• Hubungi Redaksi
  • Login
  • Register
Siaran Berita
Banner Publikasi Press Release Gratis
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
Siaran Berita
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
No Result
View All Result
Siaran Berita
No Result
View All Result
Home Seni & Budaya

Sejarah Tanpa Aksara

Analisa Pola Pewarisan Sejarah Dan Kebudayaan Suku Dayak Ngaju Di Kalimantan Tengah

Endar Priyo Sulistiyo by Endar Priyo Sulistiyo
18 April 2025
in Seni & Budaya
A A
0
ChatGPT Image Apr 18 2025 10 26 18 AM
863
SHARES
1.3k
VIEWS

A.    Pewarisan  Kebudayaan  Suku Dayak

Dayak atau Daya adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan yang meliputi Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan . Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan “perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.

Suku Dayak merupakan suku yang paling terkenal di seluruh Indonesia. Suku ini merupakan suku yang paling unik dan menarik yang mempunyai berbagai adat dan kebudayaan yang sangat berbeda dan langka. Suku yang berasal dari pedalam Kalimantan ini adalah suku yang paling bersejarah yang mempunyai ciri khas dan kebudayaan. Suku dayak  mempunyai berbagai adat istiadat yang berbeda dari suku lain. Mereka mempunyai berbagai peninggalan yang menarik seperti pakaian, perhiasan, aksesoris, senjata, dan masih banyak lagi.

Baca Juga

Sarba

Topeng Blantek “Sarba Mayangsari” Guncang Jakarta: Tawa, Air Mata, dan Janji yang Tak Bisa Dielak

13 June 2025
Eisha Kuat

“Eisha Kuat”: Lukisan Anak 4 Tahun yang Menggambarkan Perjuangan Melawan Polusi Udara

2 June 2025
whatsapp image 2025 05 26 at 09 21 20 6833e5dc34777c07d0356b63

Karya Riyadi Setyawan Diterima Jan Mrazek sebagai Simbol Kolaborasi Abadi

26 May 2025
Budaya

Menyelami Keragaman Budaya dalam Konteks Indonesia Kontemporer

25 May 2025

Berbagai peninggalan ini merupakan berbagai peninggalan yang unik dan bersejarah yang mempunyai unsur seni yang tinggi. Contoh benda yang banyak ditinggalkan oleh suku dayak  adalah, gelang dayak yang biasa digunakan dalam ritual mistis mereka, aksesoris seperti anting, kalung, dan gelang yang terbuat dari berbagai macam bahan seperti bebatuan, perak, logam, ataupun dari kayu-kayuan yang terlihat sangat unik dan alami.Selain peninggalan berupa benda ada pula peninggalan  yang diwariskan secara lisan seperti seni tari, seni musik, dan upacara adat .Melalui peninggalan-peninggalan tersebut suku dayak mewariskan kebudayaan kepada anak cucunya.

Dengan begitu pewarisan budaya suku Dayak telah lama terbiasa dengan bentuk pewarisan fisik dan juga lisan yang kemudian seringkali dapat terlupakan. Hal ini juga didasari pada kurangya suku Dayak dalam merawat dan melestarikan hasil peninggalan sejarahnya seperti apabila kita lihat di musium Balanga kota Palangka Raya, tidak banyak lagi hasil peninggalan sejarah yang ada di wilayah Kalimantan Tengah ini.

Dalam peninggalan-peninggalan suku dayak terdapat makna tersendiri yang menceritakan tentang sejarah dan kebudayaan suku dayak,seperti  dalam tarian manasai yang menunjukan bagaimana tatacara/aturan  untuk menyambut tamu, sedangkan dalam seni musik suku dayak sering menceritakan tentang sejarah masalalu suku,dan kepahlawanan Tjilik Riwut yang terkenal dalam kalimat berirama seperti karungut. Padahal menurut Muslikhatun (dalam  http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com ), pewarisan budaya adalah suatu proses pembelajaran yang dilakukan secara turun- temurun  yang mencakup sebuah kebiasaan yang berisikan nilai-nilai kehidupan  manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dengan semakin hilangnya hasil-hasil peninggalan sejarah dan budaya di Kalimantan Tengah maka proses itu menjadi terputus.

