Video-video cuplikan hasil generate dari AI ini mulai banyak bertebaran di media sosial dengan memperlihatkan visual dan audio yang sangat realistis.
Dengan hanya mengetik beberapa kalimat, AI ini bisa menghasilkan video realistis layaknya film lengkap dengan dialog, efek suara, dan sinematografi yang apik. Namun, banyak sekali tanggapan dari positif sampai negatif yang dilontarkan oleh masyarakat terutama dalam industri kreatif.
Beberapa pertanyaan muncul dari berbagai kalangan, apakah AI akan menggeser para pekerja kreatif dari industrinya? Karena kemampuan AI yang semakin berkembang dan sulit untuk dikontrol manusia perkembangannya.
Selain itu, banyak juga pertanyaan tentang etika penggunaan AI khususnya mengenai privasi data dan manipulasi gambar ataupun video yang mana pengguna mempunyai kebebasan untuk menciptakan apapun. Isu ini menjadi abu-abu karena pada akhirnya AI bisa menjadi alat pembantu atau alat perusak bagi masyarakat.
Dampak AI Dalam Proses Kreatif Film
Salah satu kekhawatiran dengan masuknya AI ke dalam ranah perfilman adalah tergesernya posisi pekerjaan di dalam produksi film seperti penyuntingan, practical visual effect, sampai ke pemeran sekalipun.
Proses pembuatan video pada Google Veo 3 ini hanya perlu menggunakan tulisan juga bisa menambahkan referensi gambar kasar untuk memvisualisasikan sebuah adegan film yang realistis lengkap dengan dialog dan efek suara.
Bukan hanya itu, semakin canggihnya teknologi AI bisa berdampak pada sisi kreatif dalam pembuatan skrip, blocking adegan, serta pembuatan musik yang berguna untuk menambah mood pada film. Hal ini membuat kreativitas manusia bisa menurun untuk mengeksplorasi cerita visual yang unik dan inovatif. Meski hasilnya rapi, AI tidak memiliki rasa dan jiwa dari pengalaman pembuatnya langsung, AI bisa meniru visual, tapi tak bisa meniru rasa.
Kecanggihan AI bukan berarti tidak mempunyai dampak positif untuk keberlangsungan proses produksi film. AI lagi lagi hanya alat, positif dan negatifnya tergantung pengguna yang menggunakannya. Apabila AI hanya dijadikan untuk alat pembantu proses kreatif, maka akan sangat berguna untuk meminimalisir waktu dan anggaran dalam sebuah produksi film atau video kreatif.
Tapi, hal ini juga menjadi kontroversial di Hollywood. Karena pada tahun 2023 sebagian besar pekerja Hollywood melakukan aksi mogok kerja, sebagian besar dikarenakan tentang kekhawatiran AI dalam proses pembuatan film, mereka khawatir tidak adanya regulasi dan transparansi dalam penggunaan AI di dalam film. Penggunaan AI dalam film telah masuk ke ajang film bergengsi Hollywood, Academy Awards tahun ini. Beberapa nominasi film terbaik menggunakan AI dalam prosesnya.
The Brutalist menggunakan alat Respeecher untuk menyempurnakan dialog bahasa Hongaria yang diucapkan oleh aktor Adrien Brody dan Felicity Jones. Alat AI ini membantu menyempurnakan pengucapan vokal dan huruf Hungaria tertentu oleh para aktor, memastikan penggambaran bahasa yang lebih otentik. Selain itu, AI generatif digunakan untuk membuat beberapa gambar arsitektur dan bangunan lengkap dengan gaya karakter Brody, László Tóth, yang ditampilkan dalam film.
AI tidak sepenuhnya buruk bagi keberlangsungan proses kreatif film, karena apa yang dilakukan di The Brutalist relatif kecil dalam penggunaanya dan dapat membantu produksi secara efektif. Tetapi sisi kontroversialnya adalah ketika prosesnya bisa dilakukan secara alamiah oleh pekerja dengan kerja lebih keras untuk menciptakan rasa yang kuat di dalam seni visual
Christopher Nolan, sutradara terkenal yang berhasil memenangkan nominasi sutradara terbaik untuk film Oppenheimer (2023) dalam interview-nya (16/07/2023) di channel youtube HugoDécrypte mengatakan “Menurut saya yang menarik dari penggunaan AI di bidang artistik adalah saya pikir mereka akan menjadi alat yang kuat, namun pada akhirnya tidak ada yang bisa menggantikan kreativitas manusia. Dan model-model ini dan cara mereka memproses informasi, semuanya didasarkan pada kreativitas manusia di masa lalu”Berdasarkan pernyataan Chris Nolan, pada akhirnya kreativitas manusia di atas segalanya, karena AI-pun memproses informasi melalui manusia itu sendiri.
Bagaimana teknologi berkembang pesat dengan adanya AI, manusia harus bisa mengendalikannya dan memiliki inovasi-inovasi terbaru di luar apa yang AI berhasil ciptakan serta proses, karena pengalaman apa yang sudah dilewati manusia memiliki makna tersendiri yang dapat dijadikan referensi di balik proses kreatif film, hal ini membuat film mempunyai rasa dan jiwa yang dapat dirasakan oleh para penikmatnya. Regulasi pun sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal negatif terjadi, mulai dari manipulasi data dan pengambilan privasi seseorang yang nantinya akan menimbulkan tindak kriminal di media massa.