Dalam mendidik akhlak, tidak hanya sekedar memandang benar atau salah, namun juga penting diperhatikan pemahaman terhadap nilai-nilai yang dijalankan oleh setiap orang. Terkait ini, pendekatan seperti strukturalisme, fungsionalisme, dan behaviorisme juga dianggap penting dalam membina akhlak. Pada dasarnya, memang ketiga aliran ini muncul dari tradisi Barat, namun prinsip-prinsipnya masih bisa diadopsi dan diterapkan dalam membangun kepribadian yang baik.
Strukturalisme misalnya, yang dipelopori oleh Wilhelm Wundt dan Edward Titchener, pendekatan ini lebih fokus kepada hal yang bersifat mendasar yang biasa disebut dengan istilah introspeksi. Jika dikaitkan dengan pendidikan akhlak, pendekatan strukturalisme membantu seseorang untuk mengevaluasi yang ada dalam dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mealakukan suatu kesalahan, pendekatan ini mampu mendorong dirinya untuk mencari penyebab dia melakukan hal demikian, dan memberikan kesadaran bahwa perbuatannya bertentangan dengan moral. Dalam ajaran Islam, hal ini biasa disebut dengan muhasabah, hal ini selalu dianjurkan agar setiap hari agar berubah menjadi lebih baik.
Sedangkan fungsionalisme yang dikembangkan oleh William James, yang lebih menekankan pada tujuan kesadaran dan perilaku seseorang. Dalam membina akhlak seseorang, melalui pendekatan ini diajarkan bahwa nilai-nilai moral dan tingkah laku yang baik tidak hanya sebatas teori, namun juga mesti diterapkan dan bermanfaat untuk sosial. Misalnya, penerapan kejujuran pada siswa yang tidak hanya sebatas teori, sehingga bisa membangun kepercayaan orang sekitarnya.
Behaviorisme suatu pendekatan yang dipopulerkan oleh John B. Watson dan B.F. Skinner, berfokus pada mengamati perilaku seseorang dan diprediksi melalui stimulus dari lingkungan. Dalam membina akhlak seseorang, behaviorisme diterapkan dengan pemberian reward supaya konsisten bahkan meningkatkan kebiasaan yang baik. Misalnya, seorang siswa yang menerapkan kejujuran diberi sebuah penghargaan agar akhlak yang baik itu dibiasakan dan bersifat sementara. Dalam islam, hal ini biasa disebut dengan targhib (dorongan/imbalan) agar seseorang istiqamah dalam menerapkan hal-hal yang positif.
Meskipun ketiga pendekatan ini memiliki fokus yang bebeda, namun bisa saling melengkapi dalam membina akhlak seorang anak. Jika dikombinasikan dan dikaitkan dengan ajaran-ajaran Islam, maka tiga hal bisa ini menjadi strategi untuk membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga melahirkan akhlak yang mulia.