Bukan Sekadar Istirahat: Tidur Berkualitas dan Masa Depan Generasi Muda
Di tengah gaya hidup serba cepat, ambisi tinggi, dan tekanan sosial yang tak kunjung reda, ada satu kebutuhan dasar yang semakin terabaikan oleh generasi muda: tidur yang cukup dan berkualitas. Padahal, tidur bukanlah kemewahan atau pelarian dari kesibukan, melainkan fondasi utama bagi kesehatan fisik, mental, hingga produktivitas jangka panjang.
Tidur: Kunci Kesehatan yang Sering Diremehkan
Banyak anak muda hari ini rela mengorbankan waktu tidurnya demi mengejar target akademik, produktivitas kerja, atau sekadar berselancar di media sosial hingga larut malam. Menurut Prudential Indonesia (2023), sebanyak 4 dari 10 Gen Z di Indonesia mengalami gangguan tidur akibat stres dan pola hidup tidak sehat.
Tidur yang kurang atau tidak berkualitas berdampak langsung pada kemampuan otak dalam berkonsentrasi, mengolah emosi, dan mempertahankan daya tahan tubuh. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa memicu berbagai penyakit kronis seperti gangguan jantung, obesitas, dan depresi.
Bonus Demografi Tidak Akan Maksimal Tanpa Generasi yang Sehat
Indonesia tengah bersiap menyambut bonus demografi 2030, saat mayoritas penduduk berada pada usia produktif. Namun, peluang ini hanya akan berdampak positif jika generasi mudanya benar-benar sehat secara menyeluruh—baik fisik maupun mental. Tidur berkualitas menjadi salah satu syarat utama untuk mencetak SDM unggul dan siap bersaing secara global (Ahmad, 2024).
Sayangnya, masih banyak yang memandang tidur sebagai aktivitas pasif dan tidak produktif. Bahkan, slogan “tidur bisa nanti” justru dianggap keren di kalangan anak muda urban. Padahal, sikap semacam ini berpotensi menciptakan generasi yang mudah lelah, emosional, dan kehilangan kemampuan berpikir strategis.
Kebiasaan Sehari-hari yang Mengganggu Pola Tidur
Kebiasaan begadang demi scroll TikTok, menonton serial tanpa jeda (binge-watching), hingga multitasking malam hari membuat ritme biologis tubuh terganggu. Paparan cahaya biru dari layar gadget juga menghambat produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur nyenyak (Panturapost, 2024).
Ditambah lagi, gaya hidup penuh tekanan tanpa mekanisme relaksasi membuat otak sulit beristirahat, meski tubuh sudah lelah. Akibatnya, banyak generasi muda merasa lesu saat bangun tidur, sulit fokus, dan cenderung emosional meski sudah tidur dalam waktu yang cukup.
Tidur Berkualitas Adalah Investasi Produktivitas
Tidur yang cukup tidak hanya meningkatkan imunitas, tetapi juga berperan besar dalam mengasah kreativitas, kecerdasan emosional, dan kestabilan mental. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki kualitas tidur baik lebih mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan secara jernih, serta menjaga hubungan sosial yang sehat.
Dengan ritme tidur yang baik, talenta muda bisa memaksimalkan potensi dirinya secara lebih optimal—baik dalam pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan sosial. Tidur bukan lawan dari produktivitas, melainkan fondasi agar produktivitas bisa berkelanjutan.
Langkah Kecil, Dampak Besar
Mulailah dengan kebiasaan kecil seperti mengatur waktu tidur yang konsisten, menjauhkan gawai satu jam sebelum tidur, dan menciptakan suasana kamar yang nyaman dan tenang. Disiplin tidur adalah bentuk kepedulian terhadap diri sendiri—yang sering kali terlupakan di era kompetisi dan pencapaian.
Penting juga untuk mengedukasi masyarakat, khususnya pelajar dan mahasiswa, mengenai manfaat tidur dan bahaya kurang istirahat. Kampanye sehat yang relevan dengan gaya hidup Gen Z bisa menjadi jembatan untuk mengubah persepsi mereka terhadap tidur sebagai hal penting, bukan sekadar pilihan.
Kesimpulan
Tidur bukanlah tanda kelemahan atau kemalasan. Ia adalah kebutuhan biologis yang menentukan kualitas hidup dan masa depan. Generasi muda Indonesia harus mulai menyadari bahwa tidur berkualitas adalah bagian dari gaya hidup sehat yang tidak bisa ditawar. Karena bagaimana mungkin membangun mimpi besar jika tubuh dan pikiran terus kelelahan?
Penulis: Enjelin Amanda Dewi
Sumber gambar: canva.com