Selama dua hari dari tanggal 26 hingga 27 Juli 2025 — para guru, sang penerang generasi, duduk bersimpuh dalam barisan ilmu. Mereka bukan hanya belajar cara mengajarkan huruf hijaiyah, tapi menyelami kedalaman cinta kepada Kalamullah. Dari makhraj ke makhraj, dari tajwid ke tajwid, hingga hati pun bergetar dalam setiap ayat yang dilantunkan.
Metode Tilawati bukan hal baru. Tapi di tangan guru yang terlatih, ia menjadi cahaya yang menuntun anak-anak membuka mushaf dengan cinta, bukan karena perintah. Dengan pendekatan yang sistematis, interaktif, dan beradab, metode ini menanamkan akhlak sekaligus kemampuan membaca yang fasih dan tartil.
Para narasumber dari Lembaga Tilawati Nasional Cabang Banten Al-Ustadz Jumanta, M.Pd. beserta Tim pun hadir memberi warna. Mereka bukan hanya menyampaikan teori, tapi menyalakan api semangat dakwah di ruang-ruang pelatihan. “Mengajarkan Al-Qur’an adalah tugas suci. Tapi lebih dari itu, ia adalah jalan menuju keberkahan hidup,” pesan Al-Ustadz Jumanta, M.Pd. penuh haru.
Wakil Diirektur AGIS Bidang Operasional dan Kerjasama International, Mr. Abdurahman, S.E. dalam sambutannya menyampaikan,
“Guru yang menanam Al-Qur’an di hati anak-anak, sejatinya sedang menanam pohon surga. Ia akan tumbuh, rindang, dan kelak menjadi tempat berteduh bagi banyak jiwa.”
Diklat ini ditutup dengan sesi munaqosyah — ujian yang bukan sekadar menilai, tapi menjadi ruang evaluasi sekaligus refleksi. Para guru diuji praktik mengajar, pembacaan, serta adab dalam menyampaikan. Dan ketika satu demi satu lulus, bukan hanya kertas sertifikat yang mereka genggam, tapi juga harapan besar: menjadi guru yang mengajarkan Al-Qur’an dengan hati.
Assaadah Global Islamic School (AGIS) percaya, bahwa pendidikan Al-Qur’an bukan sekadar kurikulum, ia adalah napas dalam setiap langkah pendidikan. Dan melalui diklat ini, AGIS terus melangkah, menyiapkan guru-guru terbaik untuk mendidik generasi Qur’ani yang cerdas, berkarakter, dan bersinar dengan cahaya Ilahi.