Globalisasi telah mengubah cara hidup dan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia. Kemudahan mengakses informasi, masuknya budaya asing, serta perkembangan teknologi mempercepat pergeseran nilai-nilai lokal. Tantangan di era globalisasi menjadikan modernisasi cepat membuat masyarakat lebih terbiasa dengan budaya baru yang dianggap lebih praktis. Hal ini menyebabkan nilai budaya lokal perlahan ditinggalkan. Tercatat melemahnya tradisi, rendahnya minat generasi muda terhadap kesenian daerah, serta berkurangnya penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini menegaskan bahwa budaya asing, melalui media sosial, tren global, dan gaya hidup modern, menjadi faktor utama yang menghilangkan identitas budaya masyarakat. Budaya pop yang instan, seperti gaya berpakaian, cara berkomunikasi, dan hiburan digital, memengaruhi cara hidup generasi muda, membuat mereka lebih suka meniru budaya luar ketimbang melestarikan budaya sendiri. Proses ini tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga mengubah cara masyarakat melihat dan menilai budaya lokal.
Dalam perspektif yang lebih kritis kesulitan utama bukan hanya masuknya budaya asing, melainkan kurangnya filter nilai yang kuat dalam masyarakat Indonesia. Globalisasi diterima tanpa adanya mekanisme penyaringan budaya, sehingga masyarakat lebih mudah kehilangan identitas budaya. Penelitian ini juga menekankan bahwa generasi muda mengalami krisis orientasi budaya karena kurang memahami nilai-nilai filosofis dari tradisi Indonesia. Ketika budaya global menawarkan kemudahan dan kesan modern, budaya lokal justru dinilai kuno dan tidak relevan.
Menurut Puspa Ningrum (2024), dari studi terhadap mahasiswa dan generasi Z, ditemukan bahwa budaya asing lebih dominan dalam kehidupan harian, terutama dalam hal konsumsi media, gaya hidup, dan pilihan identitas sosial. Banyak mahasiswa mengaku lebih mengenal budaya Korea, Jepang, atau Barat dibanding budaya Jawa atau budaya daerahnya sendiri. Kurangnya pemahaman tentang nilai lokal ini membuat budaya asing menjadi rujukan utama dalam membentuk identitas generasi muda. Fenomena ini menunjukkan globalisasi tidak hanya memengaruhi perilaku, tetapi juga menyebabkan perubahan preferensi budaya generasi muda.
Secara keseluruhan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa sulitnya mempertahankan nilai budaya Indonesia bukan hanya karena globalisasi, tetapi juga karena lemahnya internalisasi budaya lokal dalam pendidikan, keluarga, dan lingkungan sosial. Meski globalisasi sulit dihindari, namun bisa dihadapi dengan memperkuat budaya lokal, Upaya pelestarian budaya harus dilakukan dengan cara relevan agar nilai-nilai kebudayaan Indonesia tetap hidup, dihargai, dan menjadi identitas kuat di tengah arus global.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”




































































