Dulu Dicibir, Kini Menginspirasi: Kisah Margaretha, Anak Petani dari Rote yang Tembus Fakultas Psikologi UI
Rote Ndao, NTT – Di salah satu sudut paling selatan Indonesia, tepatnya di Rote, Nusa Tenggara Timur, terukir sebuah kisah yang melampaui keterbatasan dan menginspirasi banyak hati. Namanya Margaretha, seorang gadis yang tumbuh dalam dekapan keluarga petani, yang oleh banyak orang kerap dilabeli “miskin”. Namun, label itu tak sedikit pun meredupkan semangatnya. Justru sebaliknya, ia berhasil membuktikan bahwa mimpi anak kampung bukanlah sekadar angan-angan belaka, melainkan sebuah janji yang bisa digapai. Kini, nama Margaretha bersinar sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, salah satu gerbang pendidikan terbaik di negeri ini.
Perjalanan Penuh Duri Menuju Gerbang Impian
Jalan yang dilalui Margaretha menuju UI tidaklah hamparan karpet merah. Ia harus menghadapi bukan hanya tantangan ekonomi yang mencekik, melainkan juga bisikan-bisikan sinis dan stigma sosial yang seolah ingin membelenggu mimpinya. “Mana mungkin anak miskin bisa kuliah di UI?” komentar pedas itu tak jarang menembus telinganya, bahkan datang dari mulut guru-gurunya sendiri. Ketika kabar kelulusannya diumumkan, alih-alih ucapan selamat yang hangat, ia justru disambut dengan keraguan dan cibiran. Banyak yang menganggapnya terlalu berani bermimpi, menyarankan agar ia lebih “realistis” dengan hanya kuliah di daerah atau langsung terjun ke dunia kerja.
Namun, Margaretha tak goyah. Ibarat karang yang kokoh diterpa badai, keyakinannya pada mimpi besar itu tak tergoyahkan. Keberaniannya untuk melawan arus, untuk percaya pada potensi dirinya sendiri, menjadi nyala api yang kelak menginspirasi banyak orang.
Uluran Tangan dan Gelombang Harapan
Di tengah badai keraguan itu, secercah harapan mulai muncul. Ketika berita kelulusan Margaretha di Fakultas Psikologi UI menyebar luas, satu per satu uluran tangan dan bantuan pun berdatangan. Ada yang menyumbangkan dana seadanya, menyediakan tempat tinggal sementara di Jakarta, hingga membantu mengurus berbagai administrasi pendaftaran yang rumit. Perjalanan Margaretha tak lagi ia arungi sendiri. Di setiap langkahnya, ia membawa serta harapan dari banyak pihak yang meyakini bahwa anak-anak daerah, dengan segala keterbatasannya, juga memiliki hak dan potensi untuk bersaing di panggung nasional. Kisahnya menjadi bukti nyata bahwa kebaikan akan menemukan jalannya, dan ketika satu pintu tertutup, pintu-pintu lain akan terbuka lebar jika ada keyakinan dan dukungan.
Merajut Asa dari Kampung: Kisah Para Pembangun Negeri
Kisah Margaretha bukanlah fenomena tunggal. Di balik gemerlap ibu kota, tersembunyi banyak kisah lain dari anak-anak muda NTT yang memilih kembali ke akar mereka setelah menamatkan pendidikan tinggi di Jawa atau bahkan di luar negeri. Dengan semangat membara, mereka bertekad membangun daerahnya dari kampung halaman. Namun, langkah mulia ini seringkali dipandang sebelah mata. Mereka yang menginisiasi gerakan lokal, membangun komunitas belajar, atau bahkan menjadi pekerja lepas (freelancer) untuk proyek-proyek nasional hingga internasional, kerap dicap “pengangguran” oleh sebagian masyarakat lokal.
“Katong (kita) ini orang daerah, kalau bikin gerakan atau kerja dari rumah untuk proyek nasional, orang kira kita pengangguran,” tutur seorang aktivis muda asal Lembata, menggambarkan pahitnya realita yang mereka hadapi. Padahal, di balik layar, tangan-tangan mereka tak pernah berhenti bekerja, terlibat dalam berbagai inisiatif penting, mulai dari pendidikan alternatif, pelatihan digital, hingga pemberdayaan komunitas adat. Mereka adalah pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa yang dengan gigih berjuang mengangkat harkat dan martabat tanah kelahiran mereka.
Refleksi Mendalam: Sebuah Cahaya dari Tanah yang Dilupakan
Cerita Margaretha dan mereka yang memilih kembali ke kampung halaman adalah sebuah pengingat yang mendalam bahwa perubahan sering kali lahir dari keberanian untuk menjadi berbeda. Bahwa kemiskinan bukanlah sebuah dosa, dan membangun dari kampung bukanlah sebuah kegagalan. Justru dari tanah yang seringkali dilupakan inilah, lahir pribadi-pribadi tangguh yang membawa terang bagi masa depan Indonesia.
Kisah Margaretha adalah sebuah tamparan keras bagi kita semua untuk melihat melampaui stigma dan keterbatasan. Ia membuktikan bahwa dengan tekad yang membaja, kerja keras yang tak kenal lelah, dan sedikit dukungan, impian sebesar apa pun dapat diraih, bahkan oleh mereka yang paling dicibir sekalipun. Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih menghargai setiap upaya, setiap mimpi, dan setiap langkah berani yang diambil oleh anak-anak bangsa, dari mana pun mereka berasal.