Kebudayaan juga sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Berdasarkan artinya Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Kebudayaan juga merupakan identitas/ciri khas yang membedakan  jati diri sebuah bangsa dengan bangsa lain. Nilai, norma, kebiasaan, hingga pola perilaku kehidupan yang berada dalam kearifan lokal. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya sebuah kebudayaan yang bersifat global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpegaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.

Menurut Arnold J.Toynbe, kebudayaan timbul dan berkembang sebagai upaya  manusia untuk menjawab tantangan yang ada pada alam sekitar. Dengan begitu seharusnya kebudayaan memang berubah, hanya saja apabila proses itu mengubah esensi dari kebudayaan yang ada maka akan sukar pelestarian kebudayaan yang telah ada. Dengan keberadaan suku Dayak yang semakin eksis di dalam kebudayaan Indonesia maka sebaiknya sejarah dan budaya suku Dayak dapat di lestarikan. Salah satu kekurangan suku Dayak dalam pelestarian sejarah dan budayanya adalah tidak ditemukannya tulisan asli dari suku Dayak mengenai sejarah dan bbudayanya. Hal ini juga  menimbulkan sebuah pertanyaan mengenai keaslian sejarah yanga da di suku Dayak. Sejarah suku Dayak bahkan lebih sering di tulis oleh orang-orang di luar suku Dayak, seperti keberadaan kerajaan-kerajaan di Kalimantan Tengah diantaranya kerajaan Sampit, Kotaringin dan lain-lain yang tercatat dalam kitab Negarakretagama dari peninggalan kerajaan majapahit juga bagaimana sejarah Kalimantan tengah yang tertulis dalam bahasa Belanda dan tersimpan di gedung arsip nasional Jakarta.

Bahkan hingga sekarang masih sukar mencari sumber sejarah dan budaya di wilayah Kalimantan Tengah. Palangka Raya saja hanya memiliki musium Balanga dan gedung arsip serta perpustakaan daerah saja yang bisa dijadikan sebagai tempat referensi mencari tentang sejarah dan kebudayaan Dayak. Berbeda dengan suku-suku lainnya, suku Dayak tidak memiliki aksara sehinggga membuat catatan sejarah suku Dayak tidak dapat diketahui secara pasti. Ketidak milikan suku Dayak terhadap aksara seperti di wilayah Jawa, Bali, dan Sulawesi di karenakan  pada masa lalu suku Dayak lebih sering berperang dan sering terjadi peperangan antar suku. Peperangan ini menjadikan suku Dayak tidak memiliki waktu untuk menulis, bahkan sistem habunu habalas serta kayau menjadikan tidak banyak suku lain yang berani masuk sampaike pedalaman pulau Kalimantan.

Rapat Damai tumbang Anoi pada tahun 1894 turut serta mengantarkan sejarah dan kebudayaan suku Dayak kedalam masa penerangan. Maksudnya adalah dengan adanya Rapat Damai Tumbang Anoi situasi dan kondisi Kalimantan menjadi lebih kondusif, tidak ada lagi peperangan antar suku serta budaya habunu habalas dan juga kayau sudah dihapuskan. Menjadikan suku Dayak semakin terbuka dan persebaran para misionaris dalam menyebarkan agama ke pedalaman suku Dayak menjadi terbuka. Persebaran inilah yang kemudian mulai menghasilkan tulisan-tulisan tentang suku Dayak yang dibuat oleh para misionaris berkebangsaan Belanda (Maunati, 2008:80).

B.     Aksara dalam Pewarisan Sejarah dan Budaya Dayak

 Dayak, pada dasarnya menunjukan pada stam-stam yang berdiam di wilayah pedalaman kalimantan (Tjilik Riwut, 2003:30). Istilah “Dayak” secara kolektif menunjuk kepada orang-orang non-Muslim atau non-Melayu yang merupakan penduduk asli Kalimantan pada umumnya (King, 1993). Istilah itu sendiri muncul pada akhir abad 19 dalam konteks pendudukan penguasa kolonial yang mengambil alih kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan (Rousseau, 1990). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Timur, Dr.August Kaderland (ilmuwan Belanda) adalah orang yang pertama kali mempergunakan istilah “Dayak” dalam pengertian di atas pada tahun 1895 (Sandipa, 2010).

