Berijazah sarjana dengan IPK memuaskan, namun gagal dalam seleksi kerja atau tersingkir saat tahap interview. Fenomena ini semakin sering terjadi di dunia nyata. Di balik kebanggaan menyandang gelar akademik, banyak lulusan justru kesulitan bersaing karena satu masalah besar: skill gap.
Ketimpangan antara Dunia Akademik dan Dunia Kerja
Skill gap adalah kondisi ketika keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Menurut Populix (2024), lebih dari 60% perusahaan mengaku kesulitan menemukan talenta yang benar-benar siap kerja, meski pelamar memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa gelar tidak selalu sejalan dengan kompetensi nyata di lapangan. Banyak lulusan belum dibekali keterampilan praktis seperti problem solving, komunikasi efektif, hingga adaptasi teknologi yang kini menjadi standar minimum dunia kerja modern.
Gelar Semakin Kurang Relevan Tanpa Skill
Melansir MUM News (2024), gelar sarjana memang masih penting sebagai bukti kualifikasi pendidikan. Namun, dunia kerja kini menuntut lebih: soft skill, pengalaman, dan portofolio nyata. Perusahaan tidak hanya menilai apa yang tertulis di transkrip, tetapi apa yang bisa dibuktikan secara langsung.
Banyak perusahaan bahkan mulai mengadopsi pendekatan skills-based hiring, yakni fokus pada kemampuan daripada latar pendidikan. Ini jadi tantangan serius bagi lulusan baru yang hanya mengandalkan ijazah tanpa keahlian teknis atau pengalaman organisasi.
Apa yang Harus Dilakukan?
Associe (2024) menyebutkan bahwa untuk menjembatani skill gap, penting bagi mahasiswa dan fresh graduate untuk mulai membangun keterampilan praktis sejak dini—lewat magang, project freelance, pelatihan daring, hingga sertifikasi profesional.
Kampus pun perlu berbenah. Kurikulum yang terlalu teoritis dan minim praktik harus mulai diubah menjadi lebih adaptif dan relevan. Kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri juga menjadi kunci agar lulusan tidak hanya “siap lulus,” tapi juga siap kerja.
Kesimpulan
Gelar akademik bukanlah jaminan kesuksesan di dunia nyata. Di tengah persaingan kerja yang semakin ketat dan dinamis, keterampilan praktis, adaptif, dan relevan menjadi nilai jual utama. Maka, sudah saatnya generasi muda tidak hanya fokus mengejar IPK dan gelar, tetapi juga aktif membangun skill yang dibutuhkan industri. Karena hari ini, bukan siapa yang paling pintar di atas kertas yang menang—tetapi siapa yang paling siap menjawab tantangan dunia nyata.
Penulis: Enjelin Amanda Dewi
Sumber gambar: canva.com