Lhokseumawe, 19 Juli 2025 – Krisis moral yang melanda generasi muda di Indonesia kini menjadi alarm penting bagi dunia pendidikan. Banyak peserta didik unggul dalam prestasi akademik, namun lemah dalam etika dan akhlak. Dalam konteks ini, Viona Oktavia, mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam di UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, menawarkan solusi strategis: integrasi nilai-nilai pendidikan Islam dari Sirah Nabawiyah ke dalam kurikulum pendidikan Islam.
Melalui proposal skripsinya berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Sirah Nabawiyah Karya Syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury”, Viona menegaskan bahwa pendidikan Islam sejatinya lebih dari sekadar transfer ilmu. Pendidikan Islam juga harus menjadi sarana pembentukan karakter, moral, dan spiritual yang bersumber langsung dari keteladanan Rasulullah SAW.
“Selama ini kita terlalu fokus pada pengetahuan kognitif dan mengabaikan potensi literatur klasik sebagai sumber pembelajaran karakter. Padahal, Sirah Nabawiyah sarat akan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kasih sayang, toleransi, hingga keberanian,” jelas Viona dalam penjelasannya.
Buku Ar-Raheeq Al-Makhtum karya Syeikh Shafiyurrahman dipilih karena dikenal luas di kalangan umat Islam dan telah meraih penghargaan internasional dari Rabithah Alam Islami. Buku ini tidak hanya menyajikan kisah hidup Rasulullah secara sistematis, tetapi juga memuat nilai-nilai luhur yang sangat relevan dengan konteks pendidikan karakter masa kini.
Viona juga menyoroti kurangnya kajian ilmiah yang secara mendalam mengeksplorasi nilai-nilai pendidikan dalam buku ini. Padahal, narasi dalam Sirah Nabawiyah bersifat kuat, menarik, dan mudah dicerna oleh peserta didik, khususnya anak-anak dan remaja. Hal ini menjadikannya media yang efektif untuk internalisasi nilai.
Pendidikan Islam: Mengatasi Krisis Moral dengan Keteladanan
Dalam proposalnya, Viona menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kepustakaan (library research), dengan menganalisis konten Sirah Nabawiyah melalui lensa pendidikan karakter Islami. Fokus utamanya adalah menyoroti nilai-nilai seperti kejujuran (shidq), amanah, kesabaran, toleransi, dan kepemimpinan, serta menjelaskan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam pembelajaran formal di madrasah maupun sekolah umum.
Menurutnya, pendidikan Islam masa kini perlu kembali merujuk pada pendekatan keteladanan (uswah hasanah), di mana Nabi Muhammad SAW menjadi model utama. Hal ini tidak hanya memperkuat identitas keislaman peserta didik, tetapi juga menjawab tantangan globalisasi dan arus nilai-nilai sekuler yang mulai mendominasi ruang pendidikan.
Menuju Kurikulum Islam yang Holistik dan Kontekstual
Viona berharap penelitiannya dapat menjadi kontribusi akademik untuk memperkuat integrasi antara sejarah Islam dan pendidikan karakter. Ia juga mendorong lembaga pendidikan agar mulai melirik Sirah Nabawiyah bukan hanya sebagai narasi sejarah, tetapi sebagai sumber inspirasi kurikulum karakter yang kontekstual dan aplikatif.
“Jika kurikulum Islam tidak mampu menjawab krisis moral generasi muda, maka sudah saatnya kita melakukan revitalisasi. Dan itu bisa dimulai dari sumber paling otentik: kehidupan Rasulullah SAW,” tutupnya.