Surabaya, 17 Juli 2025 – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Ajaran 2025/2026 di SMP Santo Yosef Tarakanita Surabaya kembali diisi dengan kegiatan yang edukatif dan membangun karakter. Salah satu kegiatan unggulan tahun ini adalah Studium Generale yang mengusung tema “Bijak Bermedia Sosial di Era AI”, dilaksanakan pada Jumat, 18 Juli 2025 di ruang multimedia sekolah.
Kegiatan talkshow ini menghadirkan Adven Sarbani, S.Pd., M.AB, seorang Dosen Fakultas Bisnis dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, sebagai narasumber utama. Dalam paparannya, beliau mengajak seluruh siswa untuk lebih kritis, bijak, dan bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial, terutama di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin masif.
Pemaparan materi dimulai sekitar pukul tujuh lebih dua puluh menit setelah Betty Oktaviana Darea sebagai pemandu acara membuka sesi dan memperkenalkan pemateri kepada peserta MPLS yang merupakan gabungan dari tiga gugus siswa, yaitu gugus macan, cenderawasih, badak.
Pemaparan materi diawali dengan memekikkan salam Tarakanita oleh seluruh peserta kegiatan, dan selanjutnya siswa diajak untuk memahami apa itu AI melalui metode tanya jawab yang diakhiri dengan kesimpulan oleh pemateri. AI dibahas karena berkaitan dengan kehadiran AI dalam berbagai teknologi informasi yang digunakan saat ini.
“Media sosial adalah ruang publik yang mencerminkan siapa diri kita. Di era AI, kita tidak hanya menjadi pengguna, tapi juga bagian dari ekosistem digital yang harus dijaga dengan etika,” tegas Adven.
Pemaparan lebih lanjut terkait dengan pengalaman siswa dalam pemanfaatan AI di kehidupan sehari-hari. Pada bagian ini pemateri bertanya tentang manfaat AI dalam kehiduan manusia dan ditanggapi oleh beberapa siswa. Tanggapan siswa beragam, namun mewakili fakta tentang fungsi AI dalam kehidupan manusia seperti sarana untuk mengerjakan tugas, pengubah suara, dan edit foto.
Setelah pemaparan tentang fungsi AI, dilanjutkan dengaan pemaparan materi tentang bahaya yang perlu diantisipasi dari penggunaan media sosial seperti interaksi dengan orang dengan niat jahat atau manipulatif, kemalasan karena termanjakan oleh konten yang menyenangkan, brain rot (pembusukan otak) yang diakibatkan oleh banjir informasi singkat dan random khususnya pada konten video di media sosial seperti TikTok dan Instagram, serta ketagihan akan kesenangan bermedia sosial karena dopamin yang terus menerus distimuli oleh konten yang menarik dan reaksi orang lain terhadap konten yang kita upload.
Sosialisasi yang dibawakan oleh alumni Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini mengakhiri pemaparan materi dengan membuat tujuh poin kesimpulan tentang bagaimana bijak bermedsos, sebagai berikut. 1) jaga privasi & jejak digital; 2) cek fakta sebelum sebarluaskan; 3) gunakan bahasa yang santun & sopan; 4) kendalikan emosi dan hindari curhat publik; 5) batasi waktu bermedia sosial; 6) ikuti akun positif dan hindari akun negatif; 7) bangun citra dirimu secara otentik.
Talkshow ini disambut antusias oleh para peserta didik baru. Mereka diajak untuk berdiskusi mengenai fenomena hoaks, jejak digital, privasi daring, hingga pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam interaksi online. Kegiatan ini juga memperkuat pemahaman murid akan penggunaan teknologi secara bertanggung jawab sebagai bagian dari pendidikan karakter digital yang digaungkan oleh sekolah.
Dengan terselenggaranya talkshow ini, diharapkan seluruh siswa baru memiliki bekal pengetahuan dan sikap yang kuat dalam menyikapi dunia digital yang semakin kompleks, serta menjadi pengguna media sosial yang beretika, kreatif, dan berdaya guna.