Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd Hidupkan Kembali Permainan Tradisional di Era Digital Sebagai Rasa Peduli Terhadap Generasi Bangsa
Garut, 13 November 2025 – Di tengah derasnya arus teknologi modern yang kian tak terbendung, muncul sosok guru inspiratif dari MIS Ar-Raudhotun Nur, yakni Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd, wali kelas III yang memiliki kepedulian besar terhadap masa depan generasi bangsa. Ia menyadari bahwa perkembangan teknologi membawa banyak manfaat, namun juga memiliki dampak yang perlu diwaspadai, terutama bagi anak-anak usia sekolah dasar yang kini semakin akrab dengan gawai dan permainan digital.
Bapak Insan menuturkan bahwa ketertarikan siswa terhadap gadget atau smartphone merupakan hal yang wajar di era modern ini. Namun, di balik itu, terselip keprihatinan yang mendalam ketika melihat banyak anak mulai kecanduan bermain gim daring dan kehilangan momen berharga dalam masa tumbuh kembang mereka. “Anak-anak sekarang lebih sering menatap layar dibandingkan berlari di halaman. Padahal, masa kecil itu seharusnya diisi dengan tawa, gerak, dan kebersamaan dengan teman sebaya,” ujar Bapak Insan dengan nada reflektif.
Melihat fenomena tersebut, beliau pun tergerak untuk menghidupkan kembali permainan-permainan tradisional yang dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari masa kecil anak-anak Indonesia. Di sela kegiatan belajar, Bapak Insan memperkenalkan berbagai permainan khas Jawa Barat seperti congklak, ular tangga, cang kacang panjang, cacaburange, dan domikado. Kegiatan ini disambut dengan penuh antusias oleh para siswa kelas III. Ruang kelas yang biasanya dipenuhi suara diskusi belajar kini berubah menjadi arena permainan yang riuh oleh tawa dan sorak kebahagiaan anak-anak. Mereka tampak menikmati setiap momen permainan yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengasah kecerdasan, ketangkasan, serta kerja sama antar teman.

Yang menarik, Bapak Insan tidak hanya menjadi pengamat, tetapi turut bermain bersama siswa-siswanya. Ia menunjukkan cara bermain, menjelaskan aturan, dan memberi semangat kepada setiap kelompok. Suasana hangat dan penuh kebersamaan itu menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran tidak selalu harus kaku dan serius, tetapi bisa dikemas dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. Menurut Bapak Insan, permainan tradisional memiliki nilai edukatif yang sangat tinggi. Selain mengajarkan sportivitas, kesabaran, dan kerja sama, permainan tersebut juga mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal. “Melalui permainan tradisional, anak-anak belajar banyak hal tanpa mereka sadari. Mereka belajar menghargai teman, mengendalikan emosi, dan menikmati proses tanpa tergantung pada layar,” jelasnya.
Lebih lanjut, beliau berharap bahwa dengan mengenalkan kembali permainan tradisional, para siswa dapat mengurangi ketergantungan terhadap gawai. Kecanduan permainan digital, menurutnya, tidak hanya mengganggu kesehatan fisik seperti menurunnya daya penglihatan dan kurangnya aktivitas tubuh, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental anak. “Kalau sudah terlalu sering bermain gawai, anak-anak cenderung sulit fokus, mudah marah, dan kurang berinteraksi dengan lingkungan. Itu yang ingin saya cegah sejak dini,” ungkapnya.

Kegiatan ini mendapat apresiasi dari pihak madrasah dan orang tua siswa. Mereka menilai bahwa langkah Bapak Insan merupakan contoh nyata dari pendidikan karakter dan kepedulian guru terhadap keseimbangan perkembangan anak, baik secara intelektual maupun sosial-emosional. Dengan cara yang sederhana namun bermakna, beliau berusaha menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui permainan yang sarat makna budaya.
Salah seorang orang tua siswa bahkan mengungkapkan rasa terima kasihnya, “Kami senang sekali anak-anak diajak bermain seperti dulu lagi. Sekarang sepulang sekolah mereka sering menceritakan permainan tradisional, bukan lagi game di ponsel.” Semangat dan kepedulian yang ditunjukkan oleh Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd mencerminkan sosok pendidik sejati yang tidak hanya mengajar ilmu pengetahuan, tetapi juga mendidik hati dan karakter generasi muda. Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik, melainkan juga tentang membentuk kepribadian dan menjaga warisan budaya bangsa.
Dengan langkah kecil namun berdampak besar ini, MIS Ar-Raudhotun Nur terus berupaya melahirkan generasi yang cerdas, berbudaya, dan berkepribadian kuat di tengah tantangan zaman. Seperti yang sering dikatakan Bapak Insan kepada murid-muridnya, “Teknologi boleh maju, tapi jangan sampai kita lupa cara bermain dan tertawa bersama tanpa layar.” Melalui inisiatifnya, Bapak Insan telah membuktikan bahwa kepedulian dan kreativitas seorang guru mampu menyalakan kembali semangat kebersamaan, keceriaan, dan kecintaan terhadap budaya bangsa di hati anak-anak Indonesia.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”









































































