Bantul (MAN 2 Bantul) – Di tengah gempuran tantangan pendidikan abad 21, MAN 2 Bantul membuktikan bahwa ruang belajar bukan hanya di kelas. Lewat sebuah program ekstrakurikuler inovatif bernama GOSIP (One Student One Impact Product), madrasah ini mengubah paradigma belajar dari pasif menjadi aktif, dari teori menjadi solusi.
Program ini kini mengantarkan MAN 2 Bantul menembus 40 besar nasional KIPP (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik) 2025, dan menjadi kandidat kuat menuju 15 besar wakil resmi Kemenag RI.
GOSIP berakar dari kebutuhan akan sistem pembelajaran yang aplikatif. Alih-alih hanya memberikan teori, guru-guru di MAN 2 Bantul justru mengarahkan siswa untuk menghasilkan satu produk yang berdampak secara nyata. Tak ada batasan tema—produk bisa berbasis teknologi, F&B, Fashion dll.
“GOSIP bukan sekadar kegiatan tambahan. Ini adalah inti dari pendidikan masa depan: belajar dari dunia nyata, dan kembali berdampak pada dunia nyata.” ujar Kepala MAN 2 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati
Menurutnya, GOSIP membangun kepercayaan diri siswa. Bahkan siswa yang awalnya pemalu atau tidak percaya diri, menjadi lebih terbuka dan berani presentasi karena merasa karyanya penting.
“Salah satu siswa kami membuat produk keripik berbahan daun kelor yang dulunya dibuang. Ia kolaborasi dengan tetangga, lalu menjual ke warung-warung. Sekarang produknya punya label sendiri dan dibantu UMKM lokal. Itu bukan hanya bisnis, itu perubahan.” imbuh Nur Hasanah.
GOSIP kini menjadi inspirasi nasional. Banyak madrasah dan sekolah lain mulai mempelajari struktur program ini — dari sistem mentoring, hingga sistem penilaian berbasis impact documentation yang dibuat siswa secara rutin.
Madrasah ini membuktikan bahwa dengan ruang, kepercayaan, dan sistem yang tepat, siswa bisa menjadi produsen solusi sejak usia belia. Dan semua itu berawal dari ruang ekstrakurikuler kecil yang diberi nama sederhana: GOSIP. (Nhyt)