Belakangan ini, muncul kembali perbincangan di media sosial mengenai klaim bahwa nasi dingin lebih sehat dibandingkan nasi yang baru matang. Banyak yang percaya bahwa menunggu nasi hingga dingin sebelum dikonsumsi dapat menurunkan kadar gula darah dan membantu mengontrol berat badan. Namun, benarkah hal ini merupakan fakta ilmiah, atau sekadar mitos yang terus berulang tanpa dasar kuat?
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa ada sebagian kebenaran di balik klaim tersebut. Menurut studi yang dilakukan oleh Steffi Sonia, F. Witjaksono, dan R. Ridwan (2015) dalam Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, proses pendinginan nasi setelah dimasak dapat meningkatkan kandungan pati resisten (resistant starch). Pati jenis ini tidak mudah dicerna oleh tubuh dan berfungsi mirip serat makanan, sehingga dapat menurunkan respon glukosa darah setelah makan. Dalam penelitian itu disebutkan bahwa kadar pati resisten meningkat dari sekitar 0,64 gram menjadi 1,65 gram per 100 gram nasi setelah nasi dimasak, didinginkan selama 24 jam pada suhu 4°C, lalu dipanaskan ulang sebelum dikonsumsi.
Peningkatan kadar pati resisten inilah yang membuat nasi dingin memiliki indeks glikemik (IG) lebih rendah dibandingkan nasi hangat yang baru matang. Artinya, kadar gula darah tidak naik terlalu cepat setelah mengonsumsi nasi yang telah melalui proses pendinginan. Penderita diabetes tipe 1, konsumsi nasi yang sudah didinginkan menyebabkan lonjakan gula darah lebih rendah dibanding nasi panas yang langsung disajikan. Proses perubahan kimia ini disebut retrogradasi pati. Saat nasi yang telah matang didinginkan, molekul amilosa dan amilopektin dalam nasi mengalami penataan ulang sehingga sebagian besar menjadi lebih tahan terhadap enzim pencernaan. Dengan kata lain, tubuh tidak dapat mengubahnya menjadi glukosa secepat biasanya. Karena itu, konsumsi nasi dingin atau nasi yang telah didinginkan dan dipanaskan ulang bisa menjadi pilihan bagi sebagian orang yang ingin menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Klaim bahwa nasi dingin “lebih sehat” perlu dilihat secara hati-hati. Ada risiko lain yang perlu diwaspadai: pertumbuhan bakteri Bacillus cereus. Bakteri ini dapat bertahan hidup meski nasi telah dimasak dan akan berkembang biak jika nasi dibiarkan terlalu lama pada suhu ruang. Konsumsi nasi yang sudah terkontaminasi bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan, dengan gejala seperti mual, muntah, dan diare. Jika ingin mengonsumsi nasi dingin, penyimpanannya harus dilakukan dengan benar.
Pakar keamanan pangan merekomendasikan langkah-langkah berikut:
1. Segera dinginkan nasi setelah matang, jangan biarkan di suhu ruang lebih dari dua jam.
2. Simpan di lemari es dengan suhu di bawah 4°C.
3. Panaskan ulang nasi hingga benar-benar panas (sekitar 74°C) sebelum dikonsumsi.
4. Hindari menyimpan nasi lebih dari dua hari, karena risiko mikroba meningkat seiring waktu.
Tidak semua orang akan mendapat manfaat yang sama dari konsumsi nasi dingin. Bagi penderita diabetes, perubahan kadar pati resisten memang bisa membantu mengontrol kadar gula darah, tetapi bukan berarti dapat menggantikan pengobatan atau pola makan yang sudah diatur dokter. Bagi orang sehat, perbedaan efeknya terhadap metabolisme tidak terlalu signifikan. Manfaat kesehatan tidak hanya bergantung pada suhu nasi, tetapi juga pada jenis beras yang digunakan. Beras dengan kadar amilosa tinggi, seperti beras pera, cenderung menghasilkan lebih banyak pati resisten setelah proses pendinginan dibandingkan beras pulen.
Nasi dingin memang memiliki keunggulan tertentu, khususnya dalam menurunkan respon glikemik dan meningkatkan kandungan pati resisten. Namun, klaim bahwa nasi dingin “lebih sehat” tidak dapat digeneralisasi tanpa mempertimbangkan aspek keamanan pangan dan kondisi masing-masing individu. Dengan penyimpanan yang benar dan konsumsi yang wajar, nasi dingin bisa menjadi alternatif sehat, tetapi tetap bukan pengganti prinsip gizi seimbang.
Jadi dapat di klaim bahwa nasi dingin lebih sehat dari nasi yang baru matang bukan mitos sepenuhnya, melainkan fakta yang bersyarat. Ada dasar ilmiah yang mendukung manfaatnya terhadap kontrol gula darah, tetapi juga ada risiko kesehatan jika penyimpanan tidak dilakukan dengan aman. Masyarakat sebaiknya tidak hanya berpatokan pada suhu nasi, tetapi juga memperhatikan cara penyimpanan, pemanasan ulang, serta kualitas bahan pangan yang dikonsumsi.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”