Jakarta, 29 November 2025 Pemerintah menyoroti pentingnya pendidikan nonformal sebagai salah satu cara paling efektif untuk mengatasi ketimpangan digital yang masih terjadi di banyak daerah. Meskipun teknologi berkembang sangat cepat, kenyataannya masih banyak warga yang belum benar-benar mampu menggunakan perangkat digital maupun memahami cara kerja layanan teknologi.
Pihak Kemendikbudristek menjelaskan bahwa pendidikan nonformal memiliki peran besar karena mampu menjangkau masyarakat yang tidak tersentuh pendidikan formal. Lembaga seperti PKBM, komunitas lokal, dan organisasi masyarakat dianggap lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari warga, sehingga proses belajar lebih mudah diterima. “Pendidikan nonformal menjadi ruang bagi masyarakat untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi,” ujar Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus.
Pelatihan Digital Semakin Beragam dan Meluas
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak pelatihan digital yang hadir di tengah masyarakat. PKBM dan berbagai komunitas menyelenggarakan program seperti pelatihan penggunaan smartphone, kelas pemasaran online, pelatihan komputer dasar, hingga pendampingan membuat konten untuk usaha kecil.
Di Banyumas, misalnya, pedagang pasar dilatih memanfaatkan aplikasi digital untuk menjual barang dagangan mereka. Salah satu peserta, Sriyati, mengaku kini bisa menerima pesanan lewat WhatsApp dan marketplace, padahal sebelumnya ia hanya mengandalkan pelanggan yang datang langsung ke kios.
Sementara di Nusa Tenggara Timur, pemuda dan pelajar putus sekolah mengikuti pelatihan komputer yang mengajarkan cara mengetik, membuat dokumen, dan mengakses layanan digital. Banyak peserta akhirnya mendapatkan peluang kerja baru setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Kesenjangan Digital Masih Jadi Tantangan
Walaupun program berjalan semakin luas, kesenjangan digital masih terasa jelas. Survei literasi digital 2025 menunjukkan bahwa sekitar 40 persen masyarakat belum mampu menggunakan teknologi secara efektif. Kendala terbesar umumnya ditemukan di daerah pedesaan dan wilayah yang sulit dijangkau infrastruktur digital.
Banyak lembaga pendidikan nonformal mengaku bahwa mereka masih kekurangan fasilitas. Perangkat komputer terbatas, jaringan internet sering menjadi hambatan, dan tidak banyak instruktur yang benar-benar memahami bidang teknologi. Di beberapa tempat, satu laptop dipakai bergantian oleh satu kelompok besar peserta.
Menurut pengamat pendidikan, Dr. Lestari Widyaningsih, tantangan terbesar bukan hanya masalah akses internet, tetapi kurangnya kemampuan dasar masyarakat dalam mengoperasikan perangkat digital. “Tanpa literasi digital yang memadai, masyarakat akan terus tertinggal,” ungkapnya.
Kolaborasi Pemerintah dan Perusahaan Teknologi
Untuk mengurangi hambatan tersebut, pemerintah bekerja sama dengan berbagai perusahaan teknologi guna menyediakan Wi-Fi gratis di ribuan desa. Selain itu, PKBM dan lembaga lain juga menerima bantuan perangkat komputer maupun tablet.
Kominfo menambahkan program pelatihan keamanan digital untuk membantu masyarakat terhindar dari penipuan online dan penyalahgunaan data pribadi. Program ini menyasar kelompok yang paling rentan, seperti ibu rumah tangga, remaja putus sekolah, dan pekerja informal.
Sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Google, Meta, dan Telkom turut berperan melalui kegiatan CSR berupa pelatihan dasar teknologi, kelas coding pemula, serta menyediakan akses materi belajar digital secara gratis.
Pendidikan Nonformal Berpotensi Jadi Penggerak Masa Depan
Para ahli meyakini bahwa pendidikan nonformal akan menjadi pilar penting dalam meningkatkan kemampuan digital masyarakat. Dengan sifatnya yang fleksibel dan mudah diakses, pendidikan nonformal memungkinkan siapa saja untuk belajar sesuai kebutuhan dan kemampuan mereka.
Dr. Lestari menambahkan bahwa ketika pendidikan nonformal diperkuat, rakyat akan lebih siap menghadapi perkembangan teknologi. “Pendidikan nonformal bisa membantu memperkecil jarak antara mereka yang sudah melek digital dan yang belum,” ujarnya.
Ke depan, pendidikan nonformal diharapkan dapat memperluas kesempatan masyarakat untuk menguasai keterampilan digital, sehingga mereka tidak tertinggal di tengah pesatnya arus teknologi.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































