Semarang, Mei 2025 – Scroll, klik, beli. Tiga langkah itu sudah jadi pola konsumsi yang umum terjadi di kalangan generasi Z. Di era di mana media sosial mendominasi keseharian, keputusan berbelanja bukan lagi semata tentang kebutuhan, tetapi juga tentang image diri, tren, bahkan tekanan sosial. Generasi Z adalah generasi yang tumbuh bersama dengan perkembangan media sosial yang sangat cepat dan instan, hal itu membuat generasi Z tak lepas dari pengaruh media sosial termasuk dalam berbelanja.
Perkembangan media sosial yang sangat cepat dan instan juga menuntun generasi Z kepada perilaku konsumerisme. Konsumerisme adalah suatu kebiasaan atau perilaku yang menjadikan seseorang atau sekelompok melakukan proses konsumsi secara berlebihan, mereka akan membeli baik barang, ataupun makanan dalam jumlah yang berlebihan, serta tidak sadar tanpa mempertimbangkan esensi keperluannya. Ketika generasi Z membuka media sosial seperti Tiktok dan Instagram, mereka tak hanya melihat hiburan, tetapi juga iklan yang terselip secara halus sehingga mereka cenderung mudah percaya akan kevalidan iklan tersebut karena terkesan natural dan tidak dibuat buat. Namun, hal tersebut justru yang menuntun generasi Z kepada perilaku konsumerisme.
Dalam survei yang dilakukan oleh dua mahasiswa terhadap 25 responden menunjukan bahwa 96% responden mengaku pernah membeli produk karena melihatnya di media sosial. Produk yang dibeli mulai dari baju, celana, perawatan kulit, dan dandanan yang kerap ramai direkomendasikan oleh influencer di sosial media dalam bentuk video ulasan produk yang singkat. Dengan adanya ulasan yang dilakukan oleh influencer ini sendiri juga mempengaruhi Generasi Z dalam perilaku konsumerisme. Generasi Z akan lebih mudah percaya dengan ulasan singkat dan membeli tanpa berpikir apakah itu perlu atau tidak.
Membeli produk di media sosial juga tak selalu karena individu membutuhkan barang tertentu, melainkan hanya karena sedang viral atau hanya dengan melihat review singkat dari produk tertentu. Alih – alih membeli produk yang dibutuhkan, sebanyak 56% responden mengaku bahwa mereka pernah membeli suatu produk hanya karena sedang viral di media sosial. Hal tersebut menunjukan bahwa kebanyakan dari generasi Z mudah sekali terpengaruh oleh konten yang beredar di media sosial. Tak hanya itu, survei ini membuktikan bahwa kebanyakan generasi Z susah mengontrol diri dalam berbelanja sehingga mereka menjadi individu yang konsumtif.
Berdasarkan survei yang dilakukan, sebanyak 48% responden merasa sosial media membuat pribadi yang konsumtif dengan banyaknya konten ulasan singkat berupa video di sosial media sehingga mereka merasa perlu membeli produk tersebut tanpa mempertimbangkan hal lainnya. Meski begitu, terdapat 12% responden yang menganggap bahwa sosial media tidak mempengaruhi perilaku konsumtif pada generasi Z.
Media sosial memang telah menjadi tempat yang sangat berpengaruh dalam kehidupan generasi Z, bukan hanya sebagai sarana hiburan saja, tetapi juga sebagai tempat yang membentuk kebiasaan konsumtif. Banyak dari generasi Z yang mengakui bahwa mereka pernah membeli produk hanya karena sedang viral tanpa pertimbangan yang matang. Dorongan untuk membeli suatu produk bukan dari kebutuhan melainkan karena takut tertinggal dari tren yang sedang beredar. Tidak mengherankan jika sebagian dari generasi Z mulai menyadari bahwa kebiasaan ini perlahan membuat mereka menjadi lebih konsumtif.
Pada akhirnya, media sosial tak bisa dilepaskan begitu saja dari kehidupan generasi Z. Tetapi, di tengah gempuran konten viral dan rekomendasi tanpa henti, kemampuan untuk memilah mana kebutuhan dan hanya sekedar keinginan harus ditingkatkan dan menjadi kunci agar media sosial tidak mengkonsumsi pribadi alih – alih pribadi yang mengkonsumsi media sosial.
Tulisan ini dibuat oleh Tsabitah Ashilah dan Beth Icalavida. Data yang digunakan dalam tulisan merupakan hasil survei kami terhadap generasi Z dari berbagai universitas.