Di era digital, remaja sering merasa terjebak dalam suasan hati yang tidak terduga naik-turun. Dukungan ini dipicu dari pengeruh nya media sosial yang berlebihan, terutama pada platfrom Tik Tok dan Instagram yang sedring digunakan pada remaja sekarang. Bayangkan dalam satu situasi seorang remaja setelah pulang sekolah, remaja itu melihat video tentang kehidupan teman-teman yang lebih dari diri nya miliki. Dari situ membuat seorang remaja merasa tidak cukup, atau komentar negative di postingan yang memicu afek emosional yang tidak bisa dikontrol. Pikiran seperti “Aku kurang ya” atau “Kenapa aku ga kayak mereka ya”, pikiran seperti ini yang biasanya menggngu cara pola pikir remaja.
Apakah Dukungan Emosioal dari Orang Tua Bisa Jadi Tameng Pelindung?
Seorang orang tua yang komunitatif bisa dqapat membantu remaja membangun resiliensi, membantu dalam mengolah emosi, dan bahka mengurangi ketergantungan dalm validasi digital. Studi dari American Psyhological Associantion menunjukan bahwa remaja dengen dukungan keluarga yang baik dapat mampu mengatasi strees sosial, termasuk yang datang dari media sosial seperti Tik Tok dan Instagram yang sekarang menjadi platfrom bagi anak remaja, yang alogoritma nya sering mendorong konten perbandingan yang kurang realistis.
Tapi apa yang terjadi jika komunikasi itu kurang? Kurang nya dukungan emosional dari orang tua justru membuat remaja lebih rentan terjebak dalam lingkungan perbandingan daring. Tanpa ruang aman dirumah, mereka akan mencari dunianya sendiri yaitu dunia maya, yang Dimana kalo salah satu like di media sosial mereka bisa seperti obat penenang sementara, ini sering berujung pada siklus negative; semakin serring melihat konten ideal, semakin besar rasa tidak puas diri, dan semakin sulit keluar dari perangkap itu.
Peran Orang Tua Dalam Membentuk Keterampilan Regulasi Emosi di Era Digital.
Hal ini menarik karena dukungan emosional dari orang tua tidak hanya sebagai pelindung, tapi juga sebagi “pelatih” yang akan membantu mengembangkan keterampilan regulasi emosi. Sebagai contoh; Ketika remaja melihat video yang sedan tren di Tik Tok tentang “perfect life”teman sebaya nya misalnya, seseorang yang selelu Bahagia dengen followers jutaan orang tua yang mendukung bisa mengajari cara “pause dan reflect”: “Apa yang aku liat benar-benar nyata, atau cuman highlight reel?” Dengan seperti ini, remaja belajar mengelolah afek negative, mengurangi resiko terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat.
Data dari survey Pew Reseach Center (2023) menunjukan bahwa remaja yang sering berdiskusi dengen orang tua tentang pengalaman online seperti mengapa algoritma Instagram mendong konten yang serupa memiliki Tingkat resliensi 30% lebih tinggi di bandingkan yang tidak, dari sini bukan berarti, komunikasi terbuka bukan sekedar obrolan bisa tapi investasi jangka panjang untuk Kesehatan mental. Tanpa itu, remaja mungkin bergantung pada “quick fixes” seperti, scrolling tanpa henti, yang justru memperburuk isolasi emosional dan meningkatkan resiko gangguan seperti anxienty atau depresi.
Apakah kamu penah merasa lebih tenang setelah orang tua membantu memahami mu termasuk yang di madia sosial? Jika belum mulai dari insight ini menunjukan bahwa tameng pelindung ini bisa dibangun sejak dini.
Dampak Realistis Media Sosial pada Suasana Hati dan Emosi Remaja
1. Pemicu Perbandingan Sosial yang Tidak Sehat
2. Fluktasi Suasana Hati yang Tak Terduga
3. Resiko Ketergantungan pada Validasi Digital
Dengan ini media sosial seperti Tik Tok dan Instagram memberikan dampak realistis yang signifikan pada remaja, mulai dari suasana hai hingga resiko gangguan mental, terutama tanpa dukungan emosional dari orang tua, Namun dengan adanya peran orang tua sebagai pelindung dan pengontrol emosi, remaja jadi bisa mengembangkan resiliensi yang lebih tinggi dan mencegah siklus negative yang berujung pada isolasi atau depresi.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































