masih relevan di tengah gempuran makanan modern.
Penutup
“Gorengan Bu Yani” adalah bukti bahwa usaha kecil yang dijalankan dengan hati bisa tumbuh dan memiliki masa depan. Ke depan, strategi digitalisasi, penambahan menu, dan perbaikan manajemen diharapkan dapat membawa usaha ini naik kelas, tanpa kehilangan sentuhan hangat khas rumahan.
Kalau kamu sedang berada di sekitar Jalan Sakti Lubis, jangan ragu untuk mampir dan mencicipi gorengan pisang Bu Yani. Siapa tahu, kamu jadi pelanggan tetap berikutnya!