Fenomena menunda pekerjaan hingga mendekati tenggat waktu bukanlah hal baru. Banyak mahasiswa yang baru menulis tugas saat H-1, atau pekerja yang mendadak lembur ketika laporan harus dikumpulkan besok pagi. Budaya “last minute” seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan akademik maupun profesional. Pertanyaannya, mengapa banyak orang justru lebih produktif ketika deadline sudah dekat?
Adrenalin dan Tekanan sebagai Pemicu
Secara psikologis, bekerja di bawah tekanan waktu dapat memicu adrenalin. Rasa terdesak membuat otak terfokus penuh, mengurangi distraksi, dan memaksa kita untuk segera menyelesaikan pekerjaan. Tidak heran, banyak orang merasa ide-ide justru mengalir deras saat waktu hampir habis.
Namun, produktivitas semacam ini sering kali datang dengan harga: rasa panik, kurangnya istirahat, bahkan kualitas kerja yang menurun karena terburu-buru.
Antara Kebiasaan dan Budaya Kolektif
Budaya last minute juga dipengaruhi lingkungan. Di kalangan mahasiswa misalnya, menunda tugas hingga akhir sudah dianggap lumrah. Ada anggapan bahwa semua orang melakukan hal yang sama, sehingga perilaku ini semakin normal.
Dalam dunia kerja, atasan yang sering memberikan tenggat mendadak juga memperkuat budaya ini. Akibatnya, pekerja terbiasa merespons cepat, bukan merencanakan matang.
Efek Negatif Jangka Panjang
Meski kadang terasa efektif, kebiasaan last minute memiliki dampak buruk. Stres berlebihan, hasil kerja yang tidak maksimal, hingga risiko kesehatan karena kurang tidur adalah konsekuensi yang nyata. Selain itu, pola ini membuat seseorang sulit membangun disiplin dan manajemen waktu yang baik.
Dalam jangka panjang, produktivitas yang bergantung pada tekanan justru bisa menghambat pengembangan diri. Kita terbiasa “reaktif” terhadap situasi, bukan “proaktif” dalam mengelola pekerjaan.
Mengubah Pola, Bukan Sekadar Menunda
Menghindari budaya last minute bukan berarti harus menyelesaikan semua pekerjaan jauh-jauh hari. Kuncinya adalah membagi tugas menjadi bagian kecil, membuat prioritas, dan menyusun jadwal realistis. Dengan begitu, beban tidak menumpuk di akhir dan kualitas hasil bisa lebih terjaga.
Kesimpulan
Budaya last minute menunjukkan bagaimana manusia sering kali baru bergerak ketika terdesak. Meski kadang menghasilkan produktivitas instan, pola ini menyimpan risiko besar bagi kualitas kerja dan kesehatan mental.
Pada akhirnya, produktif bukan berarti menunggu deadline menghantui, melainkan mampu bekerja konsisten tanpa harus bergantung pada tekanan waktu.
Penulis: Enjelin Amanda Dewi
Sumber gambar: canva.com