Di antara gemuruh musik rock alternatif Indonesia, Perunggu selalu punya cara untuk menonjol. Band rock alternatif asal Jakarta, Perunggu, selalu berhasil menciptakan lagu yang tidak hanya enak didengar, tetapi juga menciptakan sebuah lirik yang penuh dengan makna. Perunggu baru saja merilis single terbarunya yang berjudul “Pikiran yang Matang” pada Jumat, 20 Juni 2025. “Pikiran yang Matang” menjadi semacam anthem bagi pendengar yang sedang dalam perjalanan menuju kedewasaan dan penerimaan diri.
Pembukaan lagu ini langsung menohok, pada lirik:
“Dinding yang mulai berjamur
Setengah dua dan ku butuh tidur
Isi kepalaku tak lebih penuh
Dari Transjakarta kemarin subuh.”
Perunggu secara terbuka mencerminkan kelelahan mental dan kejenuhan yang sering kita rasakan. Pikiran yang seharusnya dipenuhi dengan ide dan rencana justru terasa kosong dan dipenuhi oleh hal-hal yang tidak penting, seperti bus Transjakarta yang sepi di dini hari. Ini adalah bentuk burnout di mana kelelahan disebabkan oleh pikiran tentang hal-hal kecil yang tidak seharusnya menjadi beban.
Puncak emosional pada lagu ini terletak pada penggalan lirik yang menjadi inti pesan:
“Mulai hari ini saja
Berhenti menyaksikan polahmu
Tak apa kurasa semua terlewat
Tak pernah berdampak penting bagiku.”
Ini adalah momen di mana kita berkata “cukup sudah”. Perunggu menegaskan bahwa sesekali, langkah terbaik adalah mengakui bahwa beberapa hal tidak penting dan sadar untuk menarik diri dari drama atau urusan orang lain yang hanya menguras energi dan tidak perlu mendapatkan perhatian mereka.
Pada lirik:
“Aku tak perlu kenal dirimu
Atau membaca tulisanmu
Kuharap semua tetap begitu
Banyak yang butuhkan perhatianku”
Semakin menguatkan pemahaman tentang esensi pelepasan. Ini bukan tentang rasa benci, melainkan tentang apa yang menjadi prioritas. Ada hal-hal yang lebih penting dalam hidup yang seharusnya kita prioritaskan daripada terjebak dalam drama atau hubungan dengan orang toksik.
Juga gambaran ideal dari hasil proses pelepasan, terdapat dalam lirik:
“Hari ini tak lebih seru
Hari ini tak banyak terganggu
Hari ini oh biasa saja
Makin nyaman jauh dari drama”
Hidup yang “biasa saja” tanpa gangguan merupakan kemewahan yang sangat berharga, terutama setelah sebelumnya disita oleh hal-hal yang tidak penting. Ini adalah pengakuan bahwa kedamaian batin seringkali diperoleh dengan memilih untuk tidak terlibat dalam konflik yang tidak penting.
Klimaks lagu, terutama di bagian akhir, adalah puncaknya:
“Di laut yang tenang
Dan pikiran yang matang
Dan semua umpatan yang ku redam
Kan ku tuai semua yang ku tanam.”
Metafora “laut yang tenang” melambangkan keadaan hati yang tentram setelah melepaskan beban. “Pikiran yang matang” adalah hasil dari proses refleksi, pengelolaan prioritas, dan penerimaan terhadap diri sendiri. “Semua umpatan yang ku redam” menggambarkan kedewasaan dalam mengendalikan emosi negatif. Pada akhirnya, “Kan ku tuai semua yang ku tanam” merupakan kepercayaan bahwa setiap keputusan untuk berinvestasi pada diri sendiri dan melepaskan hal yang tidak penting akan menghasilkan hasil yang positif. Ini menyatakan bahwa ketenangan dan kematangan adalah buah dari benih-benih kesadaran diri yang kita tanam.
Karya yang dibuat oleh Perunggu tidak hanya menggerakkan kepala, tetapi juga menyentuh hati dan memengaruhi pikiran. Dari Perunggu, “Pikiran yang Matang” mengajarkan bahwa kemajuan sering dimulai dengan melepaskan kekhawatiran terhadap hal-hal remeh dan memusatkan perhatian pada kedamaian batin. Lagu ini akan tetap relevan dan menyentuh hati bagi siapa saja yang sedang dalam perjalanan memperkuat dan memperjelas pikiran mereka.
Ayo dengarkan lagunya sekarang di platform musik favoritmu!