Arti dari kata “Dayak” itu sendiri masih bisa diperdebatkan. Terdapat beragam penjelasan tentang etimologi istilah ini.Men urut Lindblad (1988:2), kata “Dayak” berasal dari sebuah kata “daya” dari bahasa Kenyah yang bearti hulu (sungai) atau pedalaman. Sementara King (1993:30), lebih jauh menduga-duga bahwa “Dayak” mungkin juga berasal dari kata “aja”, sebuah kata dari bahasa Melayu yang bearti asli atau pribumi. Dia juga yakin bahwa kata itu mungkin berasal dari sebuah istilah dari bahasa Jawa Tengah yang bearti “perilaku yang tak sesuai atau yang tak pada tempatnya”. Berbeda pula menurut Commans (1987:6), bahwa arti yang paling tepat adalah orang yang tinggal di hulu sungai. Dengan ungkapan serupa, Lahajir (1993:4), melaporkan bahwa orang-orang Iban menggunakan istilah “Dayak” dengan arti manusia, sementara orang-orang Tunjung dan Benuaq mengartikannya sebagai hulu sungai. Mereka juga menyatakan bahwa sebagian orang mengklaim bahwa istilah “Dayak” menunjuk pada karakteristik personal tertentu yang diakui oleh orang-orang Kalimantan yaitu kuat, gagah, berani, dan ulet. Selanjutnya Lahajir (1993:3) mencatat bahwa setidaknya ada empat istilah untuk penduduk asli Kalimantan dalam literatur, yaitu : Daya’, Dyak, Daya, dan Dayak (sandipa, 2010).

Kata Dayak seringkali di sebut Daya atau kemampuan kemudian menjadikan sebuah kebanggaan bagi suku-suku di Kalimantan bersatu dalam satu identitas etnis yaitu Dayak. Pewarisan budaya merupakan suatu proses peralihan nilai-nilai dan norma-norma yang dilakukan dan diberikan melalui pembelajaran oleh generasi tua ke generasi yang muda (http://muslikhatun-antropologi.blogspot.com). Dengan demikian pewarisan sejarah dan budaya menjadi sangat penting dalam menjaga eksistensi sebuah suku bangsa bersama dengan sejarah dan budaya yang ada dan terus berkembang.

Budaya Dayak Kalimantan Tengah memiliki banyak hal untuk ditawarkan sebagai kearifan lokal yang akan dapat memperkaya khasanah nasional maupun internasional (Sutrisnaatmaka dalam Suan, 2011:21). Pentingnya pewarisan sejarah dan budaya itu pada dasarnya juga sudah dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan Tengah tidak bosan-bosan seringkali kita mendengar tentang falsafah rumah betang, meski tak lagi tinggal di rumah betang dalam arti fisik tapi memberi inspirasi luas pada hidup berbangsa dan bernegara yang pada dasarnya harus menjaga kebersamaan yang aman, damai, tenteram dan sejahtera (Sutrisnaatmaka dalam Suan, 2011:21).

Suku Dayak di Kalimantan Tengah telah mewariskan kebudayaannya sejak jaman dahulu melalui peninggalan-peninggalan fisik dan juga cerita-cerita rakyat yang menyebar secara lisan, diantaranya cerita dan legenda tentang tangkiling dan juga bawi kuwu. Akan tetapi cerita-cerita lisan itu sangat sukar untuk dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pewarisan sejarah dan  budaya tanpa disertai penulisan juga menjadikan banyak fariasi dalam sebuah peristiwa sejarah dan juga kebudayaan di wilayah Kalimantan Tengah. Orang seringkali menganggap perbedaan tersebut sebagai sebuah keanekaragaman, akan tetapi apabila perbedaan bentuk  sejarah dan kebudayaan yang seharusnya sama tersebut berlanjut terus maka akan memungkinkan sebuah perubahan sejarah dan kebudayaan suku Dayak itu sendiri.

