Banjir bisa datang kapan saja, dan selalu menjadi pengalaman yang bikin deg-degan untuk semua orang. Air yang bisa surut dalam hitungan hari, tapi rasa takut yang ditinggalkan dapat membekas pada korban dan yang lebih parahnya rasa takut yang di timbulkan pada korban kadang bisa bertahan berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Banyak korban banjir yang merasa gelisah setiap kali hujan turun, karena bisa teringat kembali momen mengerikan saat rumah mereka mulai terendam, dan bahkan yang lebih buruk nya korban bisa kesulitan tidur, sehingga dapat terganggunya aktivitas sehari – hari. Banjir bukan sekadar masalah air yang meluap, tapi juga pengalaman yang meninggalkan bekas luka tak terlihat oleh korban.
Trauma Itu Nyata dan Bisa Dialami Siapa Saja
Trauma yang ditimbulkan setelah bencana merupakan hal yang wajar yang dirasakan semua orang ketika setelah terkena bencana tersebut, trauma itu bisa banyak hal, ada orang yang sering mimpi buruk, ada yang jadi gampang panik, dan bahkan lebih buruk-nya ada juga yang tiba-tiba menjauh dari lingkungan sekitar.
Yang penting dipahami adalah trauma bukanlah tanda kelemahan seseorang, melainkan reaksi wajar dari tubuh dan pikiran saat seseorang merasa sedang menghadapi bahaya besar dan sama seperti luka fisik, trauma juga butuh proses untuk pulih.
Terapi yang Ramah: Saat Buku Bisa Menenangkan
Salah satu cara yang bisa membantu korban banjir pulih secara emosional adalah biblioterapi. Biblioterapi merupakan layanan bimbingan konseling yang memanfaatkan cerita sebagai media penyembuhan, sering disebut juga sebagai terapi lewat membaca. Sekilas memang terdengar sederhana, tetapi efeknya bisa sangat besar. Melalui sebuah cerita, seseorang dapat merasa ditemani tanpa harus berbicara banyak. Mereka menemukan orang yang mengalami masalah serupa, melihat bagaimana orang itu bisa menghadapi rasa takut, dan perlahan dirinya bisa merasa lebih kuat.
Menurut penelitian Hayatul Khair dan Arief Budiarto, dalam jurnal mereka mengatakan, biblioterapi dapat membantu konseli melihat masalahnya dengan cara yang lebih rasional. Melalui sebuah cerita yang memuat kejadiaan yang serupa, korban dapat belajar memahami situasi yang mereka alami dan menemukan cara menghadapi rasa takut. Pendekatan ini juga membuat proses pemulihan menjadi lebih lembut dan alami, sehingga konseli dapat mengatasi trauma dengan lebih cepat.
Buku sering kali mampu memberikan kenyamanan yang sulit ditemukan dalam percakapan biasa. sebuah cerita menawarkan ruang aman bagi pembacanya untuk merasakan emosi yang selama ini dirasakan, tanpa rasa takut dihakimi atau dituntut untuk menjelaskan semuanya.
Bagaimana cara Biblioterapi Menenangkan Pikiran?
Biblioterapi memang dikenal sebagai terapi membaca, tetapi sebenarnya prosesnya jauh lebih dari sekadar membuka buku. Dalam metode ini, korban banjir atau penyintas bencana akan diberikan bacaan yang sesuai dengan apa yang mereka rasakan. Saat seseorang masih dihantui rasa takut atau trauma, cerita yang tepat akanbisa menjadi teman yang menenangkan.
Melalui buku atau novel yang relevan, korban perlahan mendapat dorongan untuk menghadapi emosinya. Setelah membaca, seakan mereka diajak untuk sejenak merenungkan isi cerita bagian mana yang terasa dekat, apa yang mereka rasakan, dan pelajaran apa yang bisa dipahami dari kisah yang mereka baca. Dari proses sederhana ini, biasanya korban mulai mengenali perasaan yang selama ini sulit diungkapkan.
Dengan cara itu, pembaca bisa melihat rasa takutnya dari sudut pandang baru dan menemukan titik terang untuk menghadapinya.
Itulah kekuatan biblioterapi. Terapi ini membantu korban banjir untuk mengurai emosinya secara perlahan, tanpa tekanan, tanpa paksaan, dan tanpa harus langsung bercerita panjang kepada orang lain.
Banjir memang merusak rumah dan lingkungan, tetapi banjir juga dapat merusak rasa aman seseorang, Itulah mengapa pemulihan mental sama pentingnya dengan pemulihan fisik.
Biblioterapi hadir sebagai cara yang sederhana namun sangat manusiawi. Pada akhirnya, air mungkin sudah surut, tetapi harapan selalu punya cara untuk muncul kembali, bahkan dari sebuah cerita yang dibaca di sela-sela waktu.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”










































































