Bahasa adalah cerminan identitas suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, Bahasa Indonesia memiliki peran penting sebagai bahasa pemersatu di tengah keberagaman suku, budaya, dan bahasa daerah. Namun, seiring perkembangan zaman dan pesatnya arus globalisasi, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai mengalami tantangan, terutama di kalangan Generasi Z. Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an ini tumbuh di era digital yang sangat dipengaruhi oleh budaya global, khususnya Barat.
Maraknya pengunaan bahasa gaul dan bahasa asing di kalangan gen z ini dianggap dapat menenggelamkan eksistensi bahasa indonesia. Eksistensi bahasa indonesia yang baik dan benar semakin lama semakin terancam dengan adanya globalisasi.
Gen Z di identik sebagai generasi yang lekat dengan teknologi. Tidak heran mengapa mereka sangat adaptif dengan perubahan terutama dalam sisi bahasa. Banyak dari masyarakat indonesia yang tidak paham akan bahasa baku terutama pada generasi Z yang hidup di zaman perkembangan teknologi yang membuat berbagai kebudayaan masuk.
Sebenarnya sejak dulu juga sudah jarang masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang baku karena akulturasi dengan bahasa lokal, namun seiring berjalannya waktu bahasa bakunya pun semakin tergeser dengan masuknya budaya asing.
Sejak masuknya budaya asing ke Indonesia, penggunaan bahasa gaul dan asing lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan jika menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari masyakat indonesia menganggap kesannya itu formal dan kaku.
Media sosial, game online, dan platform hiburan seperti YouTube, TikTok, dan Instagram menjadi konsumsi harian Generasi Z. Konten-konten berbahasa Inggris sangat mendominasi, membuat banyak anak muda lebih akrab dengan istilah asing dibandingkan dengan padanan kata dalam Bahasa Indonesia. Misalnya, kata “self-reward”, “healing”, atau “random” lebih sering digunakan ketimbang “penghargaan diri”, “pemulihan”, atau “acak”.
Makanya masyarakat Indonesia lebih senang menggunakan bahasa gaul dan asing kesannya lebih ke santai. Pada generasi ini yang terbiasa menggunakan bahasa gaul dan asing, dalam pembicaraan formal pun mereka akan lupa untuk berbicara dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Mengapa ini mengkhawatirkan? Pudarnya penggunaan Bahasa Indonesia bukan hanya soal komunikasi, tetapi juga soal identitas. Jika generasi penerus lebih fasih dalam bahasa asing ketimbang bahasa nasionalnya, maka lambat laun rasa kebangsaan dan pemahaman terhadap nilai-nilai budaya lokal bisa tergerus. Bagaimana sih solusinya:
- Penguatan Peran Pendidikan – Pembelajaran Bahasa Indonesia perlu dimodernisasi agar lebih menarik dan kontekstual.
- Kampanye Cinta Bahasa – Pemerintah dan tokoh publik perlu aktif mengampanyekan penggunaan Bahasa Indonesia melalui media sosial.
- Kreativitas dalam Bahasa – Konten digital berbahasa Indonesia yang menarik dan berkualitas harus lebih banyak diproduksi untuk menyaingi dominasi konten berbahasa asing.
- Peran Keluarga – Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak belajar bahasa. Orang tua perlu memberi contoh penggunaan Bahasa Indonesia yang baik.
Maka dari itu, hal ini benar-benar harus melakukan perhatian khusus dan tindakan nyata dari semua pihak yang peduli dengan eksistensi penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menyadarkan masyarakat Indonesia terutama generasi Z ini bahwa bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita utamakan penggunaannya.
Bahasa Indonesia adalah warisan yang tidak ternilai. Generasi Z, sebagai pewaris masa depan bangsa, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengembangkan bahasa ini. Globalisasi memang tak terhindarkan, tetapi mencintai Bahasa Indonesia tidak berarti menolak kemajuan. Justru di tengah arus global, identitas bangsa harus semakin kuat – dan itu dimulai dari bahasa.