Cikalongkulon – Sosok Serda Dadang Sutisna, Babinsa dari Koramil 0608-07/Cikalongkulon, menjelma menjadi teladan pengabdian TNI yang hadir langsung di tengah masyarakat. Di Desa Ciramagirang, Kecamatan Cikalongkulon, ia dikenal luas sebagai figur yang tak kenal lelah menyusuri kampung demi kampung, membantu warga, dan membina kehidupan sosial desa secara menyeluruh. Di bawah komando Danramil Kapten Inf. Joko Susilo, pengabdiannya semakin teguh, menjadikan kehadiran TNI bukan hanya simbol keamanan, tetapi juga wujud kepedulian.
Blusukan menjadi rutinitas harian Serda Dadang. Dari gang sempit, sawah becek, hingga pemukiman warga terpencil, ia hadir menyapa warga, mendengarkan keluhan, dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan desa. Tidak sedikit masyarakat yang menyebutnya sebagai ‘Bang Esok Penggerak Desa’, bukan hanya karena seragam lorengnya, tapi karena tindakan nyatanya.
“Pak Danramil selalu memotivasi kami untuk tidak hanya bertugas di kantor atau dalam apel, tapi benar-benar hadir di tengah-tengah masyarakat. Itu yang membuat saya bersemangat menjalankan tugas sebagai Babinsa,” ujar Serda Dadang saat ditemui di sela kegiatan gotong royong.
Keteladanan Serda Dadang terlihat ketika terjadi longsor di Kampung Batu Asmin RT 02 RW 05, yang memutus jalan utama antara Desa Ciramagirang dan Cigunungherang. Dalam kondisi darurat, Serda Dadang menjadi orang pertama yang datang ke lokasi dan segera bergerak menangani bencana. Ia langsung mengkoordinasikan warga, pemerintah desa, dan unsur lainnya untuk bergotong royong membuka akses darurat dan membangun struktur penahan seperti bronjong dan TPT. Pekerjaan tersebut juga didukung oleh Dinas PUPR Kabupaten Cianjur.
Dengan penuh semangat, Serda Dadang terlibat langsung di lapangan, memberi arahan teknis. Ia tidak hanya berdiri sebagai pemimpin lapangan, tetapi juga sebagai rekan kerja bagi warga yang bahu-membahu memperbaiki akses vital tersebut.
Menurut Ketua Karang Taruna Desa Ciramagirang, kehadiran Babinsa yang aktif seperti Serda Dadang sangat membantu pemerintah desa. “Tanpa kehadiran Pak Dadang, warga tidak akan secepat ini bergerak. Ia tahu bagaimana menghidupkan semangat gotong royong,” ujar Buloh.
Di bawah arahan Danramil Kapten Inf. Joko Susilo, anggota Koramil 0608-07/Cikalongkulon memang terus didorong untuk menjalankan tugas teritorial secara humanis dan partisipatif. Serda Dadang menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai itu dijalankan secara konsisten.
Tak hanya saat bencana, Serda Dadang juga hadir di berbagai kegiatan sosial seperti posyandu, penyuluhan pertanian, kegiatan karang taruna, dan pembinaan generasi muda. Dengan pendekatan kekeluargaan, ia menanamkan nilai cinta tanah air, disiplin, dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Jejak langkahnya di Desa Ciramagirang menjadi bukti bahwa TNI bukan hanya penjaga perbatasan atau pertahanan, tetapi juga pelindung nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Dalam semangat “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat,” Serda TNI Dadang Sutisna menunjukkan bahwa prajurit sejati tak hanya hadir saat upacara, tetapi juga di tengah peluh warga desa. (Des, 13/6)
Cikalongkulon – Sosok Serda Dadang Sutisna, Babinsa dari Koramil 0608-07/Cikalongkulon, menjelma menjadi teladan pengabdian TNI yang hadir langsung di tengah masyarakat. Di Desa Ciramagirang, Kecamatan Cikalongkulon, ia dikenal luas sebagai figur yang tak kenal lelah menyusuri kampung demi kampung, membantu warga, dan membina kehidupan sosial desa secara menyeluruh. Di bawah komando Danramil Kapten Inf. Joko Susilo, pengabdiannya semakin teguh, menjadikan kehadiran TNI bukan hanya simbol keamanan, tetapi juga wujud kepedulian.
Blusukan menjadi rutinitas harian Serda Dadang. Dari gang sempit, sawah becek, hingga pemukiman warga terpencil, ia hadir menyapa warga, mendengarkan keluhan, dan terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan desa. Tidak sedikit masyarakat yang menyebutnya sebagai ‘Bang Esok Penggerak Desa’, bukan hanya karena seragam lorengnya, tapi karena tindakan nyatanya.
“Pak Danramil selalu memotivasi kami untuk tidak hanya bertugas di kantor atau dalam apel, tapi benar-benar hadir di tengah-tengah masyarakat. Itu yang membuat saya bersemangat menjalankan tugas sebagai Babinsa,” ujar Serda Dadang saat ditemui di sela kegiatan gotong royong.
Keteladanan Serda Dadang terlihat ketika terjadi longsor di Kampung Batu Asmin RT 02 RW 05, yang memutus jalan utama antara Desa Ciramagirang dan Cigunungherang. Dalam kondisi darurat, Serda Dadang menjadi orang pertama yang datang ke lokasi dan segera bergerak menangani bencana. Ia langsung mengkoordinasikan warga, pemerintah desa, dan unsur lainnya untuk bergotong royong membuka akses darurat dan membangun struktur penahan seperti bronjong dan TPT. Pekerjaan tersebut juga didukung oleh Dinas PUPR Kabupaten Cianjur.
Dengan penuh semangat, Serda Dadang terlibat langsung di lapangan, memberi arahan teknis. Ia tidak hanya berdiri sebagai pemimpin lapangan, tetapi juga sebagai rekan kerja bagi warga yang bahu-membahu memperbaiki akses vital tersebut.
Menurut Ketua Karang Taruna Desa Ciramagirang, kehadiran Babinsa yang aktif seperti Serda Dadang sangat membantu pemerintah desa. “Tanpa kehadiran Pak Dadang, warga tidak akan secepat ini bergerak. Ia tahu bagaimana menghidupkan semangat gotong royong,” ujar Buloh.
Di bawah arahan Danramil Kapten Inf. Joko Susilo, anggota Koramil 0608-07/Cikalongkulon memang terus didorong untuk menjalankan tugas teritorial secara humanis dan partisipatif. Serda Dadang menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai itu dijalankan secara konsisten.
Tak hanya saat bencana, Serda Dadang juga hadir di berbagai kegiatan sosial seperti posyandu, penyuluhan pertanian, kegiatan karang taruna, dan pembinaan generasi muda. Dengan pendekatan kekeluargaan, ia menanamkan nilai cinta tanah air, disiplin, dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Jejak langkahnya di Desa Ciramagirang menjadi bukti bahwa TNI bukan hanya penjaga perbatasan atau pertahanan, tetapi juga pelindung nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan. Dalam semangat “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat,” Serda TNI Dadang Sutisna menunjukkan bahwa prajurit sejati tak hanya hadir saat upacara, tetapi juga di tengah peluh warga desa. (Des, 13/6)