Tahukah anda bahwa MRT Jakarta bukan hanya sekedar moda transportasi umum yang nyaman, aman, mudah dan terjangkau. Namun, hal ini adalah bagian dari strategi besar Jepang sebagai bentuk smart powernya ?
Bagi sebagian besar warga di Indonesia mungkin hanya paham bahwa MRT adalah simbol modernisasi transportasi tanpa tau ada apa di balik gerbong-gerbong canggih kereta bawah tanah tersebut, proyek ini bukan hanya sekedar kemajuan trasportasi publik di Indonesia tetapi juga menjadi cerminan startegi smart power yang di terapkan oleh Jepang di Asia Tenggara. Melalui Japan International Coorperation Agency (JICA) Jepang membuat perjanjian kesepakatan pinjaman lunak kepada Indonesia untuk pembangunan MRT di Jakarta yang di mulai sejak tahun 2013 dan resmi beroperasi pada tahun 2019 untuk fase 1 yaitu rute Lebak Bulus-Bundaran HI. Jepang tidak hanya memberikan pendanaan tetapi juga menyediakan teknologi, pelatihan SDM dan supervisi teknis. Kerjasama ini menjadi salahh satu simbol kemitraan erat antara Indonesia dan Jepang dalam pembangunan infrakstruktur yang berkelanjutan.
Japan International Coorperation Agency (JICA) bukan hanya sebuah lembaga bantuan pembangunan tetapi juga sebuah perpanjangan tangan dari kebijakan luar negeri Jepang yang menggunakan sistem Official Development Assistance (ODA) untuk mencapai tujuan strategis. Melalui ODA Jepang dapat membangun relasi jangka panjang dengan negara mitranya sambil memperkuat pengaruhnya di bidang ekonomi, politik dan sosial. Jepang memilih menggunakan pendekatan smart power dengan menggabungkan kekuatan ekonomi dengan citra positif sebagai negara yang damai dan maju secara teknologi lalu bekerjasama dalam membangun proyek seperti MRT Jakarta menjadi sarana Diplomasi Infrakstruktur dengan meningkatkan ketergantungan teknologi negara mitranya serta memperluas pengaruh geopolitiknya di kawasan Asia.
Konsep smart power adalah persatuan dari hard power dan soft power dimana hard power adalah kekuatan yang sifatnya memaksa seperti ekonomi dan militer, sedangkan soft power adalah kekuatan yang bersifat persuasif seperti budaya dan diplomasi. Dalam kasus ini Jepang menerapkan konsep smart power secara nyata dimana dari sisi soft power Jepang membangun citra positifnya sebagai mitra pembangunan yang inovatif dan tidak dominan secara politik dan juga memiliki keunggulan teknologi serta pelatihan SDM dan kerja sama teknis yang disediakan oleh JICA, budaya populer jepang juga sudah sangat akrab di masyarakat indonesia, hal ini juga ikut memperkuat penerimaan terhadap kehadiran Jepang dalam proyek ini. Sementara itu dari sisi hard power Jepang mememanfaatkan kekuatan finansialnya melalui ODA dengan menjadi peminjam dana, penyediaan teknologi canggih, serta menghadirkan perusahahan-perusahaan besar sebagai pelaksana proyek. dengan ini dapat disimpulkan bahwa Jepang memadukan soft power dan hard power dalam strategi diplomasi infrakstrukturnya dan menjadikan smart power bukan sekedar konsep tetapi juga praktik nyata dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang.