Sukoharjo, 19 Juli 2025 — Upaya membangun Sukoharjo yang lebih maju, adil, dan bermartabat kini mendapat energi baru dengan hadirnya Omah Rembug Sukoharjo, sebuah ruang dialog dan kolaborasi lintas iman, budaya, dan generasi yang digagas oleh Forum Komunikasi Pemuda Lintas Iman dan Budaya Sukoharjo (FKPLIBS). Peluncuran resmi program ini digelar Sabtu malam (19/7) di Aula Rumah Dinas Wakil Bupati Sukoharjo dan dihadiri puluhan pemuda dari berbagai komunitas serta tokoh inspiratif daerah.
Kegiatan bertajuk “Sukoharjo Lebih Maju, Adil, dan Bermartabat: Pemuda Bisa Apa?” menjadi ruang awal bagi anak muda Sukoharjo untuk menyuarakan aspirasi, membangun jejaring kolaborasi, dan memperkuat kontribusi nyata mereka dalam pembangunan sosial yang inklusif.
Wakil Bupati Sukoharjo, Eko Sapto Purnomo, SE, hadir sebagai Keynote Speaker dan memberikan apresiasi atas inisiatif FKPLIBS. “Sukoharjo ini memang kecil secara wilayah, tapi tantangan pembangunannya besar dan kompleks. Maka tidak bisa dibangun sendirian. Pemuda harus menjadi mitra strategis pemerintah,” tegasnya.
Dalam sambutan pembukaan, Fadhel Moubharok, Ketua FKPLIBS sekaligus penggagas Omah Rembug menyampaikan bahwa program ini lahir dari keresahan bersama atas minimnya ruang dialog lintas kelompok pemuda di Sukoharjo. “Sudah saatnya kita tidak hanya bicara di grup WA atau status media sosial, tapi duduk bareng, bicara setara, dan melahirkan solusi bareng. Omah Rembug adalah tempat kita belajar mendengar dan bertumbuh bersama,” ujar Fadhel.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan sesi diskusi publik yang dimoderatori oleh Tri Rohmadi, aktivis muda inklusi dan penggerak komunitas. Dalam pengantarnya, Tri menekankan pentingnya “rembug” sebagai warisan kultural sekaligus metode partisipatif yang masih sangat relevan hari ini. “Remuk-remukan gagasan bareng, bukan saling meniadakan. Itu spirit kita malam ini,” ucapnya.
Sesi dialog menghadirkan Arif Dehan Ramadhan, guru muda dan pegiat citizen journalism, serta Ari Nugroho, SH, Ketua Lingkar Perdamaian Solo Raya. Keduanya menyampaikan materi tentang pentingnya literasi digital, peran pemuda sebagai produsen narasi damai, serta bagaimana membangun gerakan kolaboratif yang berkelanjutan. Selain itu, acara juga dimeriahkan oleh pemantik budaya, Ki Jantit Sanakala, budayawan Sukoharjo yang mengajak peserta merenungi nilai-nilai lokal sebagai sumber etika sosial dalam pembangunan.
Peserta yang hadir tak hanya berdiskusi, tetapi juga mendapatkan kesempatan menyampaikan usulan program inovatif secara langsung kepada Wakil Bupati. Ide-ide tersebut akan dikaji dan ditindaklanjuti melalui jaringan program Omah Rembug Sukoharjo.
Sebanyak 50 peserta terpilih dari organisasi kepemudaan, komunitas, dan individu menghadiri kegiatan ini. Selain e-sertifikat dan konsumsi, mereka juga mendapatkan akses jejaring kolaborasi lintas sektor sebagai bagian dari follow-up kegiatan.
Dengan peluncuran ini, FKPLIBS berharap Omah Rembug Sukoharjo menjadi simpul gerakan pemuda lintas iman dan budaya, serta ruang partisipasi publik yang sehat, terbuka, dan berdaya dorong dalam mewujudkan Sukoharjo yang lebih adil dan bermartabat.