TikTok menjadi salah satu aplikasi yang banyak dimainkan oleh masyarakat di seluruh dunia. Di kalangan anak muda, aplikasi ini sangat digemari karena fitur di dalamnya sangat menghibur. Mulai dari fitur perekaman, penyuntingan, dan filter, hingga fitur yang lebih canggih seperti Live, Duet, Stitch disajikan di dalam aplikasi TikTok.
Salah satu fitur yang sekarang sedang ramai dimainkan adalah “api beruntun.” Jika Anda pengguna TikTok, pastinya sudah tidak asing dengan fitur baru yang diluncurkan pada bulan Juli tahun lalu. Api beruntun atau yang juga biasa dikenal sebagai “streak,” akan muncul jika Anda bertukar pesan dengan seseorang selama 3 hari berturut-turut. Bisa melalui pesan langsung ataupun grup.
Tentu saja tren ini sangat seru dan menghibur di kalangan anak muda, serta menjaddi ajang eksistensi dan loyalitas antar pengguna. Tapi, tren ini tak sekadar soal seru-seruan. Terdapat sisi positif dan sisi yang membuat orang tua mulai waspada.
Tsabitah (21), mahasiswi Universitas Negeri Semarang, mengaku antusias mengikuti tren ini. “Saya punya akun TikTok dan sangat sering memainkannya. Bangun tidur pun hal pertama yang saya buka adalah TikTok. Sekarang saya punya streak dengan 22 akun!” ungkapnya saat diwawancarai.
Menurut Tsabitah, streak bukan hanya kesenangan semata, tapi juga bisa mempererat hubungan pertemanan, terutama bagi mereka yang menjalani long-distance friendship. “Rasanya menyenangkan bisa menjaga komunikasi setiap hari, meski hanya lewat DM,” tambahnya.
Namun tak semua pengguna merasakan hal serupa. Husna, pengguna TikTok lainnya, memiliki pandangan berbeda. Ia menyebut streak sebagai fitur yang menarik tapi kurang esensial.
“Awalnya saya nggak sengaja ikut. Ngobrol terus sama teman di DM TikTok selama tiga hari, tiba-tiba muncul api. Tapi jujur saya agak malas ikut-ikutan begini. Kadang malah stres sendiri kalau streak putus,” ujar Husna.
Ia mengaku jarang membuka pesan di TikTok, sehingga sering kali lupa memperbarui percakapan, dan streak yang sudah dijaga beberapa hari pun terputus. “Menurut saya pribadi sih cukup membosankan. Seolah-olah kita hanya mengejar angka atau simbol tanpa tujuan yang jelas. Kalau bukan karena kebetulan, mungkin saya tidak akan pernah mencoba fitur ini,” katanya menutup pernyataan.
Di balik tren yang membara, ada pula kecemasan yang diam-diam muncul. Banyak orang tua menganggap tren ini bisa memicu kecanduan digital dan mengganggu fokus belajar anak. Apalagi, mempertahankan streak sering kali menuntut pengguna untuk aktif setiap hari, bahkan di jam-jam yang tidak ideal.
Menurut mahasiswi psikologi Erlin Yustiyanti, terdapat dua dampak yang dapat dihasilkan dari tren “api beruntun” atau “streak” ini. “Dampak positif pertama pastinya adalah hubungan dengan teman dapat terjaga dengan baik. Sementara untuk dampak negatif pastinya juga banyak, seperti meingkatnya screen time bermain handphone, mengurangi interaksi secara langsung di dunia nyata, dan akan sulit untuk beradaptasi atau berkomunikasi secara lagsung,” jelasnya.
Fitur “api beruntun” TikTok memang hadir sebagai cara baru dalam membangun interaksi yang konsisten. Namun, penting bagi para pengguna terutama anak muda untuk menyadari batas hiburan dan tekanan sosial terselubung. Eksistensi digital tidak seharusnya menggantikan kualitas komunitas yang lebih sehat dan nyata.