TANGSEL — Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kota Tangsel, Buana Mahardika menegaskan, bahwa krisis bukan hanya tantangan, melainkan juga peluang untuk memperkuat sistem inklusi.
Hal itu di sampaikan dalam Seminar Hari Tuli Internasional 2025 yang mengusung tema “Hak Tuli dalam Menghadapi Krisis”. Ditulis Sabtu 27 September 2025.
“Saat krisis, kita ditantang untuk lebih kreatif dan adaptif. Justru di situlah peluang muncul, bagaimana sistem pelayanan kerja maupun sosial harus mampu menyesuaikan diri agar semua kelompok masyarakat, termasuk teman-teman tuli, bisa mendapat ruang yang setara,” ujar Buana.
Buana menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Pekan Tuli Internasional yang rutin digelar setiap tahun. “Tahun kemarin juga kebetulan tempatnya di sini. Biasanya, tahun sebelumnya acara ini digabung dengan Hari Bahasa Isyarat. Kali ini terasa lebih maksimal karena kita bisa berdiskusi langsung dengan teman-teman tuli tentang perbedaan bahasa isyarat, baik di Indonesia maupun di luar negeri,” jelasnya
Seminar ini, juga mengedukasi teman-teman tuli agar berani bicara kepada siapa pun, karena hak mereka sama seperti kita yang bisa mendengar,” tambahnya.
Menurutnya, Pemerintah Kota Tangsel terus berupaya menghadirkan layanan publik yang lebih ramah disabilitas. Dirinya mencontohkan hadirnya fasilitas pelican cross di sejumlah jalan.
“Pelican cross ini memiliki fitur suara untuk yang tidak bisa melihat, layar untuk yang tidak bisa mendengar, dan guiding block untuk tunanetra. Ini salah satu contoh peningkatan fasilitas publik yang inklusif,” ucapnya.
Namun, Buana mengakui, layanan publik yang ada belum sepenuhnya sempurna. “Sebagus apapun layanan inklusi, pasti masih ada celah, terutama soal komunikasi. Karena itu, kita yang bisa mendengar jelas juga harus belajar memahami budaya teman-teman tuli. Jangan memaksa mereka menyesuaikan diri dengan kita saja. Itu yang paling efektif,” tegasnya.
Buana menambahkan, forum musyawarah inklusi dapat menjadi ruang untuk mendorong perbaikan layanan publik, misalnya memastikan ada petugas yang memahami bahasa isyarat.
“Bahkan tadi juga disampaikan bahwa bahasa isyarat akan dijadikan kurikulum. Itu kewenangan pusat, tapi semoga bisa terwujud,” ujarnya.
Selain itu, Buana juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan sektor swasta untuk mendukung layanan inklusif.
“Ya, kolaborasi itu penting. Kita juga berharap pihak swasta berperan. Seperti di kawasan Bintaro Xchange, contohnya sudah mulai terlihat ada upaya ke arah sana,” katanya.
Dengan berbagai upaya ini, Buana berharap, komitmen inklusi semakin kuat dan dirasakan nyata oleh masyarakat. “Tema seminar hari ini mengajak kita semua untuk belajar, mengenal, dan memahami budaya inklusi. Hal ini penting agar komunikasi dan interaksi kita dengan berbagai kelompok masyarakat dapat berjalan lebih baik di masa depan,” pungkasnya.(Dion)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”