Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan terjadi akibat penyempitan arteri koroner oleh penumpukan plak aterosklerotik. Untuk mengatasi kondisi ini, berbagai teknik pengobatan telah berkembang, namun angioplasti koroner menjadi prosedur yang paling aman dan banyak dipilih karena tidak memerlukan pembedahan terbuka serta memiliki tingkat keberhasilan hingga 95%. Prosedur ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles Theodore Dotter pada tahun 1964 melalui konsep memperlebar arteri tanpa operasi, lalu dikembangkan menjadi angioplasti balon modern oleh Andreas Gruentzig pada tahun 1977. Saat ini, angioplasti dilakukan dengan menggunakan balon dan stent yang dipasang permanen untuk menjaga arteri tetap terbuka sehingga aliran darah kaya oksigen menuju jantung dapat kembali normal, terutama pada pasien yang tidak lagi merespons pengobatan obat-obatan untuk angina.
Pelaksanaan angioplasti dimulai dari pemeriksaan fisik serta tes penunjang seperti EKG, tes darah, CT scan, atau MRI untuk memastikan kondisi klinis pasien, termasuk penyakit penyerta seperti diabetes yang dapat memengaruhi tindakan. Setelah memenuhi kriteria, pasien diberi bius lokal di bagian pergelangan tangan atau lengan, lalu dibuat sayatan kecil sebagai akses untuk memasukkan kateter. Kateter kemudian diarahkan menuju arteri yang tersumbat hingga mencapai lokasi plak. Di bagian ujung kateter terdapat balon yang dilapisi stent, dan ketika balon dipompa, pembuluh darah akan melebar dan stent ikut mengembang untuk menopang dinding arteri. Setelah pembuluh cukup terbuka, balon dikempiskan dan dikeluarkan, sementara stent tetap berada di tempat untuk menjaga kelancaran aliran darah.
Dalam praktik modern, teknologi Intravascular Ultrasound (IVUS) digunakan untuk meningkatkan akurasi prosedur, terutama pada kasus lesi ostial yang memiliki plak lebih keras, kompleks, dan sulit dijangkau. IVUS memberikan gambaran detail dari dalam arteri sehingga dokter dapat memastikan posisi stent tepat, menghindari geographical miss, yaitu ketika stent tidak menutupi seluruh daerah penyempitan serta mencegah komplikasi seperti melon-seeding yang dapat menyebabkan stent bergeser. Penggunaan IVUS terbukti membantu mengurangi risiko restenosis, kebutuhan prosedur ulang, serta meningkatkan keberhasilan jangka panjang.
Di masyarakat, angioplasti dipandang sebagai prosedur yang sangat membantu dalam menyelamatkan nyawa karena mampu memperbaiki aliran darah dengan cepat dan mengurangi risiko serangan jantung. Meskipun demikian, prosedur ini tetap memiliki efek samping seperti memar di area pemasangan kateter, reaksi alergi terhadap bahan stent atau obat-obatan, hingga risiko terbentuknya bekuan darah. Untuk mencegah komplikasi tersebut, pasien biasanya diberi obat antiplatelet seperti aspirin dan clopidogrel. Secara keseluruhan, manfaat angioplasti dinilai jauh lebih besar dibandingkan risikonya, sehingga prosedur ini terus menjadi pilihan utama dalam penanganan penyakit jantung koroner.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”





































































