Sinergi Ai dan Guru: Menimbang Masa Depan Kecerdasan Buatan (Ai) dan Peran Guru dalam Pendidikan
Dunia kini berada di titik persimpangan antara revolusi industri 4.0 dan Society 5.0, sebuah era yang mendefinisikan ulang interaksi manusia dengan teknologi sebagai bagian dari kehidupan. Pada era ini, mesin-mesin pintar seperti internet, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi digital tidak lagi digunakan sebagai alat bantu manusia, tapi bagaimana mesin-mesin pintar tersebut dapat meningkatkan potensi manusia. Manusia sendiri akan terus membuat terobosan baru dengan memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang sudah ada, salah satunya pada bidang pendidikan (Tjahyani et al., 2022). Pendidikan saat ini sedang mengalami transformasi signifikan yang dipicu oleh AI, platform populer seperti ChatGPT telah menunjukkan kemampuannya untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan konsep yang rumit, bahkan membuat rencana pembelajaran. Fenomena ini memantik diskursus sekaligus kekhawatiran, di mana ruang kelas berpotensi digantikan oleh apliaksi adaptif pada gawai yang melayani kebutuhan belajar setiap individu. Kondisi inilah yang menjadi dasar munculnya pertanyaan apakah AI bisa menggantikan guru? Atau justru guru dan AI bisa bekerja sama untuk menjadikan pendidikan lebih baik di masa depan? Tulisan ini akan membahas peran AI dan guru dalam pendidikan dan menunjukkan bagaimana keduanya bisa menjadi tim yang hebat.
AI menawarkan keunggulan yang defisien. Platform berbasis AI mampu menyediakan sistem belajar yang dipersonalisasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa seperti pada aplikasi Duolingo atau Ruangguru, AI pada aplikasi tersebut akan menyesuaikan pelajaran menggunakan level belajar yang sesuai dengan kemampuan individu. Selain itu, AI juga memberikan akses belajar di mana saja dan kapan saja, serta membantu meringankan beban administrasi guru, seperti membantu menilai hasil ujian, membuat laporan prestasi siswa, dan mengatur jadwal pembelajaran. Namun, AI juga memiliki keterbatasan, karena AI pada esensinya merupakan mesin berbasis data yang beroperasi tanpa kesadaran emosional, sehingga tidak memiliki kapabilitas untuk memahami perasaan siswa maupun meresapi konteks budaya dan kebiasaan yang menciptakan pembelajaran secara mendalam seperti yang diicanangkan pemerintah mengenai deep learning pada kurikulum merdeka. Selain itu, UNESCO (2021) mengatakan bahwa tidak semua anak memiliki akses internet dan gawai, yang menyebabkan AI belum bisa menjangkau semua orang. Maka di sinilah peran guru menjadi tak tergantikan.
Guru bukan hanya sekedar mentransfer materi pelajaran, tapi menjadi sosok yang membimbing, menginspirasi siswa, dan memahami kondisi emosional siswa. Lebih penting lagi, guru melatih kemampuan berpikir kritis melalui metode pembelajaran, seperti memecahkan masalah dan keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa depan. Menurut World Economic Forum (2023), pekerjaan di masa depan membutuhkan keterampilan seperti kemampuan pemecahan masalah, kerja sama tim, dan kreativitas yang mana hal-hal tersebut lebih mudah diajarkan oleh guru. Selain itu, guru juga lebih paham mengenai nilai-nilai dan kebiasaan di lingkungan mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
AI dan guru merupakan dua komponen komplementer dalam ekosistem pendidikan modern. AI jago mengenai kecepatan dan ketepatan, sedangkan guru unggul dalam hal kreativitas dan penanganan emosional anak. Masa depan pendidikan tidak terletak pada pilihan antara AI atau guru, malainkan pada sinergi keduanya melalui model blended learning. Dalam model tersebut, AI berperan sebagai asisten yang menyediakan konten dan latihan yang disesuaikan, sementara guru berfokus pada pendalaman materi, bimbingan personal, serta pembentukan karakter. Untuk mewujudkan kolaborasi ini, pastikan jaminan privasi data siswa, memastikan teknologi AI digunakan secara bijak, guru mendapatkan pelatihan yang memadai, serta akses internet tersedia hingga seluruh pelosok negeri.
Pada akhirnya, narasi yang perlu dibangun bukan tentang persaingan antara AI dan guru, melainkan tentang sinergi keduanya untuk menciptakan ekosistem pembelajaran yang lebih efisien, personal, dan humanis. Dengan kolaborasi ini, pendidikan bisa menjadi lebih menyenangkan dan relevan. Masa depan pendidikan ada di tangan kita semua.
Syarat dan Ketentuan Penulisan di Siaran-Berita.com :
Setiap penulis setuju untuk bertanggung jawab atas berita, artikel, opini atau tulisan apa pun yang mereka publikasikan di siaran-berita.com dan klaim apa pun yang timbul dari publikasi tersebut, termasuk, namun tidak terbatas pada, klaim pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, pelanggaran hak cipta, merek dagang, nama dagang atau pelanggaran paten, berita palsu, atau klaim lain apa pun yang didasarkan pada perbuatan melawan hukum atau kontrak, atau berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia
Selain itu, setiap penulis setuju, untuk membebaskan siaran-berita.com dari semua klaim (baik yang sah maupun tidak sah), tuntutan hukum, putusan, kewajiban, ganti rugi, kerugian, biaya, dan pengeluaran apa pun (termasuk penilaian biaya pengacara yang wajar) yang timbul dari atau disebabkan oleh publikasi berita apa pun yang dipublikasikan oleh penulis.”