Warung Sarapan Pagi Fuji, Cita Rasa Rumahan dari Pasar Tradisional yang Siap Jadi Inspirasi UMKM Kota Medan
Medan, SiaranBerita.com — Di tengah kepadatan Pasar Simpang Limun, salah satu pasar tradisional terbesar dan paling ramai di Kota Medan, ada satu lapak sederhana yang setiap paginya tidak pernah sepi dari antrean: Warung Sarapan Pagi Fuji.
Bukan restoran mewah, bukan pula kafe kekinian, tapi hanya sebuah warung kecil berukuran sekitar 2 x 3 meter, dengan etalase dua tingkat, meja kecil, dan kompor yang mengepul sejak subuh. Tapi dari tempat inilah, cita rasa sarapan khas rumahan disajikan dan menjadi favorit warga sekitar. Dari pedagang pasar, pelajar yang terburu-buru, hingga ibu rumah tangga yang mampir sejenak sebelum berbelanja.
Didirikan oleh Ibu Fuji pada tahun 2023, warung ini berangkat dari hal yang sangat sederhana: kebutuhan masyarakat akan sarapan yang cepat, enak, dan terjangkau. Tak banyak waktu di pagi hari, tapi perut tetap harus diisi. Maka Ibu Fuji menjawabnya lewat berbagai menu andalan seperti lontong kuah, nasi uduk, gorengan, kopi, teh, dan aneka lauk seperti ayam goreng, orek tempe, rendang, dan sambal teri. Semuanya dimasak dengan resep keluarga, dari bahan segar yang dibeli langsung dari pasar tempat ia berjualan.
Cita Rasa Rumahan di Tengah Hiruk Pikuk Kota
Kelebihan Warung Fuji bukan hanya di menunya yang variatif. Tapi juga karena ia mengusung konsep rasa rumahan yang jarang ditemukan di tempat makan cepat saji lainnya. Setiap masakan disiapkan dengan sepenuh hati oleh Ibu Fuji dan anaknya, yang juga membantu dalam operasional warung. Mereka memulai aktivitas sejak subuh, memasak di rumah, lalu membawa seluruh makanan ke lokasi jual di pasar.
Tak hanya makanan yang menggoda, pelayanan cepat dan ramah juga menjadi nilai jual tersendiri. Banyak pelanggan tetap yang tidak sekadar datang untuk makan, tetapi juga untuk menyapa Ibu Fuji, berbincang ringan, dan menikmati suasana pagi yang hangat meskipun di tengah pasar.
Studi Kelayakan: Warung Sederhana dengan Potensi Luar Biasa
Menariknya, usaha ini bukan sekadar aktivitas harian biasa. Dalam studi kelayakan bisnis yang dilakukan oleh Ika Putriani, mahasiswi STIM Sukma Medan, Warung Fuji menunjukkan performa yang sangat menjanjikan secara finansial dan operasional.
Dari sisi keuangan, biaya produksi per porsi adalah sekitar Rp12.000, sementara harga jualnya mencapai Rp24.000. Itu berarti keuntungan bersih cukup besar. Dalam simulasi laporan tersebut, diketahui bahwa modal awal sebesar Rp1,4 juta bisa kembali hanya dalam waktu 13 hari. Angka ini tergolong luar biasa untuk skala UMKM mikro.
Lebih lanjut, analisis juga menunjukkan bahwa Warung Fuji memiliki potensi besar jika mampu mengoptimalkan pemasaran dan pengelolaan keuangan. Saat ini, warung ini masih mengandalkan metode konvensional dalam menjangkau konsumen, yaitu lewat lokasi strategis dan promosi mulut ke mulut. Media sosial belum dimanfaatkan, begitu pula layanan pesan antar daring.
Kelebihan dan Tantangan yang Harus Diatasi
Warung Fuji punya banyak keunggulan:
✅ Lokasi strategis di pasar tradisional yang ramai pengunjung
✅ Menu yang bervariasi dan selalu segar
✅ Pelayanan yang cepat dan akrab
✅ Biaya operasional rendah dan efisien karena melibatkan keluarga
Namun tentu ada tantangan juga yang harus dihadapi:
❌ Belum ada sistem pencatatan keuangan profesional
❌ Belum bergabung dengan aplikasi pemesanan online seperti GoFood/GrabFood
❌ Persaingan ketat dengan warung lain yang sudah digitalisasi
❌ Ketergantungan operasional pada kesehatan dan tenaga pemilik
Untuk itu, dalam laporannya, Ika Putriani merekomendasikan beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan oleh Ibu Fuji untuk mengembangkan usahanya ke level berikutnya:
1. Mulai promosi digital melalui Instagram, Facebook, dan WhatsApp Business.
2. Mendaftar ke layanan pesan antar online, agar menjangkau pelanggan yang tidak sempat datang langsung.
3. Membuat sistem pencatatan keuangan sederhana, misalnya melalui aplikasi di ponsel.
4. Menawarkan paket menu hemat, khususnya untuk pelajar dan pekerja.
5. Menambah satu karyawan untuk meningkatkan kapasitas layanan.
6. Membuat inovasi pengemasan yang lebih menarik dan ramah lingkungan.
Simbol UMKM Kota Medan
Warung Sarapan Pagi Fuji bukan hanya tentang makanan. Ia adalah cerminan dari semangat UMKM lokal yang pantang menyerah, kreatif, dan terus beradaptasi. Di tengah keterbatasan fasilitas dan keterbatasan promosi, usaha ini bisa tetap bertahan bahkan tumbuh berkat ketekunan, cita rasa, dan kedekatan emosional dengan pelanggan.
“Kalau dikelola lebih modern tanpa menghilangkan keasliannya, warung seperti ini bisa naik kelas dan bahkan jadi inspirasi UMKM lain di Medan,” ungkap Ika Putriani.
Dalam konteks perkembangan kota yang makin pesat dan gaya hidup masyarakat yang serba cepat, kehadiran usaha rumahan yang autentik dan konsisten seperti Warung Fuji adalah oase yang menyegarkan. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti, Warung Sarapan Pagi Fuji akan punya cabang di beberapa titik kota, dan tetap mempertahankan cita rasa rumahan yang menjadi ciri khasnya.
Satu hal yang pasti: setiap pagi, ada harapan, semangat, dan sepiring nasi hangat di Warung Fuji.