Bayangkan sedang berbicara dengan teman, namun di tengah obrolan ia sibuk menunduk menatap layar ponselnya. Fenomena ini dikenal sebagai phone snubbing atau phubbing—memprioritaskan ponsel dibanding lawan bicara. Meski terlihat sepele, kebiasaan ini kini menjadi tantangan besar dalam menjaga kualitas interaksi sosial.
Multitasking atau Mengabaikan?
Sebagian orang beralasan bahwa mengecek ponsel saat berbincang hanyalah bentuk multitasking. Mereka merasa tetap bisa mendengar sambil membalas pesan atau melihat notifikasi. Namun, bagi lawan bicara, sikap ini kerap dipersepsikan sebagai tanda tidak dihargai.
Phubbing membuat interaksi kehilangan kedalaman. Percakapan menjadi terputus-putus, kontak mata berkurang, dan kedekatan emosional sulit terbangun.
Dampak pada Relasi Sosial
Penelitian menunjukkan bahwa phubbing dapat menurunkan kepuasan dalam hubungan, baik pertemanan, keluarga, maupun percintaan. Seseorang yang merasa diabaikan saat berbicara akan mengalami penurunan rasa keakraban dan kepercayaan.
Fenomena ini juga bisa menciptakan lingkaran kebiasaan: ketika satu orang sibuk dengan ponselnya, lawan bicara pun terdorong melakukan hal yang sama. Akhirnya, ruang pertemuan yang seharusnya hangat berubah menjadi sekadar “bersama-sama dalam diam, tapi sibuk dengan layar masing-masing.”
Cermin Ketergantungan Digital
Phubbing mencerminkan ketergantungan masyarakat modern terhadap smartphone. Rasa takut ketinggalan informasi (fear of missing out/FOMO) membuat banyak orang merasa harus selalu terhubung, bahkan di tengah interaksi tatap muka. Ironisnya, keinginan untuk terkoneksi secara digital justru membuat kita semakin jauh dari orang yang hadir secara nyata.
Mengembalikan Fokus pada Kehadiran Nyata
Mengurangi phubbing bukan berarti harus meninggalkan ponsel sepenuhnya. Kuncinya ada pada kesadaran dan prioritas. Meletakkan ponsel saat berbicara, memberi kontak mata penuh, atau menetapkan “no phone zone” saat makan bersama bisa menjadi langkah sederhana untuk mengembalikan kualitas interaksi.
Kesimpulan
Phone snubbing mungkin tampak seperti kebiasaan kecil, tetapi dampaknya besar bagi kualitas relasi sosial. Alih-alih menjadi bukti multitasking, phubbing justru sering kali menunjukkan menurunnya rasa hormat dan perhatian terhadap lawan bicara.
Pada akhirnya, teknologi seharusnya mendukung komunikasi, bukan merusaknya. Karena tidak ada notifikasi yang lebih penting daripada hadir sepenuhnya untuk orang yang ada di depan kita.
Penulis: Enjelin Amanda Dewi
Sumber gambar: canva.com
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”































































