Hari Tounge Twister Internasional, Dapatkah Memeriahkannya Menggunakan Bahasa Minang?
Sebelum kita membahas tentang apa itu tounge twister, kita semua pasti pernah mengucapkan kalimat yang berulang-ulang dengan cepat, “ibu ubi ubi ubi” sebanyak 10 kali pengulangan, dan di tengah pelafalan pasti kita sering meninggalkan huruf “U” dan lebih sering membaca huruf “BI”. Siapa sih yang tidak tau dengan istilah Tounge twister?? Tounge twister atau dalam bahasa indonesianya ”pembelit lidah” sendiri merupakan kalimat yang di ucapkan secara cepat dan berbelit yang di tujukan untuk melatih fokus seseorang.Peringatan tentang tounge twister biasanya di adakan setiap minggu kedua bulan november, perayaan hari tounge sendiri di peringati sebagai hari internasional. Tounge twister hadir untuk memberikan tantangan kepada penantang agar dapat mengucapkan kalimat yang mengandung kata yang cara pengucapannya mirip.
Untuk contoh yang paling sering kita temui biasanya terdapat dalam bahasa indonesia serta bahasa inggris, untuk bahasa indonesia sendiri ada kalimat ”ular melingkar-lingkar di pagar pak umar” yang biasanya di ulang cepat sebanyak 10 kali pengulangan. Dan dalam bahasa inggris sendiri “She sells seashells by the seashore.” Kalimat tersebut merupakan kalimat yang berbelit dan susah untuk di ucapkan karena cara pengucapan yang mirip bila di ucapkan. Kedua kalimat pembelit lidah tersebut merupakan versi bahasa indonesia dan bahasa inggris, namun jika kita mempersempit pencarian kalimat yang membelit lidah dalam bahasa daerah indonesia ternyata bahasa minang punya banyak sekali loh kalimat yang dapat membelit lidah seperti pada kedua contoh sebelumnya. Tapi siapa sangka ternyata tounge twister ini ada hubungannya dengan keberagaman dalam minangkabau itu sendiri. Dalam bahasa minang sendiri toungue twister di sebut “pantun kilek” atau “kato kilek” (kata-kata licin/berliku) yang dibuat untuk melatih kelincahan lidah dan sering digunakan dalam permainan tradisional atau untuk bersenang-senang.
Selain di gunakan untuk melatih kelincahan lidah, ternyata “pantun kilek” di minang ini ada fungsinya lohh. Salah satunya sebagai adat tradisional minangkabau, pantun kilek ternyata dapat di gunakan secara multifungsi loh seperti :
1. 1. Saat di adakannya Prosesi Antar Hantaran (Manjapuik Marapulai)
2. 2. Media Penyampai Nilai dan Filsafat Adat
3. 3. Ujian Kecerdikan (Cadiak)
4. 4. Dalam penyelesaian sengketa (Musyawarah)
5. 5. Dalam poses pengangkatan penghulu (Batagak Panghulu)
Ini merupakan beberapa contoh saja dalam penggunaan “pantun kilek” bagi masyarakat minangkabau. Jika toungue twisster memiliki banyak cara atau variasi dalam bermain permainan tersebut, pantun kilek ternyata juga dapat di mainkan bersama teman namun cara bermain pantun silek berbeda dengan cara memainkan toungue twister.
Permainan pantun kilek harus di mainkan minimal dua orang atau dua kelompok, saat ingin memulai permainan alangkah bagusnya memberikan pendahuluan sebelum mulai bermain, seperti :
Lah bakilek jalan di lurah,
Lah bakilek jalan di dado.
Lah bakilek denai babuka,
Kilek lidah denai nan picado.
Setelah selesai melakukan pembukaan singkat seperti ini maka para pemain dapat memulai permainan para pemain membuat pantun yang berirama a-b-a-b dan mulai membalas pantun satu sama lain. Kriteria permainan ini bukan hanya dari seberapa cepat dan benar kita dapat menjawab pantun yang di berikan kepada kita, tetapi juga kelincahan serta makna pantun yang berkaitan dengan pantun sebelumnya, jadi bisa di bilang permainan ini bukan hanya sekedar mencari siapa yang cepat dan benar. Justru siapa yang dapat menyambung pantun sebelumnya dengan cepat dan tepat maka ia pemenangnya. Faktor kekalahan dalam permainan pantun kilek ini juga beragam, contohnya :
1. 1. Lawan mengaku kalah
2. 2. Tidak dapat menjawab pantun sebelumnya (waktu habis)
3. 3. Melakukan kesalahan berat (berkata kasar)
4. 4. Lawan tidak dapat membalas dalam 3 giliran.
Dengan perincian di atas, siapa sangka ternyata pantun kilek memiliki poin kesamaan yang sama dengan pola permainan tongue twister. Pada akhirnya, menjelajahi dunia Pantun Kilek dan Kato Kilek bukan sekadar mempelajari sebuah permainan kata. Ia adalah sebuah perjalanan menyelami cara berpikir dan bernalar masyarakat Minangkabau. Di sini, kelincahan lidah dan kedalaman akal bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua utas benang yang dipintal menjadi satu tenun budaya yang sangat berharga.
Tongue Twister bertujuan melatih bagaimana lidah kita lincah bergerak, bagaimana nafas kita tetap stabil di tengah kerumitan bunyi. Sementara Pantun Kilek mengasah bagaimana kita membaca makna di balik kata, menyusun balasan yang tepat, dan menyampaikan kebijaksanaan dengan santun. Dalam setiap peristiwa adat, dari musyawarah hingga pernikahan, kombinasi unik ini berfungsi sebagai cara bermusyawarah , menambah pengetahuan adat, dan salah satu cara pelestarian bahasa. Maka, melestarikan tradisi lisan ini bukanlah sekadar mengingat rangkaian kata yang rumit. Ia adalah upaya menjaga bagaimana karakter masyarakat minangkabau yang utuh.
Di dalamnya, tersimpan ajaran untuk sabar (saat lidah terbelit), berpikir cepat (ketika harus membalas), rendah hati (ketika kalah), dan selalu menjunjung tinggi nilai baso-basi. Sebagaimana alam Minangkabau yang dipenuhi dengan lekuk bukit dan liku sungai, bahasa dan budayanya juga dirancang untuk dinavigasi dengan penuh perhatian dan rasa hormat, Pantun Kilek merupakan salah satu bukti bahwa di tengah liku-liku kata yang “kilek” (licin) itu, justru tersembunyi jalan lurus menuju kebijaksanaan.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































