Obesitas kini menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 23,4% penduduk dewasa mengalami obesitas, dan 14,4% mengalami kelebihan berat badan. Sementara pada kelompok remaja, prevalensi obesitas mencapai 4,1% pada usia 13-15 tahun dan 3,3% pada usia 16-18 tahun.
Di Provinsi Sulawesi Selatan, angka ini sedikit lebih tinggi, yakni 4,5% dan 4,1% pada kelompok usia remaja yang sama. Namun yang paling mencolok adalah Kota Makassar, dengan prevalensi obesitas mencapai 24,05%, tertinggi di Sulawesi Selatan. Pada kelompok remaja, obesitas terjadi pada 9,42% usia 13-15 tahun dan 3,44% usia 16-18 tahun.
Apa penyebabnya? Peningkatan ini tidak lepas dari pola makan tinggi lemak dan gula, minimnya aktivitas fisik, serta pengaruh penggunaan gadget yang berlebihan. Remaja kini lebih banyak duduk dan kurang bergerak, bahkan saat di rumah atau sekolah. Faktor lain seperti genetik, stres, hingga pengaruh lingkungan sosial dan ekonomi juga ikut berperan.
Di tingkat global, obesitas juga mengalami lonjakan tajam. Menurut WHO (2022), 2,5 miliar orang dewasa di dunia kelebihan berat badan, dengan 890 juta di antaranya obesitas, setara 43% populasi dewasa dunia. Sejak 1990, angka obesitas meningkat drastis 360%, dari 221 juta menjadi 1,04 miliar orang. Yang mengkhawatirkan, 159 juta di antaranya adalah anak-anak dan remaja. Prevalensi obesitas pada usia 5-19 tahun melonjak empat kali lipat, menunjukkan tren yang makin mengakar sejak usia muda.
Lalu, apa solusinya? Solusinya bukan hanya diet instan atau olahraga sesaat. Diperlukan pendekatan menyeluruh, mulai dari edukasi gizi sejak dini di sekolah, pengawasan konsumsi makanan di rumah, promosi aktivitas fisik yang menyenangkan, hingga dukungan kebijakan dari pemerintah untuk menyediakan ruang gerak yang sehat bagi anak dan remaja.
Obesitas bukan masalah sepele. Jika tidak ditangani sejak dini, dampaknya bukan hanya kesehatan fisik, tapi juga mental dan sosial generasi muda. Makassar butuh gerakan bersama: dari rumah, sekolah, hingga kebijakan pemerintah. Saatnya kita berbenah dan bergerak, sebelum masalah ini tak lagi terkendali.