Industri rumah tangga (IRT) makanan masih menjadi bagian penting dalam denyut perekonomian lokal di berbagai daerah, termasuk Cirebon. Di tengah dominasi produk pabrikan dan sistem distribusi modern, keberadaan usaha emping seperti Emping La Tansa menunjukkan bahwa industri berbasis rumah tangga masih memiliki daya tahan yang kuat dan relevan hingga hari ini.
Emping La Tansa merupakan usaha pengolahan emping melinjo yang telah berjalan kurang lebih selama 15 tahun. Usaha ini tumbuh dari lingkungan keluarga, berawal tanpa perencanaan bisnis formal, namun berkembang melalui pengalaman, ketekunan, dan pembelajaran langsung di lapangan. Dari sudut pandang penulis, pola tumbuh seperti ini justru menjadi kekuatan utama industri rumah tangga: fleksibel, adaptif, dan berakar kuat pada realitas masyarakat.
*Dari Usaha Rumahan ke Penopang Ekonomi Keluarga*
Pada awal berdirinya, Emping La Tansa hanya melibatkan dua orang tenaga kerja yang bekerja langsung di tempat produksi. Seiring meningkatnya permintaan, sistem kerja berkembang menjadi lebih fleksibel, di mana sebagian proses produksi dikerjakan di rumah masing-masing pekerja.
Model kerja ini mencerminkan karakter khas ekonomi rakyat yang sering luput dari perhatian. Industri rumah tangga tidak hanya menciptakan produk, tetapi juga membuka ruang kerja yang inklusif, khususnya bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan akses terhadap lapangan pekerjaan formal. Dalam konteks ini, Emping La Tansa tidak sekadar memproduksi makanan, tetapi juga membangun ekosistem ekonomi berbasis solidaritas sosial.
*Bahan Baku dan Realitas Tantangan Produksi*
Bahan baku utama emping adalah biji melinjo muda yang diperoleh dari berbagai daerah, baik dari sekitar Cirebon maupun luar kota seperti Majalengka, Ciamis, dan Serang, Banten. Ketergantungan pada pasokan luar daerah menunjukkan bahwa industri rumah tangga masih menghadapi persoalan struktural dalam rantai bahan baku.
Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi keberlanjutan IRT. Persaingan dengan pedagang sayur, fluktuasi harga, serta kelangkaan bahan baku pada musim tertentu membuat posisi produsen kecil menjadi rentan. Tanpa dukungan kebijakan atau sistem distribusi bahan baku yang lebih adil, industri rumah tangga sering kali berada pada posisi tawar yang lemah dibandingkan pelaku usaha yang lebih besar.
*Produksi Tradisional sebagai Identitas, Bukan Kelemahan*
Proses produksi Emping La Tansa masih dilakukan secara tradisional, mulai dari penyangraian, penumbukan menggunakan alat pendel, penjemuran, hingga penggorengan dan pengemasan. Proses ini membutuhkan waktu, ketelatenan, dan keterampilan yang tidak bisa digantikan sepenuhnya oleh mesin.
Cara produksi tradisional ini tidak seharusnya dipandang sebagai keterbatasan, melainkan sebagai identitas dan nilai tambah. Di tengah tren konsumsi produk lokal dan autentik, metode produksi tradisional justru dapat menjadi kekuatan diferensiasi, asalkan didukung dengan pengemasan yang baik dan strategi pemasaran yang tepat.
*Distribusi Digital dan Perluasan Pasar*
Emping La Tansa telah memanfaatkan teknologi digital seperti WhatsApp dan Google Maps untuk mendukung pemasaran. Produk ini tidak hanya dipasarkan di wilayah Cirebon, tetapi juga menjangkau kota lain seperti Bandung hingga pasar luar negeri, termasuk Singapura.
Penulis melihat langkah ini sebagai bukti bahwa industri rumah tangga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Namun demikian, adaptasi digital ini masih bersifat sederhana dan sangat bergantung pada inisiatif pelaku usaha. Ke depan, pendampingan pemasaran digital yang lebih terstruktur akan sangat membantu IRT agar tidak tertinggal dalam persaingan pasar yang semakin luas.
*Emping La Tansa dan Masa Depan IRT*
Emping La Tansa merupakan gambaran nyata ketahanan ekonomi rakyat yang tumbuh dari bawah. Usaha ini bertahan bukan karena modal besar, tetapi karena konsistensi, kerja keras, dan kemampuan membaca peluang. Menurut penulis, inilah wajah asli ekonomi lokal yang seharusnya mendapatkan perhatian lebih dalam kebijakan pembangunan.
Jika industri rumah tangga seperti Emping La Tansa diberi dukungan berupa akses bahan baku yang stabil, pelatihan usaha, dan perlindungan pasar, maka IRT tidak hanya akan bertahan, tetapi mampu naik kelas tanpa kehilangan identitas lokalnya. Emping La Tansa menunjukkan bahwa usaha kecil bukan berarti usaha lemah, melainkan fondasi penting bagi ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Kelompok 1
Di susun oleh:
Sinta (2530104062)
Lulu Novita Nawal Rahmadhani (2530104063)
Zlyta Mutia (2530104064)
Aiga Nazlah Rusdiva (2530104065)
Nazlia Intania (2530104066)
Suci Setia Rahayu (2530104067)
Dosen Pengampu: Hj.Yeti Nurizzati M.Si
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”









































































