KUDUS – Kota Kudus di Jawa Tengah bukan hanya dikenal lewat warisan sejarah Islam dan megahnya Menara Kudus. Dibalik kekayaan spiritualnya, Kudus juga menyuguhkan keberagaman dalam bentuk lain yang tak kalah penting, kuliner. Makanan khas Kudus tidak hanya menggoyang lidah, tetapi juga menjadi cerminan nilai toleransi dan akulturasi budaya yang telah hidup sejak zaman dahulu.
Salah satu ikon kuliner Kudus yang paling dikenal adalah Soto Kudus . Keunikan soto ini terletak pada porsinya yang kecil dan bahan utamanya tidak biasa, daging kerbau . Pilihan ini bukan suatu kebetulan. Seperti dijelaskan oleh Kompas.com, Sunan Kudus, sang penyebar Islam di kawasan ini, mengganti penggunaan daging sapi untuk menghormati komunitas Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci. Bahkan hingga kini, banyak penjual soto Kudus yang tetap mempertahankan tradisi ini. Yang menarik, penyajian dalam mangkuk kecil bukan semata-mata untuk estetika, melainkan erat kaitannya dengan filosofi kegunaan dan prinsip ngemut rasa, yakni menikmati makanan sedikit demi sedikit untuk memahami rasa dan rasa syukur.
Beranjak ke hidangan berikutnya, Lentog Tanjung menjadi primadona sarapan masyarakat Kudus, khususnya di daerah Tanjung, Kecamatan Jati. Lentog adalah paduan antara lontong, sayur lodeh nangka muda, dan sambal . Hidangan ini memiliki akar dalam budaya pesisir Jawa yang akrab dengan sayur berkuah santan. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, pengaruh Tionghoa tampak dalam teknik pemotongan bahan dan cara penyajiannya yang rapi. Liputan6.com mencatat bahwa Lentog Tanjung sudah eksis sejak era kolonial Belanda dan menjadi saksi hidup aktivitas pasar pagi masyarakat lintas budaya. Penjualnya pun kerap kali mewariskan resep turun-temurun tanpa catatan, hanya melalui ingatan rasa, menunjukkan kuatnya ikatan emosional dengan kuliner ini.
Sementara itu, jenang Kudus menempati posisi istimewa di hati masyarakat. Dibuat dari campuran tepung ketan, gula merah, dan santan, jenang menjadi suguhan wajib dalam berbagai momen penting seperti Maulid Nabi, syukuran, hingga acara duka. Tak hanya lezat, jenang juga sarat makna. Proses pembuatannya yang membutuhkan kesabaran dan tenaga, karena harus diaduk terus-menerus selama berjam-jam, melambangkan ketekunan dan keikhlasan dalam hidup. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus mencatat bahwa dalam banyak acara lintas agama, jenang seringkali disajikan bersama tumpeng atau makanan lain sebagai bentuk solidaritas sosial. Menariknya, beberapa sentra pembuatan jenang seperti di Desa Kaliputu, juga dikelola oleh komunitas lintas etnis, memperkuat citra jenang sebagai simbol kebersamaan warga Kudus.
Warung dan pasar tradisional di Kudus pun menjadi panggung kesekharian dari nilai-nilai multikultural ini. Di Pasar Kliwon misalnya, mudah ditemui warung makan yang dimiliki oleh warga Tionghoa, Jawa, hingga keturunan Arab. Mereka berjualan berdampingan, menyajikan menu berbeda namun disajikan dengan senyum yang sama. Dinas Kebudayaan menyebut interaksi kuliner di ruang-ruang publik seperti ini sebagai “jembatan sosial yang menghubungkan keberagaman dalam kesatuan.” Tak heran jika kuliner Kudus tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menghangatkan hati.
Di dunia tengah yang kian terpolarisasi, Kudus memberikan contoh bahwa toleransi bisa dimulai dari dapur. Kuliner khas Kudus bukan sekedar warisan rasa, namun juga warisan nilai tentang bagaimana hidup berdampingan, menghargai perbedaan, dan merayakan keberagaman lewat hal yang paling manusiawi: makanan.
Penulis: Adinda Amelia Fitriani (Mahasiswa Psikologi Universitas Muria Kudus 2022)
Sumber:
Kompas.com. Asal Usul Soto Kudus dan Alasan Menggunakan Daging Kerbau. (2022).
https://travel.kompas.com/read/2022/03/04/163000727/asal-usul-soto-kudus-dan-alasan-menggunakan-daging-kerbau
Liputan6.com. Lentog Tanjung, Sarapan Khas Kudus Penuh Sejarah. (2022).
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4862710/lentog-tanjung-sarapan-khas-kudus-penuh-sejarah
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus. Profil Wisata Kuliner Tradisional Kudus. (2024). https://kuduskab.go.id/publikasi/page/berita/id/6839