Yogyakarta, 9 September 2025 — Center for Digital Society (CfDS) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) menandai perjalanan sepuluh tahun kiprahnya dengan mengusung tema “A New Era to Rethink Digital”. Perayaan ini sekaligus menjadi momen peluncuran kembali Mata Kuliah Kecerdasan Digital (MKKD) yang mengangkat topik “Membangun Ekosistem Digital yang Humanis dan Inklusif”.
Sejak berdiri pada 2015, CfDS berkomitmen mengawal transformasi digital melalui riset, advokasi, dan literasi publik. MKKD, yang diluncurkan pertama kali bersama Kementerian Komunikasi dan Digital pada 2020, menjadi salah satu program unggulan. Kelas gratis dan terbuka ini telah diikuti lebih dari 40 ribu peserta dengan pengajar lintas sektor, mulai dari akademisi, pemerintah, hingga industri.
Dekan Fisipol UGM, Dr. Wawan Mas’udi, menegaskan bahwa CfDS lahir sebagai respons atas dampak revolusi digital. “Kami tidak ingin transformasi digital menciptakan imperialisme baru dan ketergantungan baru,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya mengedepankan aspek kemanusiaan dalam setiap pengembangan teknologi.

Senada, Sekretaris Eksekutif CfDS, Syaifa Tania, menyebut perayaan satu dekade ini sebagai momentum refleksi. “Melalui tema ‘A New Era to Rethink Digital,’ kami mengajak semua pihak untuk memikirkan kembali relasi manusia, teknologi, dan alam, agar tercipta ekosistem digital yang sehat dan berkelanjutan,” katanya.

Diskusi Publik: AI dan Tantangan Humanisme Digital
Peresmian MKKD 2025 turut diramaikan diskusi publik yang menghadirkan Janitra Haryanto (Salesforce) dan Dr. Suci Lestari Yuana (UGM). Keduanya membahas pentingnya pendekatan human centric dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Janitra menekankan bahwa AI seharusnya berfungsi untuk mendukung manusia, bukan menggantikan. “Kami mendesain AI agar meningkatkan kemampuan manusia. Etika, transparansi, dan akuntabilitas harus ditanamkan sejak tahap awal perancangan,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Suci Lestari menilai AI sebagai sistem sosio-teknis yang tak bisa dilepaskan dari konteks sosial, politik, dan budaya. Ia mengingatkan bahwa bias struktural dan ketidakadilan sosial berpotensi muncul dalam interaksi manusia dengan teknologi. “Ujian terbesar pengembangan AI adalah mampu menahan kapitalisasi massal teknologi tersebut,” tegasnya.
Momentum Strategis untuk Masa Depan
Perayaan satu dekade CfDS ini tidak hanya merangkum pencapaian, tetapi juga mempertegas peran lembaga tersebut dalam membangun masa depan digital Indonesia yang inklusif. Dengan kembali dibukanya MKKD pada 2025, CfDS menegaskan komitmennya meningkatkan literasi digital publik dan mengawal transformasi teknologi yang berpihak pada manusia. (Yusuf)
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































