Segoro Tambak, Sidoarjo — Setelah satu bulan penuh membaur, bekerja, dan belajar bersama masyarakat, sekelompok mahasiswa Teknik Kimia yang tergabung dalam program MBKM Bina Desa 2025 resmi menuntaskan pengabdian mereka di Desa Segoro Tambak, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Kepulangan mereka pada Rabu, 28 Mei 2025, bukan hanya membawa kenangan, tetapi juga meninggalkan inovasi konkret berbasis sains yang diharapkan mampu terus memberi dampak bagi lingkungan dan ekonomi desa. Bina Desa kali ini bukan sekadar kunjungan seremonial. Kelompok 3 yang terjun langsung ke lapangan sejak Selasa, 29 April 2025, telah menyusun dan melaksanakan berbagai program yang berpijak pada permasalahan lokal dan potensi yang tersedia, dengan pendekatan keberlanjutan (sustainability) dan pemberdayaan masyarakat.
Limbah Cangkang Kerang Disulap Jadi Solusi
Desa Segoro Tambak dikenal sebagai kawasan pesisir dengan aktivitas perikanan dan konsumsi hasil laut yang tinggi. Salah satu tantangan yang dihadapi masyarakat adalah penumpukan limbah cangkang kerang yang tak terkelola dengan baik. Dari sinilah para mahasiswa melihat peluang: menjadikan limbah itu sebagai sumber daya.
Lewat riset sederhana yang dilakukan bersama warga, mahasiswa berhasil mengembangkan penjernih air berbahan dasar limbah cangkang kerang. Proses filtrasi yang mereka rancang mengandalkan sifat absorben alami dari kalsium karbonat dalam cangkang, menjadikannya media penyaring efektif bagi air sumur warga yang selama ini kerap keruh dan mengandung logam berat.
Tak berhenti di situ, limbah serupa juga mereka manfaatkan untuk membuat pelet ikan ramah lingkungan. Kandungan mineral dalam cangkang kerang ternyata mampu memperkuat struktur pelet sekaligus memberi nilai gizi tambahan bagi ikan budidaya. Prototipe pelet ini dirancang sederhana agar bisa diproduksi oleh masyarakat secara mandiri.
Inovasi terakhir adalah Pupuk Organik Cair (POC) yang diperkaya kalsium, juga berbahan baku cangkang kerang. Dengan memanfaatkan teknik ekstraksi sederhana dan fermentasi limbah organik rumah tangga, POC ini diharapkan bisa menggantikan pupuk kimia sintetis yang mahal dan merusak tanah dalam jangka panjang.
SDGs sebagai Kompas Pengabdian
Program kerja mahasiswa ini memiliki keterkaitan kuat dengan beberapa Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan PBB. Setidaknya, terdapat empat tujuan yang secara langsung disasar melalui kegiatan ini:
SDG 6 – Clean Water and Sanitation: Melalui inovasi penjernih air, kelompok mahasiswa membantu meningkatkan akses air bersih yang aman bagi warga desa.
SDG 12 – Responsible Consumption and Production:
Pengolahan limbah cangkang kerang menjadi bahan baku baru memperkuat praktik ekonomi sirkular di tingkat desa.
SDG 14 – Life Below Water:
Dengan mengurangi limbah laut dan memberikan solusi terhadap pencemaran perairan, proyek ini turut menjaga ekosistem pesisir.
SDG 2 – Zero Hunger:
Produksi pelet ikan dan pupuk cair bertujuan mendukung ketahanan pangan lokal melalui pertanian dan perikanan berkelanjutan.
Sinergi Ilmu dan Budaya Lokal
Selain fokus pada inovasi teknis, para mahasiswa juga aktif menjalin kedekatan sosial dengan masyarakat melalui kegiatan non-akademik. Kegiatan istighosah rutin, program Kampus Mengajar bagi siswa SD dan SMP, serta kerja bakti membersihkan lingkungan menjadi momen-momen penguat relasi antargenerasi dan antarsektor.
Mahasiswa Bina Desa Segoro Tambak mengadakan kegiatan *Kampus Mengajar* yang mencakup bidang akademik dan non-akademik sebagai bentuk kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pemberdayaan masyarakat desa. Dalam bidang akademik, mahasiswa turut serta membantu proses pembelajaran di sekolah-sekolah, khususnya di tingkat dasar, dengan menjadi asisten guru dalam mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Mereka juga memberikan bimbingan belajar tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan, serta memperkenalkan metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu, mahasiswa mengadakan program peningkatan literasi dan numerasi, seperti membaca bersama dan pelatihan berhitung dasar, guna mendukung kemampuan dasar siswa secara menyeluruh.
Sementara itu, dalam bidang non-akademik, mahasiswa menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk membentuk karakter, meningkatkan keterampilan sosial, dan mempererat hubungan antara siswa dan masyarakat. Kegiatan tersebut meliputi pelatihan soft skills seperti keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim, yang sangat bermanfaat bagi pengembangan pribadi anak-anak dan remaja desa.
Mahasiswa juga mengadakan kegiatan seni dan budaya seperti lomba menggambar, menyanyi, dan menari, guna melestarikan budaya lokal serta memberi ruang ekspresi bagi kreativitas siswa. Secara keseluruhan, kegiatan Kampus Mengajar oleh mahasiswa Bina Desa Segoro Tambak memberikan dampak positif yang signifikan dalam mendukung kemajuan pendidikan dan pengembangan potensi generasi muda di desa tersebut.
Dalam penutupan yang digelar hangat di balai desa, Kepala Desa Segoro Tambak, Hj. Anik Mahmudah, S.Ap., M.M., menyampaikan apresiasi mendalam.
“Kami merasa terbantu dan bangga atas kerja keras mahasiswa. Produk-produk yang mereka hasilkan bukan hanya bermanfaat, tapi juga bisa jadi contoh bagi warga. Semoga semangat ini tidak berhenti di sini,” ungkapnya
Kegiatan MBKM Bina Desa ini bukan hanya menjadi pengalaman lapangan bagi mahasiswa, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa ilmu teknik, jika dibarengi empati dan pemahaman sosial, mampu memberikan dampak transformatif di masyarakat.
Kini, tantangan berikutnya ada pada kesinambungan. Mahasiswa telah menanam benih inovasi, dan tinggal bagaimana warga, pemerintah desa, serta kampus menjaga dan merawatnya agar tetap tumbuh dan berkembang.
Penulis : Moh. Rizal Febriyanto
Dosen Pembimbing Lapangan: Moh. Rizal Febriyanto