Bangka Belitung — Di tengah arus modernisasi yang menyebabkan banyak tradisi lokal mulai ditinggalkan, masyarakat Desa Kulur justru menunjukkan hal yang berbeda. Dibeberapa daerah Bangka Belitung, Tradisi Nganggung kini hanya dilakukan pada momen tertentu. Namun warga Desa Kulur, Kabupaten Bangka Tengah masih terus mempertahankan dan menjalankannya secara konsisten
Nganggung merupakan tradisi membawa hidangan makanan secara bersama-sama sebagai bentuk kebersamaan dan kepedulian sosial pada momen tertentu. Uniknya, di Desa Kulur, tradisi ini tidak hanya dilaksanakan pada perayaan hari besar Islam, tetapi juga menjadi bagian penting dalam prosesi sosial saat ada warga yang meninggal dunia.
Tradisi nganggung saat peristiwa kematian ini mulai diterapkan sejak tahun 2013. Menurut Ustadz Rusli, salah satu pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Al-Muhajirin Desa Kulur, tradisi tersebut diusulkan oleh pengurus masjid dan disepakati melalui musyawarah bersama masyarakat, pemerintah desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), serta DKM Al-Muhajirin.

“Tradisi ini diusulkan oleh DKM Al-Muhajirin, di antaranya Rusli Elfaza dan Abdul Woni, kemudian dibahas dan disepakati melalui musyawarah di masjid bersama masyarakat dan unsur pemerintahan desa,” ujar Ustadz Rusli.
Pelaksanaan nganggung dilakukan sejak malam pertama hingga malam keenam di rumah warga yang meninggal dunia. Sementara itu, pada malam ketujuh, kegiatan dipusatkan di balai masjid. Setiap malam, pelaksanaan nganggung dilakukan secara bergiliran oleh setiap RT di Desa Kulur.
Tradisi ini memiliki tujuan utama untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Dalam pelaksanaannya, keluarga almarhum tidak diwajibkan menyediakan hidangan bagi tamu yang hadir karena seluruh kebutuhan konsumsi telah disiapkan oleh warga yang melakukan nganggung. Selain itu, keluarga juga menerima santunan dari masyarakat, organisasi Taman Setia Masyarakat Kulur, serta pihak masjid.
“Pelaksanaan nganggung ini mengikuti sunnah Rasulullah saw., yaitu dengan memberikan dukungan, menghibur keluarga yang berduka, serta bersedekah kepada mereka. Tradisi lama yang justru membebani keluarga duka kemudian kami ubah agar lebih sesuai dengan ajaran Islam,” jelas Ustadz Rusli.
Nganggung di Desa Kulur lebih dari sekedar tradisi, namun juga mencerminkan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal yang kuat. Nilai gotong royong, kepedulian sosial, serta ukhuwah islamiyah terlihat jelas dalam setiap rangkaian kegiatan nganggung yang dilakukan oleh masyarakat.
Di saat banyak tradisi mulai tergerus oleh perkembangan zaman, Desa Kulur membuktikan bahwa kearifan lokal yang berpijak pada nilai-nilai Islam masih dapat bertahan dan relevan dalam kehidupan masyarakat modern.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































