Jakarta, 26 Mei 2025 — Ketergantungan Indonesia terhadap ekspor komoditas seperti batu bara, nikel, kelapa sawit, dan karet telah lama menjadi penopang utama perekonomian nasional. Namun, kondisi ini menimbulkan tantangan struktural yang perlu segera diatasi untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan ekonomi negara.
Komoditas mentah yang mendominasi ekspor Indonesia menimbulkan risiko serius, terutama karena ketergantungan tinggi terhadap fluktuasi harga global. Ketika harga komoditas turun, dampaknya langsung terasa melalui defisit neraca perdagangan, pelemahan rupiah, inflasi, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Fenomena ini dikenal sebagai resource trap, di mana negara yang kaya sumber daya alam justru terjebak dalam pertumbuhan ekonomi yang stagnan akibat minimnya nilai tambah domestik. Indonesia pun tidak luput dari jebakan ini, terutama karena lemahnya hilirisasi industri.
Pemerintah menanggapi tantangan ini dengan strategi hilirisasi, seperti pelarangan ekspor bijih nikel mentah dan pembangunan smelter di Morowali dan Halmahera. Langkah ini terbukti mampu meningkatkan nilai ekspor sekaligus menciptakan peluang investasi di sektor manufaktur berbasis teknologi.
Namun, hilirisasi saja tidak cukup. Dibutuhkan kebijakan pendukung yang mencakup insentif fiskal, penguatan pendidikan vokasi, riset dan pengembangan teknologi, serta pembangunan infrastruktur yang merata di luar Pulau Jawa. Diversifikasi ekonomi juga menjadi langkah krusial agar Indonesia tidak terus bergantung pada komoditas dan dapat membangun ketahanan ekonomi yang lebih kuat.
Di sisi lain, sektor komoditas tetap menyimpan potensi besar. Permintaan global terhadap nikel, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik, menjadi peluang emas bagi Indonesia untuk menempatkan diri sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global energi bersih.
Namun, ketergantungan pada komoditas juga membawa ancaman lingkungan dan ketimpangan wilayah. Eksploitasi sumber daya alam tanpa pengelolaan berkelanjutan dapat menyebabkan kerusakan ekologis dan ketidakadilan sosial.
Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan strategis, termasuk diversifikasi ekspor, penguatan tata kelola sumber daya dengan prinsip ESG, serta sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter. Dengan langkah-langkah terintegrasi ini, Indonesia diharapkan mampu membangun perekonomian yang inklusif, tangguh terhadap krisis, dan kompetitif di kancah global.