Sidoarjo – SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool Umsida (SD Mica) menggelar Tabligh Pendidikan dengan tema “Merangkul Budaya dalam Pendidikan Abad 21” pada Senin (11/8/25), menghadirkan narasumber terkemuka Kiai Kusen, S.Ag., M.A., Ph.D., atau yang akrab disapa Kiai Cepu. Acara ini menjadi momentum penting dalam penguatan karakter guru Muhammadiyah, khususnya dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern yang sarat akan perubahan budaya.
Kiai Cepu, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Seni dan Budaya (LSB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bukan hanya seorang akademisi berpengalaman, tetapi juga tokoh yang aktif di berbagai bidang. Beliau adalah dosen filsafat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dosen di Sekolah Tinggi Saintek, dosen di Sekolah Budha Jakarta, Ketua PCIM Rusia, anggota Tim Mufasir Tafsir At-Tanwir Muhammadiyah, serta aktif dalam berbagai forum intelektual lainnya.
Kajian tabligh ini diawali dengan pembacaan tilawatil Quran yang dibawakan oleh Ustadzah Nurdiana Faizah Andriani, S.Pd. Suara merdu dan lantunan ayat suci menambah kekhidmatan suasana.
Kepala Sekolah SD MICA, Ustadz Pristiandi Teguh Cahya, S.Pd., M.PSDM, memberikan sambutan pembuka pada kegiatan kali ini. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa penguatan karakter guru adalah pondasi penting dalam membentuk generasi unggul.
“Di zaman sekarang, guru Muhammadiyah perlu merangkul nilai-nilai budaya sebagai bagian dari proses pendidikan, sehingga pembelajaran tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga membentuk karakter yang kokoh, berakhlak, dan mampu bersaing secara global tanpa kehilangan jati diri,” tegasnya.
Setelah itu, para hadirin disuguhkan penampilan tari Saman yang memukau dari murid-murid SD MICA. Gerakan kompak dan energik para penari kecil ini memadukan seni budaya dengan semangat kebersamaan. Acara semakin menyentuh hati ketika Jauzah, salah satu murid inklusi, membacakan puisi penuh makna.

Menariknya, sebelum memulai ceramah, Kiai Cepu juga membacakan beberapa puisi sarat pesan moral. Salah satu yang menonjol berjudul “Merahnya Merah”, yang mengajak pendengar untuk merenungkan makna keberanian, perjuangan, dan ketulusan hati.
Guru Muhammadiyah: Teladan, Tanggung Jawab, dan Cinta
Dalam inti ceramahnya, Kiai Cepu menegaskan bahwa kepribadian Muhammadiyah harus berlandaskan prinsip amar makruf nahi munkar. Bagi seorang guru Muhammadiyah, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan yang menginspirasi murid.
“Menjadi guru Muhammadiyah itu tanggung jawab besar. Yang paling penting adalah menanamkan cinta pada anak-anak. Mengajari sholat atau pelajaran itu mudah, tetapi membuat anak mencintai kebaikan, itu tantangan sesungguhnya,” ujar Kiai Cepu.
Pernyataan ini sejalan dengan konsep pendidikan abad 21, di mana guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai figur yang membentuk karakter, sikap, dan nilai-nilai peserta didik.
Empat Pilar Konsistensi dalam Mencetak Murid yang Baik
Salah satu sesi interaktif terjadi ketika Ustadz Machmudi, S.P., M.M., atau yang akrab disapa Ustadz Oji, mengajukan pertanyaan,“Bagaimana tips dan trik agar anak didik bisa tertarik atau bahkan kecanduan belajar?”
Menanggapi pertanyaan tersebut, Kiai Cepu memberikan penjelasan inspiratif. Beliau mengilustrasikan jawabannya melalui praktek dengan mebacakan puisi yang relevan dengan pertanyaan tersebut serta memperkuat jawabannya dengan teori yang mudah dipahami,
“Jangan pernah mengajari hal yang buruk, karena setiap orang pasti bisa melakukannya. Ajarkan berbuat baik dengan empat hal: niat, tekad, ilmu, dan latihan. Dari sini akan muncul konsistensi. Jika mencari ilmu dilakukan dengan niat yang benar, tekad kuat, dan latihan yang banyak, InsyaAllah Allah akan memberikan konsistensi,” jelasnya.
Empat pilar ini, menurut Kiai Cepu, menjadi kunci untuk mencetak generasi pembelajar sejati. Guru tidak cukup hanya memberikan materi, tetapi juga menanamkan semangat dan membimbing proses belajar yang berkelanjutan.
Menutup ceramahnya, Kiai Cepu menyampaikan doa dan harapan agar SD MICA senantiasa diberkahi. “Saya berharap SD MICA selalu sukses, penuh keberkahan bagi para peserta didik, pendidik, dan seluruh keluarga besar di dalamnya,” ungkapnya.
Tabligh Pendidikan ini bukan hanya memberikan wawasan akademis, tetapi juga menggugah kesadaran para guru dan tenaga pendidik untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur Muhammadiyah.
Acara ini menjadi refleksi penting bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari akar budaya dan nilai moral yang kuat. Guru sebagai ujung tombak pendidikan diharapkan mampu menggabungkan keunggulan budaya lokal dengan keterampilan global, sehingga lahir generasi berkarakter, cerdas, dan berakhlak mulia.
Penulis: Asmaul Khusna Tri Wulan Juli
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”