Di tengah derasnya arus digitalisasi dakwah Islam, platform YouTube menjadi salah satu media paling efektif dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada generasi milenial. Salah satu tokoh yang memanfaatkan media ini adalah Ustaz Felix Siauw. Sebagai dai millennial, Felix tidak hanya dikenal karena gaya penyampaian yang lugas dan visual yang menarik, namun juga karena keberaniannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan lintas iman, seperti yang terlihat dalam episode “Kristen Bertanya” di kanal YouTube-nya.
Episode ini secara eksplisit menampilkan dialog antara Ustaz Felix dan seorang penanya non-Muslim yang mengangkat pertanyaan seputar keyakinan, Isa Al-Masih, hingga konsep ketuhanan dalam Islam dan Kristen. Ini menjadi ruang yang menarik untuk mengkaji bagaimana nilai toleransi direpresentasikan dalam dakwah digital kontemporer.
Dalam video tersebut, Ustaz Felix menunjukkan sikap yang relatif terbuka dalam menerima pertanyaan dari luar Islam. Ia tidak menolak untuk berdialog dan justru menyambut pertanyaan tersebut dengan serius dan sistematis. Gaya penyampaiannya tidak bernada ofensif, meski tetap teguh dalam menyampaikan keyakinan Islam. Sikap ini mencerminkan bentuk.toleransi epistemologisyaitu kesediaan untuk berdialog dengan pemahaman lain tanpa kehilangan prinsip.
Namun, penting dicatat bahwa toleransi di sini bukan berarti kompromi akidah, melainkan pengakuan akan keberagaman pemahaman yang ada dalam masyarakat majemuk.
Ustaz Felix secara konsisten membedakan antara mengkritisi ideologi dan menyerang pribadiDalam menanggapi pertanyaan tentang ketuhanan Yesus atau Trinitas, ia memberikan analisis logis berdasarkan sudut pandang Islam, tanpa menjatuhkan atau mencela pihak lain. Ini menunjukkan sikap dakwah yang argumentatif dan intelektual, bukan emosional.
Nilai toleransi tercermin dari upaya menjaga kehormatan lawan dialog dan tidak mengarah pada ujaran kebencian. Ini menjadi penting di era digital, di mana batas antara kritik dan ujaran kebencian seringkali kabur.
Meskipun Ustaz Felix berusaha menjaga dialog yang sehat, ada potensi penonton awam menafsirkan penyampaiannya sebagai bentuk “klaim superioritas” terhadap agama lain. Dalam dakwah digital, narasi yang menekankan bahwa “Islam paling benar” bisa saja disalahartikan sebagai intoleransi, meski dalam kerangka dakwah, itu adalah hal wajar.
Di sinilah pentingnya literasi baik bagi pendakwah maupun penonton. Toleransi bukan berarti semua agama dianggap sama benar, tapi bagaimana perbedaan itu disampaikan dengan cara yang beradab dan menghormati ruang publik bersama.
Episode “Kristen Bertanya” di kanal YouTube Ustaz Felix Siauw menunjukkan bahwa dakwah millennial memiliki potensi besar dalam membentuk ruang dialog lintas iman yang sehat dan konstruktif. Representasi toleransi dalam konten tersebut terletak pada kesediaan berdialog, cara penyampaian yang tidak ofensif, serta sikap kritis yang berbasis argumen, bukan kebencian.
Namun, perlu ada penguatan literasi dakwah digital agar pesan-pesan tersebut tidak disalahpahami. Dengan begitu, YouTube sebagai medium dakwah tidak hanya menjadi alat penyebaran ajaran Islam, tetapi juga jembatan penguat kerukunan dalam masyarakat multikultural.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”