Staycation & Pertemanan: Saat Healing Berubah Jadi “Toxic Gratisan”
Jakarta — Bagi Gen Z, staycation sering jadi momen istimewa untuk melepas penat sekaligus mempererat pertemanan. Hotel dengan interior estetik, kolam renang yang instagramable, dan vibes urban yang menenangkan menjadi alasan anak muda memilih liburan singkat di kota. Namun, tak jarang staycation justru meninggalkan cerita lain: persahabatan yang retak karena sikap teman yang selalu mengharapkan gratisan.
Fenomena ini mulai banyak dibicarakan di media sosial. Banyak anak muda curhat soal pengalaman tidak mengenakkan: mereka sudah patungan biaya hotel, makanan, hingga transportasi, tapi ada satu-dua teman yang datang hanya dengan modal “ikut aja” tanpa kontribusi. Lebih parah, ada yang menjadikan alasan “nggak ada uang” sebagai kebiasaan tetap, padahal tetap ikut menikmati fasilitas seakan-akan gratis adalah haknya.
“Awalnya kasihan, tapi lama-lama capek juga. Kita niat refreshing bareng, eh malah jadi beban pikiran karena ada yang selalu minta dibayarin,” cerita Devi (24), seorang pekerja kreatif yang kerap staycation bersama teman kampusnya.
Dalam psikologi pertemanan, pola ini bisa disebut toxic dependency, di mana seseorang terbiasa bergantung pada orang lain tanpa memberi timbal balik yang setara. Lama-kelamaan, hubungan yang tadinya sehat berubah jadi penuh perasaan kesal, kecewa, bahkan berujung saling menjauh.
Staycation seharusnya jadi ajang healing, bukan pemicu konflik. Banyak Gen Z kini lebih selektif dalam memilih circle untuk liburan, bahkan ada yang terang-terangan membuat aturan tertulis sebelum staycation: siapa bayar apa, siapa bawa apa, agar semua adil dan nyaman.
Pada akhirnya, pertemanan yang sehat butuh transparansi dan kejujuran. Jika memang sedang tidak mampu ikut, sebaiknya sampaikan dengan jujur. Karena tak ada salahnya menunda liburan, daripada kehilangan teman hanya karena mentalitas gratisan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”
































