Apabila dibandingkan dengan kebudayaan lain di Indonesia seperti wayang, dimana wayang sebagai budaya khas jawa memiliki pakem yang sama di setiap wilayahnya sehingga tidak banyak perubahan yang terjadi hingga kini wayang tersebut dikenal dengan nama wayang purwa. Di Kalimantan Tengah pada hakikatnya terdapat peninggalan-peninggalan bersejarah yang sayangnya terlantar dan belum sempat di dokumentasikan dengan baik, sehingga sebagian sejarah dan budaya suku Dayak mau tidak mau bisa dikatakan telah hilang. Sejarah dan kebudayaan suku Dayak seperti yang dikatakan oleh Kusni Sulang (dalam Suan, 2011:37) sekarang terdiri dari dua yaitu budaya Uluh itah dan budaya Hibrida. Budaya Uluh Itah adalah budaya asli suku Dayak Kalimantan Tengah sedangkan budaya Hibrida sudah merupakan percampuran antara budaya Kalimantan Tengah dengan budaya yang dibawa oleh kaum pendatang di Kalimantan Tengah.

Leaderboard Puteri Anak dan Puteri Remaja Banten 2025

Melalui pewarisan kebudayaan diharapkan tidak terjadi perubahan terhadap kejadian dan peristiwa sejarah serta kebudayaan, apalagi sebagai sebuah wilayah yang berkembang Kalimantan Tengah sekarang telah menjadi tempat bagi berbagai kebuadayaan dari para pendatang. Hal ini dapat mendorong perubahan sebagaimana disebutkan oleh Soerjono Soekanto (dalam Soekanto, 2003:324) bahwa faktor-faktor pendorong jalannya proses perubahan yaitu :

a.       Kontak dengan kebudayaan lain

b.      Sistem pendidikan formal yang maju,

c.       Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju,

d.      Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation) yang bukan merupakan delik,

e.       Sistem terbuka lapisan masyarakat,

f.        Penduduk yang heterogen,

g.      Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu,

h.      Orientasi ke masa depan, dan

i.        Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya.

Hal hal diatas selain berdampak positif juga bisa berdampak negatif terutama apabila perubahan tersebut mengubah akar kebudayaan yang telah ada.

Sangat disayangkan memang suku Dayak tidak memiliki aksara asli dan kitab-kitab kuno yang menjelaskan asal usul dan juga kebudayaan serta perkembangan suku Dayak di masa awal dahulu, padahal aksara pertama dan tertua di Indonesia berasal dari bumi Kalimantan yaitu prasasti Yupa di kerajaan Kutai Kalimantan Timur. Akan tetapi belum terlambat bagi kita masyarakat Kalimantan Tengah untuk membangun dan melestarikan sejarah dan kebudayaan asli suku Dayak Kalimantan Tengah kedalam tulisan-tulisan dan juga identifikasi kebudayaan itu kedalam sebuah lembaran tulisan tentang sejarah dan budaya suku Dayak Kalimantan Tengah.

 

Pola pewarisan  sejarah dan budaya suku Dayak Kalimantan Tengah lebih mengarah pada pewarisan sejarah dan budaya melalui lisan dan benda fisik tetapi bukan tulisan. Padahal tulisan akan bertahan lebih lama dari pada cerita yang ada dari mulut kemulut. Agar sejarah dan budaya suku Dayak Kalimantan Tengah dapat lestari dan awet maka sekali lagi diperlukan penulisan yang dapat dijadikan sebagai referensi dan pakem terhadap sejarah dan budaya suku Dayak Kalimantan Tengah. Pada masa dahulu metode lisan lebih dipilih karena suku Dayak masih jarang berasal dari suku yang terpelajar, maka bentuk pewarisan sejarah dan budaya suku Dayak tidak mengedepankan tulisan. Selain itu letak setiap suku yang berada diwilayah pedalaman Kalimantan Tengah menjadikan akses untuk mengerti dan mengenal tulisan menjadi tidak sebaik di wilayah pesisir pantai seperti Banjar yang telah menggunakan huruf melayu dalam penulisan sejarah dan budayanya.

