Gunung Lewotobi Kembali Meletus Hebat: Kolom Abu Capai 18 Kilometer
Flores Timur, NTT — Gunung Lewotobi Laki-laki kembali mengguncang wilayah Flores Timur dengan dua letusan dahsyat yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari enam jam. Letusan pertama terjadi pada Jumat malam, 1 Agustus 2025 pukul 20.48 WITA, dan disusul letusan kedua yang lebih kuat pada Sabtu dini hari, 2 Agustus 2025 pukul 01.05 WITA. Kedua erupsi ini menandai salah satu episode vulkanik paling eksplosif dari gunung yang telah berada pada status Level IV (Awas) sejak awal tahun.
Letusan Jumat malam diawali dengan suara gemuruh yang menggetarkan wilayah sekitar. Pos Pengamatan Gunung Lewotobi di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, mencatat kolom abu yang membumbung hingga 10.000 meter di atas puncak. Kolom tebal berwarna kelabu kehitaman ini disertai lontaran material pijar dan hujan abu yang menyebar ke berbagai desa di sekitarnya. Durasi letusan tercatat selama 3 menit 40 detik dengan amplitudo maksimum 47,3 mm. Masyarakat di sejumlah desa seperti Boru, Pululera, Kringa, Dulipali, dan Padang Pasir mulai merasakan dampak berupa jatuhan abu halus dan suara dentuman yang berulang-ulang.
Belum sempat kondisi pulih, letusan kedua terjadi pada Sabtu dini hari pukul 01.05 WITA. Kali ini lebih dahsyat. Gunung Lewotobi memuntahkan kolom abu vulkanik setinggi 18.000 meter di atas permukaan laut. Letusan tersebut berlangsung selama 14 menit lebih dan disertai kilatan petir vulkanik di sekitar kawah, menandakan tingginya intensitas gesekan partikel abu dan gas panas. Lava pijar dilaporkan mengalir ke arah barat laut sejauh 3.800 meter dan ke timur laut sejauh 4.340 meter. Suara gemuruh terdengar hingga radius belasan kilometer dan mengguncang wilayah sekitar dengan kuat.
Data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan bahwa sebelum letusan, aktivitas seismik gunung sudah meningkat signifikan. Terdeteksi 58 kali gempa dalam (VT-A), 8 kali embusan, dan beberapa gempa tektonik lokal. Ini menandakan adanya tekanan kuat dari dalam dapur magma yang memicu aktivitas permukaan secara beruntun.
Status Level IV (Awas) tetap diberlakukan dengan peringatan keras kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi. Selain itu, kawasan di sektor barat daya hingga timur laut diperluas menjadi 7 kilometer sebagai zona rawan tinggi. Otoritas juga meminta masyarakat agar waspada terhadap potensi hujan abu yang bisa berdampak pada kesehatan pernapasan, kerusakan tanaman, serta pencemaran air tanah dan sumur.
Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam keterangannya menyatakan bahwa letusan ini tergolong sangat eksplosif dan memiliki potensi untuk terus berlanjut. Oleh karena itu, warga diminta tetap tenang namun siaga, serta hanya mempercayai informasi dari otoritas resmi.
“Letusan Gunung Lewotobi bukan hanya fenomena alam biasa, melainkan ancaman nyata yang harus dihadapi dengan disiplin mitigasi. Kami minta masyarakat mematuhi zona bahaya dan tidak mencoba mendekat ke wilayah terdampak,” tegas Hendra.
Pemerintah Kabupaten Flores Timur bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah mengevakuasi ratusan warga dari beberapa desa terdampak ke lokasi aman. Total lebih dari 2.000 kepala keluarga berada dalam potensi ancaman langsung. Otoritas juga menyiapkan posko pengungsian, masker, logistik, serta fasilitas kesehatan darurat.
Di sisi lain, aktivitas penerbangan juga mulai terdampak. Bandara Frans Seda di Maumere, Wunopito di Lembata, serta Bandara Gewayantana di Larantuka telah meningkatkan kewaspadaan dan siaga terhadap kemungkinan pembatalan atau pengalihan rute penerbangan akibat sebaran abu vulkanik di udara.
Para ahli vulkanologi menilai erupsi Gunung Lewotobi kali ini termasuk langka karena terjadi dua kali dalam tempo singkat dengan intensitas tinggi. Apabila tidak segera reda, dikhawatirkan terjadi letusan susulan yang lebih besar atau aliran lahar jika hujan mengguyur area lereng gunung.
Masyarakat diminta untuk tetap mengikuti arahan dari Pos Pengamatan Gunung Lewotobi dan memantau informasi dari aplikasi MAGMA Indonesia serta media resmi pemerintah. Khusus bagi warga yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu dari puncak gunung, kewaspadaan ekstra diperlukan mengingat potensi banjir lahar dingin bisa terjadi sewaktu-waktu.
Letusan ganda Gunung Lewotobi kali ini menjadi pengingat bahwa Indonesia sebagai negara cincin api harus selalu siap menghadapi aktivitas geologis ekstrem. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan ilmuwan menjadi kunci dalam menjaga keselamatan jiwa serta meminimalkan kerugian akibat bencana alam seperti ini. Pemerintah daerah kini tengah mengkaji kemungkinan relokasi jangka panjang untuk warga desa yang berada paling dekat dengan zona bahaya permanen.
Hingga berita ini diturunkan, aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi masih fluktuatif dengan embusan abu dan suara gemuruh sporadis. Warga diminta tidak panik, namun tetap siaga, karena keselamatan adalah prioritas utama dalam menghadapi murka alam.