Peranan sosial media dalam membentuk identitas sosial Gen Z di media sosial Tik Tok dan Instagram. Gen Z (Generasi Z) mengunggah konten dan membentuk identitas sosial mereka di media sosial, khususnya Tik Tok dan Instagram. Di era yang serba digital komunitas tidak hanya menggunakan media sosial untuk berinteraksi, namun juga untuk membangun komunitas dan nilai sosial yang ada. Penelitian ini membahas bagaimana memperlakukan media sosial sebagai identitas diri bagi Gen Z dan bagaimana identitas sosial ini mempengaruhi cara mereka berinteraksi dalam pola sosial di dalamnya, khususnya saat mempelajari sosiologi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis konten. Informasi diambil dari studi literaturPeran Media Sosial dalam Pembentukan Identitas Sosial Generasi Z
Media sosial bukan sekadar tempat berbagi foto atau mencari hiburan. Bagi Generasi Z yang tumbuh bersama internet, media sosial sudah menjadi ruang untuk mengenal diri, membangun relasi, dan menentukan identitas sosial. Identitas sosial itu muncul dari bagaimana seseorang melihat dirinya dan bagaimana orang lain mengenalnya dalam kelompok tertentu. Generasi Z menghabiskan banyak waktu di platform seperti Instagram, Tik Tok, dan X. Di sana mereka menemukan berbagai gaya hidup, cara berpikir, selera musik, mode, hingga pandangan soal pendidikan dan karier. Paparan yang berulang membuat mereka mulai menilai. Apakah saya cocok seperti ini? Siapa saya ingin terlihat? Bagaimana orang lain mengenal saya? Proses ini terjadi tanpa disadari.
Performa Sosial Media gerpengaruh dalam menciptakan Identitas Sosial Gen Z. Sosial Media membawa Gen Z dalam ruang. Menampilkan diri. Hobi, Prestasi, Opini Dan Karya. Ruang ini menjadi ekspresi identitas diri. Hal ini lebih dari sekadar ekspresi diri. Sosial Media juga menjadi mentor dan sosok teladan. Gen Z nampak mengamati dan meniru idola, influencer, atau komunitas yang dihormati. Peniruan ini menghasilkan pola nilai, gaya, perilaku , dan kepribadian. Sosial Media juga menyediakan umpan balik dalam bentuk like, komentar,
dan followers. Ini menjadi umpan sosial media yang negatif. Hal ini menghasilkan umpan balik yang negatif. Disini Sosial Media menyediakan Gen Z berbagai relasi sosial. Komunitas dalam jaringan sosial, misalnya gamer, pecinta musik, aktivis lingkungan, atau K-Drama menyediakan rasa keterikatan dan sosial acceptance. Hal ini memperkuat identitas sosial Gen Z dan menyediakan rasa keberadaan mereka.
Dampaknya bisa menguntungkan. Media sosial membantu Gen Z percaya diri, menemukan bakat, memilih tujuan hidup, dan membangun jejaring. Banyak anak muda mendapat peluang dari sana, seperti kerja sama bisnis, beasiswa, atau pengakuan karya. Tapi ada sisi lain yang perlu diwaspadai. Tekanan untuk terlihat sempurna bisa menurunkan kepercayaan diri. Perbandingan sosial, komentar negatif, dan standar kecantikan atau kesuksesan tertentu kadang membuat mereka merasa kurang. Ada juga kecenderungan membentuk identitas yang hanya demi diterima, bukan karena sesuai dengan diri asli.
Keberadaan sosial media berpengaruh dalam menciptakan identitas sosial Gen Z. Gen Z dapat mengekspresikan diri, menampilkan hobi, prestasi, pendapat, bahkan karya. Ini semua adalah identitas diri. Lebih dari itu, media sosial juga berfungsi sebagai mentor. Banyak Gen Z yang mengamati, bahkan meniru idola, seorang influencer, atau komunitas yang mereka sukai. Dari situ terbentuk berbagai hal seperti diri yang berperilaku, cara yang berpartisipasi, dan bahkan kepribadian. Media sosial juga memberikan umpan secara instan, misalnya melalui liking, pendapat, atau microblogging. Ini adalah metrik dan mereka sering berdampak. Dari situ bersiklus umpan yang membuat pengguna lebih Dimit, umpan negatif seringkali dibutuhkan. Begitu juga, media sosial menghubungkan Gen Z. Komunitas seperti gamer, pecinta musik, aktivis, atau bahkan penggemar k-drama menjanjikan mereka keterikatan dan sosial yang juga memperkuat identitas social.
Pada akhirnya media sosial berperan besar dalam pembentukan identitas sosial Generasi Z. Pengaruhnya bisa positif atau negatif, tergantung bagaimana mereka menggunakannya. Media sosial bisa menjadi ruang berkembang jika Gen Z mampu melihatnya sebagai alat untuk mengenal jati diri, bukan standar untuk menilai diri. Dengan keseimbangan itu, mereka bisa membangun identitas yang kuat, realistis, dan setia pada diri mereka sendiri. dan pengamatan yang mencakup unggahan, komentar, dan interaksi Tik Tok dan Instagram yang berkaitan dengan nilai, norma dan cara Gen Z memposisikan diri. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan pengaruh Tik Tok dan Instagram dalam konstruksi identitas sosial Gen Z dengan perjuangan nilai dan cara membangun pola interaksi sosial yang sehat di ruang digital. Selama ini sosiologi identitas sosial dan media kontemporer dapat berkontribusi memperkaya kerangka teori dan sosiologi, serta argumen kerangka sosial media di era digital.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