 

Daftar Pustaka :

NN. 2010. BUDAYA KALIMANTAN TENGAH. Banjarmasinpost.co.id (diakses tanggal 22 November 2024)

NN. 2012. NEGARA KRETAGAMA. http://www.ceritadayak.com/2012/01/mengenal-dan-memahami-sejarah-asal-usul.html

Maunati, Yekti. 2008.IDENTITAS DAYAK. Yogyakarta:LKIS

Moleong,Lexi J. 2006. METODE PENELITIAN KUALITATIF. Bandung: Rosdakarya

Tumanggung Sandipa, 2010.IDENTITAS DAYAK: SIAPAKAH DAYAK?(http://banuahujungtanah.wordpress.com/2010/03/10/identitas-dayak-siapakah-dayak/)diakses tanggal 22 November 2024

Riwut, Tjilik. 2007. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta

Setiawan, Hendri Jho.Festival Budaya Isen Mulang, http://putrakaltengsejati.blogspot.com/

Suan.TT, dkk, 2011. BUDAYA DAYAK (Permasalahan dan Alternatifnya). Malang, Bayumedia

 

Soekanto, Soerjono. 2003. SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Share345Tweet216Share60Pin78SendShare
Banner Publikasi Press Release Gratis
Previous Post

Aktivis Sampang & Pemuda Sampang Ucapkan Selamat Dan Sukses Harlah PMII ke 65

Next Post

Pembelajaran Berbasis Masalah

Endar Priyo Sulistiyo

Endar Priyo Sulistiyo

Pendidik dan Pemerhati Pendidikan

Related Posts

Sarba

Topeng Blantek “Sarba Mayangsari” Guncang Jakarta: Tawa, Air Mata, dan Janji yang Tak Bisa Dielak

13 June 2025
Eisha Kuat

“Eisha Kuat”: Lukisan Anak 4 Tahun yang Menggambarkan Perjuangan Melawan Polusi Udara

2 June 2025
whatsapp image 2025 05 26 at 09 21 20 6833e5dc34777c07d0356b63

Karya Riyadi Setyawan Diterima Jan Mrazek sebagai Simbol Kolaborasi Abadi

26 May 2025
Budaya

Menyelami Keragaman Budaya dalam Konteks Indonesia Kontemporer

25 May 2025
Next Post
ChatGPT Image Apr 18 2025 09 53 39 AM

Pembelajaran Berbasis Masalah

WhatsApp Image 2025 04 18 at 09.28.54

Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Ikut Panen Perdana Ketahanan Pangan di Nusakambangan

IMG 20250419 WA0103

Keren! Ajang Puteri Anak dan Remaja Indonesia Banten 2025 Sukses di Gelar

IMG 20250419 034418 IMG 20250418 WA00461

Gubenur Kalbar jenguk Art nya yang dirawat di RS Soedarso

WhatsApp Image 2025 04 19 at 09.16.42

Jalan Tanjakan Trangkil di Gunung Pati Kembali Rusak

Please login to join discussion
Rumah Prabu Half Page
Siaran Berita

Siaran Berita menghadirkan berbagai informasi terbaru dan terpercaya.

Follow Us

Square Media Wanita
  • Privacy Policy
  • Pedoman Media Cyber
  • Syarat & Ketentuan Tulisan
  • Syarat dan Ketentuan Penggunaan Website
  • Disclaimer

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita

Welcome Back!

Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Ekonomi & Bisnis
  • Internasional
  • Nasional
  • Properti
  • SBTV
  • Lainnya
    • Gaya Hidup
    • Teknologi
    • Otomotif
    • English
    • Kesehatan
    • Kuliner
    • Pariwisata
    • Pendidikan
    • Product Review
    • Sorot
    • Sport
    • Event
    • Opini
    • Profil
  • Login
  • Sign Up

© 2023 SIaran Berita - Pres Rilis dan Berita