Analisis mendalam menggunakan metode Standard & Poor’s terhadap PT Wijaya Karya Beton Tbk menunjukkan momentum investasi yang sangat menjanjikan untuk tahun 2025. Dengan target kontrak baru hingga Rp 7 triliun dan ekspansi internasional yang menggembirakan, WTON tampil sebagai saham infrastruktur pilihan utama investor cerdas.
Performa kontrak baru WTON sepanjang 2025 benar-benar mencuri perhatian. Hingga Agustus, perusahaan telah mengantongi kontrak senilai Rp 2,53 triliun, dengan target ambisius mencapai Rp 7,6-8,0 triliun untuk keseluruhan tahun. Sektor infrastruktur mendominasi dengan kontribusi 51,76 persen, diikuti industri 22,97 persen, dan kelistrikan 13,45 persen. Diversifikasi portofolio ini memberikan stabilitas pendapatan sekaligus eksposur terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang solid.
Proyek-proyek strategis yang dikerjakan WTON juga mengesankan, mulai dari Ciputra World Mall Makassar hingga Jembatan Akses Utama IKK Karawang.
WTON memiliki posisi fundamental yang sangat kokoh dengan menguasai 40,9 persen pangsa pasar beton pracetak nasional. Kapasitas produksi mencapai 10,92 juta ton per tahun dengan sebaran fasilitas dari Sumatra, Jawa, Sulawesi hingga Batam. Keunggulan geografis ini memberikan competitive advantage signifikan dalam efisiensi logistik dan penetrasi pasar yang sulit ditandingi kompetitor.
Kekuatan operasional makin diperkuat melalui program transformasi 2025 yang mencakup price acceleration, implementasi artificial intelligence dalam produksi, penggunaan solar panel, dan semen ramah lingkungan. Inisiatif ini tidak hanya menekan biaya hingga 15 persen, tetapi juga mendukung target Net Zero Emission 2030.
Langkah ekspansi WTON ke pasar internasional menambah daya tarik investasi. Perusahaan telah terlibat dalam proyek MRT Manila Filipina dengan menggandeng mitra dari Singapura dan Jepang. Terdapat sembilan paket tender tunnel yang berpotensi memberikan kontrak hingga 2027, sementara peluang di Bangladesh sedang dalam tahap diskusi intensif dengan mitra dari India dan Jepang.
Dari sisi valuasi, WTON menawarkan peluang yang sangat menarik. Dengan harga saham Rp 100 dan P/E ratio 16,92 kali, valuasi masih wajar mengingat growth potential yang dimiliki. Berdasarkan proyeksi kontrak baru dan perbaikan margin operasi, target price Rp 237 dalam 12 bulan ke depan sangat realistis, memberikan upside potential hingga 137 persen.
Kinerja historis juga menunjukkan resiliensi luar biasa. Meski mengalami fluktuasi natural industri konstruksi, WTON berhasil mencatat profit konsisten sejak 1997. Puncak kinerja terjadi di 2022 dengan revenue Rp 6 triliun dan EPS Rp 18,69, membuktikan kemampuan perusahaan memanfaatkan momentum pertumbuhan infrastruktur nasional.
Diversifikasi pelanggan juga menjadi kekuatan defensif. Sepuluh pelanggan teratas hanya berkontribusi 42,5 persen dari total kontrak, sehingga risiko konsentrasi pelanggan terbatas. PT PLN menduduki posisi teratas dengan kontribusi 11,80 persen, diikuti berbagai perusahaan swasta dan BUMN lainnya.
WTON menawarkan kombinasi langka antara nilai defensif melalui dividend yield dan market leadership, dengan potensi growth agresif dari ekspansi dan mega projects. Untuk investor yang mencari eksposur terhadap pertumbuhan infrastruktur Indonesia, WTON menjadi pilihan yang sangat compelling dengan risk-reward ratio yang menguntungkan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”